Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak diidentifikasi pada tahun 1994, leptin yang diproduksi oleh jaringan
adiposa dan dikode dengan obese (ob) gene telah banyak diteliti untuk
mengetahui peran fisiologisnya pada manusia. Leptin yang dalam bahasa Yunani
leptos berarti kurus sebagai protein sitokin yang disekresi sel adiposa
(adipocyte-secreted protein cytokine). Ketika jumlah leptin berkurang akan
ermanifestasi dalam bentuk gejala hiperfagia, obesitas ekstrem, diabetes,
abnormalitas neuroendokrin, dan infertilitas. Leptin merupakan proteohormon
telah diketahui berperan pada pengaturan berat badan. Walaupun sekuens
proteinnya menunjukkan tidak ada homolog mayor dengan protein lain, diprediksi
struktur tersiernya mirip dengan sitokin kelas I, hal ini tidak mengejutkan karena
reseptor-reseptor leptin yang ada di seluruh tubuh memiliki memiliki famili
reseptor sitokin kelas I.

B. Tujuan
Untuk mengetahui hormone leptin pada saat pubertas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perubahan Hormonal Pada Pubertas


Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem
endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif.
Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks
sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Gonadotropin releasing
hormone disekresikan dalam jumlah cukup banyak pada saat janin berusia 10
minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20 minggu dan kemudian
menurun pada saat akhir kehamilan. Hal ini diperkirakan terjadi karena maturasi
sistim umpan balik hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen perifer. Pada
saat lahir GnRH meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari
plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan
saraf pusat menghambat sekresi GnRH. Pubertas normal diawali oleh terjadinya
aktivasi aksis hipotalamushipofisisgonad dengan peningkatan GnRH secara
menetap.
Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui
secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan
pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan lainnya. Secara
genetik terdapat berbagai teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain
pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen
GPR54 dapat menyebabkan terjadinya hipogonadotropik hipogonadisme
idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54 menyebabkan volume
testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina menyebabkan
terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan vagina. Pada tahun 1971, Frisch
dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap awitan pubertas. Frisch dan
Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya
menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan
perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan
untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Leptin, suatu hormon yang
dihasilkan di jaringan lemak (white adipose) yang mengatur kebiasaan makan dan
termogenesis diperkirakan juga berperan dalam mengatur awitan pubertas. Pada
keadaan puasa kadar leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin.
Penemuan ini menunjang hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan
pubertas. Pada penelitian selanjutnya ternyata hal ini masih dipertanyakan karena
kadar leptin tetap stabil selama pre-dan pasca pubertas. Di samping itu terdapat
berbagai faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi awitan pubertas, seperti
pertumbuhan janin intrauterin, migrasi ke negara lain, dan faktor lingkungan
lainnya. Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap
hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat
sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif
terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas
akan terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan
gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak. Pada awalnya GnRH
akan disekresi secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun.
Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis
sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH) dan
follicle stimulating hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan terdapatnya
peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang
pulsatil terus berlanjut sampai awal pubertas. Pada anak perempuan, mula-mula
akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh
peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan
merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen
akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin
berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamus-
hipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang
timbulnya ovulasi.
Hormon androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA)
mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan
gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke. Proses menarke
normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal
(sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian
merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen
yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum
ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen,
hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam setelah
peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai dengan
adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel. Pada
korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron.
Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium
yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga
memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan
produksi human chorionic gonadotropine (hCG), korpus luteum tidak bisa
bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan
estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal
sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah ovulasi.
Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan
LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormone akan
menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya
akan merangsang pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel
sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan
tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat
pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron yang
dihasilkan oleh sel Leydig. Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada
aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga
memiliki peran yang cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan
(growth hormone/GH). Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah
lebih besar dan berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas.
Pacu tumbuh selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa
anak laki-laki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan.
Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan
perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas.
Perbedaan waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta
awitan pubertas dapat menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan
perempuan.

B. Leptin
Sebagian besar manusia dapat mempertahankan berat
tubuhnya dalam kurun waktu tertentu. Ada mekanisme
keseimbangan energi dalam mempertahankan berat tubuh
konstan tersebut, energi yang masuk harus setara dengan energi
yang dikeluarkan. Ketika kesimbangan energi ini terganggu maka
dapat menyebabkan berbagai masalah terkait berat seperti
obesitas. Berat tubuh seseorang diatur oleh suatu sistem yang
kompleks yang mencakup faktor utama maupun faktor
periferalnya. Ada dua hormon yang memiliki peranan penting
dalam regulasi asupan makanan yaitu leptin dan grelin. Kedua
hormon ini memiliki jalur berbeda untuk menuju otak khususnya
hipotalamus (Klok et al. 2006). Salah satu hormon yang berperan
dalam regulasi penurunan berat badan adalah hormon leptin.
Hormon tersebut diatur secara alami dalam mengontrol berat
normal tubuh (Galland 2011).
Hormon leptin merupakan hormon yang disekresikan
jaringan adiposa (Galland 2011). Selain di jaringan adiposa,
leptin juga diproduksi di perut, mammary epithelium, plasenta
dan jantung (Klok et al. 2006). Hormon ini dapat menjadikan otak
menangkap sinyal betapa banyak jumlah lemak di dalam tubuh.
Hormon leptin diregulasikan dalam metabolisme pemecahan
lemak. Peningkatan hormon leptin akan meningkatkan laju
metabolisme ini dan laju metabolisme ini akan menurun jika
jumlah leptin berkurang (Galland 2011). Leptin membutuhkan
reseptor leptin agar dapat bereaksi, LEPR. Gen LEPR berlokasi di
kromosom 1 dengan 18 ekson dan 17 intron. Reseptor yang
paling utama dan digunakan secara terus menerus adalah
reseptor LEP-Rb. Reseptor tersebut diekspresikan di hipotalamus
dan serebelum. Selain disitu, LEP-Rb juga diekspresikan di
vaskulatur manusia, perut dan plasenta.
Leptin dikeluarkan ke dalam sitem sirkulasi oleh jaringan
adiposa. Serum dan plasma leptin tertinggi terdapat pada orang
yang memiliki BMI (Body mass index) tertinggi dan total persen
lemak tubuh yang dimiliki. Leptin juga dapat menyebrangi Blood
brain barrier (BBB) dan cairan cerebral spinal (CSF) yang juga
dipengaruhi dari tingkat BMI. Setelah dikeluarkan oleh jaringan
adiposa, leptin akan memberi sinyal ke otak dan memberikan
informasi terkait status persediaan energi di dalam tubuh.
Informasi ini yang dapat menyebabkan penurunan nafsu makan
dan peningkatan pengeluaran energi dari lemak yang tersedia.
Kadar leptin di dalam tubuh dipengaruhi berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut yaitu sediaan energi, asupan makanan,
gender, umur, olahraga, serapan glukosa. Semakin besar energi
yang disimpan semakin besar jumlah leptin yang dikeluarkan.
Jumlah leptin pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria.
Pengaruh leptin juga semakin menurun ketika usia menua. Studi
regulasi leptin yang dilakukan pada tikus dan mencit
menyebutkan setelah leptin dikeluarkan oleh jaringan adiposa ke
aliran darah, leptin kemudian menyebrangi penghalang darah-
otak (BBB) dan berikatan dengan reseptor leptin hipotalamik.
Leptin yang terikat pada reseptor tersebut mempengaruhi
aktivitas neuron hipotalamus dan ekspresi neuropeptida
oreksigenik dan anoreksigenik. Peptida oreksigenik dalam
beberapa tingkat dipengaruhi grelin, termasuk neuropeptida Y
(NPY), hormon konsentrasi melanin, AgRP, galanin, GALP. Hormon
grelin di hipotalamus dapat menghambat kerja leptin. Peptida
anoreksigenik, ekspresinya dikendalikan oleh leptin. Selain
leptin, ada POMC, CART, neurotensin, CRH dan BDNF. Perlakuan
(treatment) leptin menghasilkan dalam jangka waktu panjang
dapat menurunkan nafsu makan, berat badan berkurang,
aktivitas fisik meningkat, terjadi perubahan fungsi dan
metabolisme endokrin .Pada jangka waktu pendek, leptin yang
dihasilkan dari perut dapat mengontrol jumlah asupan makanan
yang bisa diterima. Peranan leptin jangka pendek tersebut
ditunjukkan oleh peptida usus yang menginduksi pelepasan
gastric leptin. Sekresi gastrik leptin ini distimulus oleh insulin
(Klok et al. 2006).
Fungsi hormon leptin yang dapat membantu menurunkan
nafsu makan dan berat badan dimanfaatkan perusahaan obat
dan kosmetik untuk melangsingkan tubuh. Sayangnya, fungsi
hormon leptin dapat terganggu. Meskipun secara normal tubuh
memproduksi leptin dan meregulasikannya untuk
mempertahankan berat tubuh, terkadang, tubuh juga tidak dapat
merespon perintah atau sinyal dari hormon ini (Galland 2011).
Jika kondisinya seperti itu, maka tidak lain tubuh sudah resistan
terhadap leptin (leptin resistance). Resisten leptin ini dapat
menyebabkan terjadinya obesitas. Pengamatan pada penderita
obesitas menunjukkan bahwa serum dan plasma leptin lebih
rendah dibandingkan bukan penderita obesitas (Klok et al. 2006)
Resisten leptin ini terjadi disebabkan oleh pola hidup di
zaman modern ini. Konsumsi junkfood, tidak pernah atau hanya
sesekali olahraga, terlalu stres dan kurang tidur dapat
menyebabkan tubuh resisten terhadap leptin. Sejumlah
penelitian mengemukakan tidur malam sekitar 7-8 jam rata-rata
dapat menaikkan leptin namun jika kurang tidur, aktivitas leptin
melambat sehingga tubuh mengalami peningkatan berat badan
(Galland 2011). Pada tikus DIO, resisten leptin ini terjadi karena
adanya aktivasi sinyal STAT3 oleh leptin periferal. Selain itu, situs
resisten spesifik berkorelasi terhadap peningkatan SOCS3 di ARC
ke inti hipotalamik. Ekspresi SOCS3 ini di ARC menyebabkan
resisten leptin (Mnzberg et al. 2005).
Konsentrasi leptin berkurang selama masa Lapar dan
mendorong terjadinya perubahan-perubahan neuro-endocrine,
beberapa diantaranya berkaitan dengan gangguan aksis
reproduktif. Konsentrasi leptin (10-12 sampai 10- M) terbukti
penting bagi inisiasi masa pubertas, serta bagi kelangsungan
hidup reproduktif yang normal, dan secara positif berkorelasi
dengan umur menarche. Bila konsentrasi leptin cukup memadai,
maka masa pubertas akan diawali melalui suatu rangsangan
GnRH dan sebagai akibatnya, LH dan FSH. Tindakan membatasi
pola Makan seringkali menyebabkan konsentrasi leptin yang
rendah. Pada tingkat perifer, leptin mRNA diekspresikan di theca
sel granulosa, saluran tuba dan endometrium. Leptin telah
terbukti memberikan pengaruh terhadap gonadotropin, insulin
dan Insulin growth factor-1 (IGF-1) pada proses steroidogenesis
ovarium. Sementara leptin berhubungan dengan konsentrasi
progesteron di suatu siklus, reseptor leptin di oocytes juga
mempengaruhi maturitas dan perkembangan oosit.
Setelah pubertas konsentrasi leptin lebih tinggi,
menunjukkan efek stimulasi dan inhibisi estrogen dan androgen
yang masing-Masing merupakan sekresi hormon dari jaringan
adiposa. Pada ovarium dapat ditemukan jumlah reseptor leptin
yang tinggi. Jika konsentrasi leptin di dalam darah melampaui
kadar normal, hormon-hormon steroidogenesis akan berkurang
secara langsung akibat efek supresi gonad. Pada kondisi
kegemukan, konsentrasi leptin akan meningkat dan
menghambat kerja hormon steroid gonad. Pada wanita yang
gemuk, konsentrasi paparan leptin yang lebih tinggi akan
menghambat produksi E2 sel granulosa, melalui respon terhadap
FSH dan IGF-1. Lebih jauh lagi, 4-A yang diproduksi dari sel theca
interna sebagai hasil dari stimulasi LH dan IGF-1, juga dihambat.
Hasil akhirnya berupa berkurangnya maturasi folikel yang
menyebabkan siklus anovulatoar.

Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin


Releasing Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus.
Gonadostat hipotalamus secara progresif menjadi kurang peka oleh
efek supresi steroid seks terhadap sekresi gonadotropin. Akibatnya
kadar Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH) meningkat yang berlanjut akan menstimulasi gonad sehingga
tercapai keadaan homeostatik baru dari Hipothalamus-Pituitary-
Gonadal (HPG) Axis Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap
penting dalam awitan pubertas. Pada lelaki produksi LH meningkat
sebelum peningkatan tajam testosteron. Pada pertengahan masa
pubertas, sekresi LH secara pulsatil semakin nyata bahkan pada
saat tidur. Sekresi gonadotropin secara pulsatil ini merupakan
stimulasi awal terhadap maturasi gonad. Berbagai faktor seperti
sosioekonomi, infeksi, iklim, stresor dan penyakit tertentu, dapat
mempengaruhi waktu pubertas akibat gangguan keseimbangan dari
HPG Axis.

Pengaruh leptin terhadap aksis reproduktif. Saat penyimpanan


lemak memadai, leptin merangsang pelepasan GnRH. Aksi ini umumnya
terjadi secara tidak langsung melalui neurohormon lain, termasuk
kisspeptin, neuropeptid e-Y, dan pro-opiomelano cortin. Leptin dan
reseptornya juga ditemukan di hipofisis. Masih belum jelas apakah
estrogen memiliki peran fisiologis dalam pelepasan leptin dari
penyimpanan lemak. Reseptor-reseptor leptin telah dilokalisasi dalam
ovarium dan endometrium yang mengimplikasikan aksi-aksi langsung
tambahan pada jaringan-jaringan tersebut. GnRH = gonadotropin
releasing hormone; LH = luteinizing hormone; FSH = follicle stimulating
hormone; KISS = kisspeptin; POMC = pro-opiomelanocortin; NPY =
neuropeptide-Y

C. Pubertas
Faktor utama yang menentukan waktu onset pubertas
adalah faktor genetik. Namun bagaimanapun, lokasi geografi,
paparan terhadap cahaya, berat badan dan status nutrisi
merupakan faktor yang ikut mempengaruhi onset pubertas.
Beberapa pendapat telah menegaskan bahwa berat badan kritis
harus dapat dicapai sebelum dapat terjadi pubertas ( hipotesa
Frisch). Wanita dengan obesitas sedang mengalami menarche
yang lebih awal, sedangkan wanita berat badan rendah
mengalami menarche yang terlambat. Dipercaya bahwa ketika
distribusi lemak badan pada gadis dalam masa pepubertal telah
mencapai kadar tertentu ( 16%-23%), sinyal untuk
perkembangan pubertas dapat dimulai. Pada akhirnya, maturasi
respon hingga sekresi GnRH pulsatil berakibat pada siklus
ovulasi.
Peranan leptin dalam menjaga keseimbangan lemak tubuh
dan komunikasi adiposit-hipothalamus dan kedekatan dari pusat
pengaturan hipothalamus, bersamaan dengan penelitian pada
hewan dan observasi klinis, secara jelas menunjuk leptin sebagai
pelaku penting yang memulai sekresi GnRH pulsatil dan
pematangan axis reproduksi. Kenaikan kadar leptin merupakan
sinyal awal dari inisiasi pubertas dan dapat berkontribusi dalam
aktivasi axis hipothalamus-hipofise-gonadal, menghasilkan
peningkatan produksi steroid seksual dan kemudian aktivasi dari
axis GH-insulin-like growth factor I. Meskipun mekanisme pasti
dalam memicu dan mengontrol pubertas saat ini masih belum
diketahui, namun observasi pada hewan dan manusia
menggambarkan peran penting dari leptin.
Beberapa observasi berikut telah dilakukan pada manusia:
1. Kadar leptin yang tinggi berhubungan dengan menarche
dini. Terdapat hubungan yang signifikan antara onset
menarche dengan kadar leptin serum.
2. Kadar leptin yang rendah ditemukan pada wanita
dengan berat badan rendah, atlit dan anak-anak dengan
keterlambatan pubertas.
3. Defisiensi leptin kongenital sekunder akibat mutasi gen
leptin dihubungkan dengan hipogonadisme
hipogonadotropik.
4. Kadar leptin menunjukkan perubahan signifikan selama
masa pubertas progresif dengan perbedaan dimorfisme
yang nyata antara anak laki-laki dan perempuan.
Anak perempuan memperlihatkan peningkatan terus-
menerus kadar leptin serum selama pubertas sedangkan kadar
leptin pada anak laki-laki tampak mencapai puncak tepat
sebelum pubertas. Puncak kadar leptin serum prepubertas
mendahului peningkatan testosteron bebas, GH dan insulin-like
growth factor I pada anak laki-laki yang kemudian diikuti secara
longitudinal dengan pubertas. Efek penekanan testosteron
terhadap produksi leptin dapat terlihat pada penurunan kadar
leptin serum anak laki-laki setelah peningkatan prepubertal awal,
sedangkan peningkatan estrogen pada anak perempuan dapat
menjelaskan kadar leptin serumnya yang tinggi selama masa
akhir pubertas. Pada anak-anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan pubertas, kadar leptin meningkat setelah
pemberian GnRH pulsatil.
Menjaga Fungsi Axis HipothalamusHipofiseOvarium. Pada
manusia dan beberapa spesies lain, generator pulsa GnRH
hipothalamus memainkan peran utama dalam memicu dan
mengembangkan pubertas dan memulai serta menjaga
reproduksi. Gonadotropin releasing hormon dihasilkan dan
dilepaskan dari neuron yang berlokasi dibasal medial
hipothalamus secara primer dalam ARC dan area preoptik dari
hipothalamus ventral. Pada SSP, reseptor leptin secara
predominan berlokasi di hipothalamus terutama di arkuata,
ventromedialis. Nukleus-nukleus hipothalamus ini seluruhnya
saling berdekatan dan bekerja sebagai pusat pengaturan utama
yang mengontrol prilaku makan, pengeluaran energi, prilaku
seksual dan produksi GnRH serta pelepasan pulsatilnya.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa leptin
dapat memfasilitasi sekresi GnRH secara predominan melalui
mekanisme tidak langsung dengan sekresi interneuron berupa
neuropeptida seperti kokain dan amfetamine-regulated transcript
peptide, galanin-like peptide, dan/atau melanocortin-
concentrating hormone di zona inserta hipothalamus. Leptin
meningkatkan pelepasan nitrit oksida (NO) dari interneuron
adrenergic kemudian memicu pelepasan GnRH dari neuron GnRH
dengan mengaktivasi guanilat siklase dan siklooksigenase.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem
endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan
positif
2. Fungsi hormon leptin yang dapat membantu menurunkan
nafsu makan dan berat badan dimanfaatkan perusahaan obat
dan kosmetik untuk melangsingkan tubuh
B. Saran
Disarankan pada pembaca untuk lebih memahami mekanisme
kerja hormon saat pubertas sehingga dapat mengatasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh.
TUGAS MAKALAH
TUMBUH KEMBANG ANAK
MEKANISME HORMON LEPTIN PADA
PUBERTAS

Oleh
Laila Safaatul Mukminah
1520312008

Dosen
dr.Eka Agustia Rini,SpA(K)

PROGRAM PASCA SARJANA BIOMEDIK


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia Nya dan shalawat beriring

salam untuk Nabi Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Mekanisme Hormon

Leptin Pada Pubertas.

Makalah ini disusun agar bisa pembaca bisa mengerti tentang

kontrasepsi untuk kelompok tertentu dan kontrasepsi rasional

sehingga dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan dari

masalah-masalah yang ada saat ini. Serta dapat mengambil tindak

lanjut dari masalah yang sedang dihadapi.

Makalah ini disusun tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah

ini. Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima

dan bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Makalah............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Hormonal Pada Pubertas................................................
B. Leptin...........................................................................
C. Pubertas.....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai