A. Histologi
Gambar 77-1: Kelenjar sebasea pada manusia dengan multi lobular struktur
B. Lokasi
Dalam epitel mulut, kelenjar sebasea yang dikenal sebagai Fordyce’s spots
yang kadang-kadang muncul. Fordyce’s spot terlihat dengan mata telanjang karena
ukurannya yang besar (sampai 2 dengan 3 mm) dan transparansi pada epitel
mulut.Di lokasi ini, saluran sebasea terbuka langsung ke permukaan.
Pada janin manusia, kelenjar sebasea berkembang pada minggu ketiga belas
sampai minggu keenam belas kehamilandari tonjolan (epithetial placodes) pada
folikel rambut yang sedang berkembang.Daerah bulges (tonjolan) folikel
mengandung epidermal stem cells yang menghasilkan beragam sel lineages,
termasuk didalamnya follicular keratinosit dan epidermis serta kelenjar sebasea.
Begitu anak sel berpindah dari daerah tonjolan, perubahan pola ekspresi dari
sejumlah faktor transkripsi menentukan sellineages terakhir. Wnt / wingless (Wnt)
dan Sonic Hedgehog (shh) signaling pathways akan selalu ikut dalam
pembentukan embrionik dan pematangan sel. Sel yang dibentuk menjadi sebocytes
akan meningkatkan Shh signaling dan myelocytomatosis onkogen (myc) signaling
dan penurunan Wnt signaling (Gbr. 77-2). Pada tikus percobaan, pembentukan Wnt
signaling menunjukkan perbedaan folikel rambut, sementara penghambatan Wnt
signaling melalui pencegahan interaksi Lefl/β-catenin menyebabkan differensiasi
sebosit. Loss-of function dan Gain-of-function pada tikus percobaan menunjukan
bahwa penghambatan sifat Shh signaling akan menghambat differensiasi sebosit
normal dan pada dasarnya mengaktifkan hasil-hasil Shh signaling pada
peningkatan jumlah dan ukuran kelenjar sebasea pada kulit. Ketika terbentuk
sempurna maka kelenjar tetap melekat pada folikel rambut dengan suatu saluran
melalui sebum masuk kedalam saluran folikel dan akhirnya kepermukaan kulit.
2
Gbr: 77-2
Gambar: jalur transmisi determinasi sel lineage. Anak sel berpindah dari daerah
tonjolan, perubahan pola ekspresi dari sejumlah faktor transkripsi menentukan
sel lineages terakhir. Lef1: limfoid enhancer binding protein, Myc :
myelocytomatosis oncogenes, Shh: sonic hedghog, Tcf3: transcription factor,
Wnt: wingless (wg)/int.
3
permukaan kulit. Protein, asam nukleat, dan membran fosfolipid dicerna dan
terlihat proses daur ulang selama penghancuran sel-seltersebut.
4
F. Fungsi dari Sebum
Fungsi sebenarnya sebum pada manusia belum diketahui. Telah ada
pembahasanbahwa sebum bisa mengurangi penguapan air dari permukaan kulit
dan berfungsiuntuk mempertahankan kelembutan dan kehalusan kulit, walaupun
bukti mengenaipernyataan ini pada manusia masih sedikit namun demikian,
sebagaimanadiperlihatkan pada tikus percobaan mengalami defisiensi kelenjar
sebaseus (Asebia),gliserol berasal dari hidrolisis trigliserida pada sebum diperlukan
untukmempertahankan hidrasi stratum korneum. Sebum berfungsi untuk
melindungi kulitdari infeksi oleh bakteri dan jamur, setidaknya sebagian
dikarenakan sebum mengandung imunoglobulin A yang disekresi dari sebagian
besar kelenjar eksokrin.
Vitamin E melindungi kulit sampai kelapisan atas dan lipid permukaannya
darioksidasi.Oleh sebab itu sebum mengalir ke permukaan kulit untuk melengkapi
mekanisme bagi kebutuhan vitamin E untuk dapat berfungsi.
G. Imunitas Bawaan
Peptida antimikroba, termasuk cathelicidin, psoriasin, β-defensin 1, dan β-
defensin 2 diekspresikan dalam kelenjar sebaseus. Cathelicidin peptida memiliki
fungsi secara langsung sebagai antimikroba yaitu terhadap Propionibac-terium
5
acnes. Tetapi juga berfungsi untuk menstimulasi produksi sitokin dan inflamasi
pada inang dari organism. Selain itu, asam lemak bebas yang terdapat di dalam
sebum manusia merupakan antimikroba yang bersifat sebagai bakterisidal
terhadap bakteri Gram positif yang dihasilkan dengan meningkatkan ekspresi dari
β-defensin 2. Imunitas bawaan seperti Toll-like reseptor 2 dan 4 (TLR2, TLR4),
molekul CD1d dan CD14 juga diekspresikan dalam kelenjar sebasea dan pada sel
sebosit manusia. Dengan ekpresi dari reseptor-reseptor imun bawaan dan
fungsinya sebagai antibakterial, kelenjar sebasea meiliki peranan penting dalam
pengenalan dari patogen dan perlindungan permukaan kulit.
A. Androgen
Telah diketahui sejak lama bahwa kelenjar sebasea membutuhkan
rangsanganan adrogenik untuk menghasilkan sebum dalam jumlah banyak.
Individu dengandefisiensi genetik dari reseptor androgen (insensitivitas androgen
komplit) sama sekali tidak memiliki sekresi sebum dan tidak mengalami akne.
Namun demikian, terdapat pertanyaan apakah kadar androgen penting secara
fisiologis. Walaupun kebanyakan androgen yang kuat adalah testosterone dan
penurunan hasil dihidrotestosteron organ, kadar testosterone tidak sejalan dengan
aktifitas kelenjarsebaseus. Misalnya, kadar testosterone lebih tinggi beberapa kali
lipat pada pria dibandingkan pada wanita tidak adanya perbedaan antara jenis
kelamin, sementara jumlah rata – rata sekresi sebum hanya sedikit lebih tinggi
pada pria dibandingkan pada wanita, tanpa adanya perbedaan antara kelompok
6
tersebut. Sekresi sebum juga mulai meningkat pada anak-anak selama masa
adrenurche yaitu satu masa mendahului pubertas kira-kira 2 tahun.
Dehydro epiandrosterone sulfate (DHEAS) androgen adrenal lemah
menjadi pengatur penting pada aktifitas kelenjar sebasea melalui perubahannya
menjadi testosterone dan dihydrotestosterone dalam kelenjar sebaseus. Kadar
DHEAS akantinggi pada bayi baru-lahir,sangat rendah pada anak-anak berusia 2
hingga 4 tahun, dan mulai meningkat ketika sekresi sebum mulai bertambah. Pada
orang dewasa, kadar DHEAS pada satu individu bervariasi namun hanya sedikit
lebih tinggi padapria daripada wanita secara rata-rata. Ada penurunan dalam kadar
DHEAS padakedua jenis kelamin mulai pada usia dewasa dan berlangsung seumur
hidup.Penurunan ini sejalan dengan penurunan sekresi sebum. DHEAS tampak
pada darah dengankonsentrasi tinggi. Enzim yang diperlukan untuk mengubah
DHEAS menjadiandrogen lebih kuat tampak pada kelenjar sebasea. Ini termasuk
dehydrogenase 3βhydroxysteroid tipe-1, 17β-phydroxysteroid dehydrogenase, dan
5α-redulaase. Masing-masing enzim ini terdapat dalam dua atau lebih isoforms
yangmenunjukkanperbedaan jaringan dalam ekspresinya. Isoenzim utama pada
kelenjar sebaseustermasuk tipe I 3β-hydrorysteroid dehydrogenase, type 2 l7β-
hydroxysteroiddehydrogenose, dan type I Sa-reductase.
B. Retinoid
Isotretinoin (13-cis asam retinoid) adalah penghambat sekresi sebum
farmakologispaling kuat. Terjadinya pengurangan produksi sebum dapat diamati
lebih cepat 2minggu setelah digunakan. Secara histologi, kelenjar sebasea terlihat
menurun dalam ukuran, dan sebosit pada individu terlihat tidak terjadi perubahan,
ketidaksempurnaan pada pengumpulan sitoplasmik disebabkan oleh penumpukan
dari lipid sebasea.
Isotretinoin tidak berinteraksi dengan salah satu reseptor retinoid
dikenal.Mungkin akan berfungsi sebagai metode pengobatan untuk sintesis dari
all-transretinoid acid atau 9-cis retinoid acidyang akan berinteraksi dengan reseptor
retinoid namun demikian, isotretinoin memiliki cara kerja sebosupresil lebih besar
daripadayang dilakukan all-trans atau retinoid 9-cis retinolid acid. Mekanisme dari
13-cisretinoid acid yang menurunkan sekresi sebum belum diketahui, tetapi
dapatmenghambat aktivitas 3α-hrydroxysterotid dari dehydrogenase retinol
danmenyebabkan berkurangnya sintesis androgen. Selain itu, isotretinoin
7
dapatmenghambat siklus sel pada sebosit manusia dan kultur percobaan sel yang
abadipada sebosit manusia (SZ95 dan SEB-l) dan juga memicu apoptosis pada
sebositSEB-l- Menghambat sintesis androgen, mencegah siklus sel, dan apoptosis
denganretinoid acid 13-α dapat menyebabkan penurunan ukurankelenjar sebaseus
setelahpengobatan.
C. Melanokortin
Melanokortin mencakup stimulasi hormon melanosit dan
adrenokortikotropik hormone. Pada binatang pengerat, melanokortin
meningkatkan produksi sebum. Tikustransgenik kekurangan reseptor
melanokortin-5 mempunyai kelenjar sebaseahipoplastik dan menurunkan produksi
sebum. Reseptor melanokortin-5 telah dikenalipada kelenjar sebaseus manusia,
dimana dia berperan pada suatu modulasi dariproduksi sebum.
D. Peroxisome Proliferator
Reseptor aktifPPAR ialah merupakan reseptor inti tanpa-induk yang sama
untuk reseptor retinoiddalam banyak haltertentu. Setiapreseptor ini membentuk
heterodimersdenganreseptor retinoid X untuk mengatur gen-gen yang terlibat
dalam berbagai proses,termasuk metabolisme lipid dan proliferasi selular dan
differensiasinya. PPAR-αPPAR-δ dan PPAR-γreseptor bermacam-macam tipe
dijumpai dalam basal sebosit, PPAR-γ juga ditemukan dalam differensiasi sebosit.
Pada pasien yang mendapat serat (PPAR-α ligands) untuk hiperlipidemiaatau
thizolidinedion. (PPAR\γligands) untukdiabetes, sekresi sebum meningkat. Sel-
sel preputium tikus berfungsi sebagai contohuntuk sebosit manusia dalam
laboratorium. Pada sel-sel preputium tikus, agonist darireseptor PPAR-γ, misalkan
obat-obatan jenis thiazolidinedion, dapat meningkatkan penumpukan lipid.
8
pada tempat tertentu, namun bagaimana reseptor ini terlibat dalam perkembangan
kelenjar sebasea danbagaimana mutasinya menyebabkan akne belum diketahui.
KESIMPULAN