Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Judul Praktikum Spirometri

1.2. Tujuan : Untuk mendemonstrasikan dan menganalisa kapasitas pernafasan manusia

1.3. Hari dan tanggal praktikum : 1 Mei 2012

1.4. Dasar Teori

Parameter Fungsi Paru 1) Volume Paru Ada empat jenis volume paru, yaitu : a) Volume tidal, yaitu jumlah udara yang dihirup atau dihembuskan dalam satu siklus pernapasan normal. Besarnya kira-kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa. b) Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihirup setelah akhir inspirasi kuat. Biasanya mencapai 3.000 ml. c) Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi kuat. Jumlahnya sekitar 1.100 ml. d) Volume residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam paru sesudah melakukan ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling kuat. Volume tersebut 1.200 ml (Guyton, 2007). 2) Kapasitas Paru Peristiwa dalam sikus paru mencakup dua atau lebih nilai volume paru. Kombinasi ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut : a) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml) yang dapat dihirup oleh

seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimal. b) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2.300 ml). c) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4.600 ml). d) Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5.800 ml). Jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu (Guyton, 2007). Semua volume dan kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil dibandingkan dengan pria. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter sedangkan wanita dewasa 3,1 liter. Pengukuran kapasitas vital paru seringkali digunakan secara klinis sebagai indeks fungsi paru. Nilai tersebut memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lainnya (Yulaekah, 2007).

2.2.2 Pengukuran Faal Paru Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu menggunakan spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan dapat memberi sejumlah informasi yang handal. Dari berbagai pemeriksaan faal paru, yang sering dilakukan adalah : Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan : 1. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter. 2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru. 3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80% 4. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional 5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
2

6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Gambar 2.3 Klasifikasi Penilaian Fungsi Paru

2.3

Gangguan Fungsi Paru Pada individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara fisiologis sesuai

dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai dari fase anak sampai kira- kira umur 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur. Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual, biasanya pada usia 30 tahun mulai mengalami penurunan, selanjutnya nilai fungsi paru mengalami penurunan ratarata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun usia seseorang (Yulaekah, 2007). Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke dalam paruparu akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru yang utama adalah : 1) Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang mengganggu saluran pernapasan. 2) Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru. 3) Kombinasi obstruksi dan restriksi (mixed), yaitu terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif (Yulaekah, 2007).

2.4 Spirometri Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi. Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

IV Alat dan bahan

1. Spirometer collins 2. Kapas atau tissu 3. Alkohol 70% 4. Penjepit hidung 5. Alat tulis

V. Cara Kerja

1. Bersihkan mulut pipa (mouth piece) spirometer dengan kapas dan alkohol 70% 2. Naracoba dalam posisi berdiri, berlatih menghembuskan nafas melalui mulut pipa beberapa kali dengan hidung ditutup. Perhatikan penunjuk dan skala dan tidak boleh terlihat oleh naracoba
4

3. Mengukur volume tidal (TV). Letakan jarum penunjuk pada skala 0. Naracoba melakukan inspirasi biasa (tanpa melalui pipa) kemudian ekspirasi biasa melalui mulut pipa spirometer dengan hidung tertutup. Catat angka jarum penunjuk pada skala, ulangi percobaan sebanyak 3 kali catat nilai rata- rata TV 4. Mengukur expiratory reserve volume (ERV). Letakan penunjuk pada skala 0. Naracoba melakukan inspirasi normal (tanpa pipa) kemudian melakukan ekspirasi semaksimal mungkin melalui pipa dengan hidung tertutup. Lakukan 3 kali, catat nilai rata- rata 5. Mengukur vital capacity (VC). Letakan penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan inspirasi semaksimal mungkin, kemudian ekspirasi semaksimal mungkin melalui mulut pipa dengan hidung tertutup. Ekspirasi dilakukan dengan pelan dan tenang. Lakukan 3 kali, catat nilai rata- rata. 6. Lakukan pengukuran VC (no.5) dengan naracoba yang sama pada posisi duduk dan berbaring 7. Dari percobaan no. 3, 4, dan 5 dapat ditentukan nilai inspiratory reserve volume (IRV) bagaimana rumusnya, berapa hasil untuk masing- masing naracoba? 8. Tunjuk 1 orang untuk menilai frekuensi pernafasan salah satu naracoba secara diamdiam. Setelah mendapatkan frekuensi nafas, hitung : a. Volume inspirasi normal selama 1 menit 1 jam dan 1 hari b. Hitung jumlah oksigen yang dipakai selama 1 jam dan 1 hari

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Respiratory Rate

Nama Endy Prima Putra Afiffurahman

Sex

TB 168 156
Tabel 2.

Usia 20 19

RR 17x/menit 18 x/menit

Nama Endy Afif

Sex TB

Usia TV 200 500

VC

168 20 156 19

Vol 1 mnt 2.900 1.000 1.900 3.400 3.200 1.900 1.300 9.000

ERV

IRV

Vol 1 jam 204.000 540.000

Vol 1 hari 4.896.000 12.360.000

O2 1 hari

Pembahasan Tabel 1. Respiratory Rate Tabel 1 merupakan hasil dari perhitungan respiratory rate yang dihitung dalam satu menit, normalnya respiratory rate pada dewasa adalah 16-24x/menit. Dari 2 data naracoba diatas respiratori rate nya normal.

Tabel 2. Spirometri

Tabel 2 merupakan tabel pengukuran spirometri pada posisi berdiri menggunakan sprirometer. Pada posisi berdiri dilakukan pengukuran terhadap tidal volume (TV), expiratory reserve volume (ERV) dan vital capacity (VC). Setelah pengukuran ketiga volume tersebut, maka dapat ditentukan: 1. Inspiratory reserve volume (IRV) dengan menggunakan rumus : VC = VT + IRV + ERV jadi IRV = VC TV ERV. 2. 3. Untuk menentukan volume pernapasan 1 menit menggunakan rumus: RR x TV. Untuk menentukan volume pernapasan 1 jam menggunakan rumus: Volume pernapasan 1 menit x 60.
6

4.

Untuk menentukan volume pernapasan 1 hari menggunakan rumus: volume pernapasan 1 jam x 24.

5.

Untuk menentukan jumlah oksigen yang dipakai selama 1 hari: volume pernapasan 1 hari x 20%

Diketahui bahwa nilai rata-rata nilai tidal volume (TV) adalah (500 ml) dan dari 2 data diatas Endi memiliki memiliki nilai Tidal Volume (TV) dibawah rata rata yaitu 200 ml kemungkinan disebabkan karena kesalahan dalam menghitung nilai Tidal Volume (TV), naracoba sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan juga naracoba yang tidak koperatif. Dan Afif memiliki nilai tidal volume (TV) yang masih dalam rata-rata yaitu 500 ml. Diketahui pula nilai Expiratory Reserve Volume (ERV) pada rata-rata orang dewasa adalah 110 ml . Dan dari 2 data diatas didapatkan bahwa endi memiliki Expiratory Reserve Volume (ERV) yang lebih rendah yaitu 800 ml dan Afif memiliki nilai yang diatas rata-rata, hal itu kemungkinan disebabkan karena kesalahan dalam menghitung nilai Expiratory Reserve Volume (ERV), naracoba sedang memiliki gangguan pada sistem respirasi dan juga naracoba yang tidak koperatif. Dari 2 data diatas didapatkan naracoba yang memiliki nilai Volume Capacity (VC) yang paling tinggi adalah Afif dan yang paling rendah adalah Endi. Dimana pengertian volume capacity ini adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum.

VII. PERTANYAAN Setelah anda selesai melakukan percobaan dan menganalisa hasil pengukuran, maka jawablah pertanyaan di bawah ini : 1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pernapasan Jawaban : a. Jenis kelamin. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa muda lebih kurang 4,6 liter dan perempuan muda kurang lebih 3,1 liter. Volume paru pria dan wanita berbeda dimana kapasitas paru total pria 6,0 liter dan wanita 4,2 liter. b. Posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal inspirasi, tekanan intrapleura di bagian basis paru kurang negatif dibandingkan bagian apeks, sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih kecil dan jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase volume paru maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya. c. Kekuatan otot-otot pernapasan. Pengukuran kapasitas fungsi paru bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot-otot pernapasan. Apabila nilai kapasitas normal tetapi nilai FEV1 menurun, maka dapat mengakibatkan rasa nyeri, contohnya pada penderita asma. d. Ukuran dan bentuk anatomi tubuh. Obesitas meningkatkan resiko penurunan kapasitas residu ekspirasi dan volume cadangan ekspirasi dengan semakin beratnya tubuh. Pada pasien obesitas, volume cadangan ekspirasi lebih kecil daripada kapasitas vital sehingga dapat mengakibatkan sumbatan saluran napas. e. Proses penuaan atau bertambahnya umur. Umur meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas. Selain itu juga dapat terjadi penurunan volume paru statis, arus puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih saluran napas juga berkurang. Insiden tertinggi gangguan pernapasan biasanya pada usia dewasa muda. Pada wanita frekuensi mencapai maksimal pada usia 40-50 tahun, sedangkan pada pria frekuensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. f. Daya pengembangan paru (compliance). Peningkatan volume dalam paru

menghasilkan tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan


8

tekanan negatif. Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan perubahan tekanan saluran udara menggambarkan compliance jaringan paru dan dinding dada. Compliance paru sedikit lebih besar apabila diukur selama pengempisan paru dibandingkan diukur selama pengembangan paru. g. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru pada orang tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu. h. Riwayat penyakit paru. Banyak para pekerja yang terkena gangguan pernapasan bukan karena keturunan, melainkan akibat tertular oleh kuman atau basilnya. Biasanya kuman tersebut berasal dari lingkungan rumah, pasar, terminal, stasiun, lingkungan kerja, ataupun tempat-tempat umum lainnya. i. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru, dan metabolisme saat istirahat. j. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan fungsi paruparu yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya tahan tubuh (Yulaekah, 2007).

2. Apakah ada perbedaan nilai VC pada perubahan posisi (no 6)? Yang mana nilai VC yang lebih tinggi? Mengapa demikian? Jawaban : Tergantung pada posisi tubuh. Nilai kapasitas fungsi paru lebih rendah pada posisi tidur dibandingkan posisi berdiri. Pada posisi tegak, ventilasi persatuan volume paru di bagian basis paru lebih besar dibandingkan dengan bagian apeks. Hal ini terjadi karena pada awal inspirasi, tekanan intrapleura di bagian basis paru kurang negatif dibandingkan bagian apeks, sehingga perbedaan tekanan intrapulmonal-intrapleura di bagian basis lebih kecil dan jaringan paru kurang teregang. Keadaan tersebut menyebabkan persentase volume paru maksimal posisi berdiri lebih besar nilainya.

3. Mengapa percobaan ini tidak dapat mengukur residual volume, functional residual capacity, dan total lung capacity? Jawaban : Karena kurangnya peralatan dan juga metode ini tidak terlalu akurat dalam pengukurannya.dan juga volume residual tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer, karena volume udara ini tidak keluar dan masuk paru.namun,volume ini
9

dapat ditentukan secara tak langsung melalui teknik pengenceran gas yg melibatkan insprasi sejumlah tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.

4. Pada literature, ada ukuran yang disebut forced expiratory volume one second (FEV1). Coba jelaskan apa maksudnya? Apa tujuan mengukur FEV1? Apakah bisa diukur denggan percobaan ini? Jelaskan Jawaban : Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) merupakan besarnya volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama pada orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya. Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan pada nilai absolutnya tetapi pada perbandingan nilai FEV1 dengan FVC. Bila FEV1/FVC kurang dari 75 % berarti abnormal. Pada penyakit obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV1 yang lebih besar dibandingkan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio FEV1/FVC kurang dari 75%.

10

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Syamsurrijal. 2010. Analisis Hasil Spirometri Karyawan Pt. X yang Terpajan Debu di Area Penambangan dan Pemrosesan Nikel, http://mru.fk.ui.ac.id, diakses tanggal 1 April 2012. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit EGC . Jakarta. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC : Jakarta. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelphia ; F. A. Davis ; 2007 Seeley, et al. 2004. Anatomy & Physiology : Sixht Edition. The McGraw-Hill Companies Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel ke Sistem, 2nd ed. EGC : Jakarta. Yulaekah, Siti. 2007. Paparan Debu & Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Batu Kapur. Available from http://eprints.undip.ac.id/18220/1/SITI_YULAEKAH.pdf, di akses tanggal 6 April 2012.

11

Anda mungkin juga menyukai