Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Media pembelajaran merupakan suatu sarana yang cukup gamblang untuk
menyampaikan informasi kepada siswa. Pada materi sistem pernapasan misalnya
dapat menggunakan alat sederhana berupa Spirometer.
Spirometer adalah alat sederhana yang dapat membantu siswa memahami
prinsip-prinsip dalam sistem pernapasan. Spirometer sederhana dibuat dari bahan-
bahan yang mudah didapatkan di lingkungan berupa limbah botol air mineral dan
selang. Alat ini mengacu pada prinsip hukum archimedes yang melibatkan
perpindahan udara dan air karena adanya tekanan.

1.2 Tujuan Pengamatan


1. Mampu membuat alat spirometer sederhana dan bisa menjelaskan
langkah-langkah membuat spirometer tersebut.
2. Mampu melakukan pengukuran volume udara pernafasan menggunakan
spirometer sederhana dan menjelaskan langkah-langkahnya.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengukur volume udara menggunakan spirometer
sederhana ?
BABA II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam keadaan biasa, orang dewasa normal menghirup dan


menghembuskan udara sebanyak lebih kurang 1500 ml yang disebut volume tidal
atau udara pernafasan.
Setelah melakukan pernafasan biasa, ktia masih dapat menghirup udara
sekuat-kuatnya sebanyak lebih kurang 1500 ml yang disebut volume cadangan
inspirasi (udara komplementer) dan menghembuskan udara sekuat-kuatnya hingga
lebih kurang 1500 ml yang disebut volume cadangan ekspirasi atau udara
suplementer. Volume udara tidal, komplementer, dan suplementer mencapai 3500
– 4000 ml, yang disebut kapasitas vital paru-paru. Setelah menghembuskan nafas
sekuat-kuatnya, di dalam paru-paru masih tersisa udara sebanyak lebih kurang
1000 ml yang disebut sebagai volume residu. Jumlah keseluruhan udara yang
ditampung secara maksimal dalam paru-paru disebut kapasitas total paru-paru
(kapasitas vital paru-paru + volume residu) yaitu 4500 – 5000 ml.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang dalam
melakukan pernafasan, antara lain aktivitas tubuh, usia, jenis kelamin, suhu tubuh,
posisi tubuh, dan kadar CO2 maupun O2 di udara.
Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar
paru-paru dan dicatat dalam grafik volum per waktu.
 Sejarah Spirometer

129-200 Galen menemukan volum gas setelah beberapa waktu ‘tetap’ dengan
A.D melakukan eksperimen ‘volumetric’.

Borelli mengukur volume inspirasi dalam satu kali bernafas dengan


1681 menghisap cairan dari tabung silinder.

Jurin J. meniupkan udara dalam kantung dan mengukur volume


1718 udara menggunakan prinsip archimedes.
Goodwyn E. menyebutkan bahwa kapasitas vital paru-paru dapat
1788 mencapai 4460 ml.

Abernethy mengukur kapasitas vital paru-paru adalah 3150 ml


1793 dengan mengukur oksigen kadaluarsa

Menzies R. melakukan eksperimen dengan metode ‘body


1796 plethysmography’, dan menentukan volume tidal paru-paru.

Pepys W.H. Jun. menemukan volum tidal biasa menjadi 270 ml


1799 menggunakan dua gastometer air raksa dan gastometer biasa.

Davy H. Mengukur volume udara tidal dan residu


1800 menggunakan hydrogen dilution method.

Kentish E. menggunakan Pulmometer sederhana mempelajari


1813 volume saluran udara ketika sakit.

Thrackrah C.T. menggambarkan pulmometer yang lebih canggih


1831 dari Kentish

Maddock, A.B. mempublikasikan pulmometer untuk mengukur


1844 kekuatan paru-paru di dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda.

Vierordt menggunakan ‘expirator’ untuk mendeskripsikan volume


residu (‘Rückständige Luft’) dan kapasitas vital (‘vitales
1845 Atmungsvermögen’)

John Hutchinson menggunakan spirometer (1844) dan 1852


1852 menunjukan bahwa kapasitas vital paru-paru berbanding lurus
(1844) dengan tinggi dan tidak berkaitan dengan berat badan.

Wintrich menguji 4000 orang dengan spirometer dan menentukan 3


parameter penentu kapasitas vital paru-paru yaitu tinggi badan, berat
1854 badan dan umur.
 Prinsip Kerja spirometer
Spirometer menggunakan prinsip hukum Archimedes. Hal ini
tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan
naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara
yang masuk ke spirometer. Ada pula Spirometer menggunakan hukum newton
yang diterapkan dalam sebuah katrol.
Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik
turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak
diatas silinder berputar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


• 2 botol air mineral 1,5 L
• Selang transparan 1 m
• 1 set lem tembak
• Mistar 1 buah
• Loyang 1 buah
• Air berwarna
• Tali secukupnya
• Sambungan pipa paralon 1 buah
• Gelas ukur

3.2 Cara Kerja


Cara Kerja 1 : Membuat Spirometer sederhana
• Menyiapkan alat dan bahan
• Gunting botol A menjadi 2 bagian dengan ukuran yang diinginkan, lalu
lubang di bagian samping botol
• Buat skala 100 ml di botol B sampai mencapai skala 1500 ml
menggunakan gelas ukur
• Sambung kedua botol tesebut menggunakan sambungan pipa lalu rekatkan
menggunakan lem (botol A Ke pipa bagian kecil dan botol B ke mulut
pipa besar).

• Masukkan selang ke sambungan botol A sampai ke Botol B

• Setelah terpasang masukkan spirometer ke wadah(ember/loyang)


• Spirometer siap digunakan

Cara Kerja II : Melakukan Penelitian
 Siapkan Spirometer yang telah di buat sebelumnya
 Tarik udara dengan satu tarikan nafas melalui ujung selang

 Udara dalam mulut akan menekan air naik ke atas botol B


 Lakukan percobaan yang sama terhadap teman yang lain

3.3 Tabel Pengamatan


No. Nama Tinggi air yg masuk ke Volume udara inspirasi
botol (cm) (ml)
1. Fariska Anindrasari.S 20 1.134,3
2. Citra Dewi 18 1.020,9
3. Indri Supu 17 964,2
4. Sandi Pratama 22 1.247,8
Keterangan botol :
d = 8,5 cm
r = 4,25 cm
t = 29 cm

3.4 Analisa Data


𝑽 = 𝝅𝒓𝟐 𝒕
Keterangan :
V = volume (ml)
r = jari-jari botol (cm)
t = tinggi botol (cm)

1. Volume udara Fariska


𝑽 = 𝝅𝒓𝟐 𝒕
𝑽 = 𝟑, 𝟏𝟒(𝟒, 𝟐𝟓)𝟐 (𝟐𝟎) = 𝟏. 𝟏𝟑𝟒, 𝟑 𝒎𝒍

2. Volume udara Citra


𝑽 = 𝝅𝒓𝟐 𝒕
𝑽 = 𝟑, 𝟏𝟒(𝟒, 𝟐𝟓)𝟐 (𝟏𝟖) = 𝟏. 𝟎𝟐𝟎, 𝟗 𝒎𝒍

3. Volume udara Indri


𝑽 = 𝝅𝒓𝟐 𝒕
𝑽 = 𝟑, 𝟏𝟒(𝟒, 𝟐𝟓)𝟐 (𝟏𝟕) = 𝟗𝟔𝟒, 𝟐 𝒎𝒍

4. Volume udara Sandi


𝑽 = 𝝅𝒓𝟐 𝒕
𝑽 = 𝟑, 𝟏𝟒(𝟒, 𝟐𝟓)𝟐 (𝟐𝟐) = 𝟏. 𝟐𝟒𝟕, 𝟖 𝒎𝒍
BAB IV
PEMBAHASAN

Spirometer sederhana merupakan alat sederhana yang digunakan untuk


mengukur kapasitas udara pernapasan pada manusia. Prinsip pengukuran dalam
spirometer berbeda-beda bergantung dari bentuk, tipe dan spesifikasi alat. Ada
spirometer yang mengukur kapasitas udara pernapasan menggunakan kertas grafik
sehingga dapat diukur volume udara komplementer, suplementer, dan tidalnya.
Ada juga spirometer yang menggunakan gerakan turbin yang sudah diberikan
skala tertentu sehingga jika udara pernapasan ditiupkan, maka turbin akan
bergerak dan didapatkan volume udara yang terbaca pada skala turbin.
Volume udara pernapasan yang diukur menggunakan spirometer
sederhana ini, dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya. Hal ini disebabkan,
spirometer sederhana ini memiliki kesamaan prinsip kerja yaitu “flow air” atau
tanpa hambatan udara. Prinsip ini merupakan prinsip fisika dalam mekanika
fluida. Menurut Kertiasa (1996), tekanan di dalam zat cair disebabkan oleh gaya
gravitasi yang bekerja pada setiap bagian zat cair; besarnya bergantung pada
kedalaman; makin dalam letak suatu bagian zat cair, makin besar tekanan pada
bagian itu. Tekanan ini dapat diukur menggunakan alat Hartl. Pendapat Kertiasa
(1996) dikenal sebagai tekanan hidrostatis. Oleh karena itu, saat ekspirasi pada
spirometer, diusahan dalam kondisi “flow air” agar energi ekspirasi dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
Frekuensi pernafasan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. Umur
Seiring pertambahan umur, kapasitas paru-paru akan menurun. Kapasitas
paru orang berumur 30 tahun ke atas rata-rata 3.000 ml sampai 3.500 ml, dan pada
mereka yang berusia 50-an tentu kurang dari 3.000 ml. Kapasitas paru-paru yang
sehat pada laki-laki dewasa bisa mencapai 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4,5
sampai 5 liter udara. Sementara itu, pada perempuan, kemampuannya sekitar 3
hingga 4 liter.
2. Jenis Kelamin
Frekuensi pernapasan wanita pada umumnya lebih banyak daripada laki-
laki. Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih
kecil dari lakilaki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak.
3. Suhu Tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi pernapasannya. Hal
ini berhubungan erat dengan peningkatan proses metabolisme tubuh.
4. Posisi Tubuh
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada
tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga
untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan
diproduksi banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya
meningkat. Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh
sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini
mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak
terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah.
5. Kegiatan Tubuh
Orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi
dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai/tidur). Tubuh
memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih banyak
memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frekuensi pernapasan agar
dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang ada di otak dan
disebut medula oblongata. Kita menahan napas sementara waktu, tetapi bila kadar
karbon dioksida dalam darah naik akan timbul rangsangan untuk menghirup udara
pernapasan dalam-dalam. Ketika darah melalui alveolus, kandungan karbon
dioksidanya sama dengan di alveolus.
Darah kemudian mencapai medula oblongata yang mengandung selsel
yang sangat peka terhadap konsentrasi karbon dioksida dalam darah. Jika
kandungan karbon dioksida ini naik di atas normal, medula oblongata
menanggapinya dengan meningkatkan banyaknya impuls saraf dan laju impuls
saraf yang mengontrol aksi otot-otot pernapasan (otot diafragma dan otot
interkosta). Akibatnya ialah peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru yang
mengembalikan konsentrasi karbon dioksida dalam alveolus dengan cepat dan
kemudian mengembalikan konsentrasi karbon dioksida darah ke konsentrasi
normal.
Ketika selang pada spirometer dihirup, maka udara yang ada dalam botol
B akan keluar dan masuk ke saluran pernapasan, udara yang hilang menyebabkan
tekanan udara dalam botol B lebih kecil sehingga air dalam loyang akan naik ke
botol B. Tinggi air di botol B, dapat dilihat dari skala cm (meteran) yang telah
disediakan. Volume air dihitung dengan rumus volume tabung (Vtabung = π. r2 .
t). Volume air di tabung B sama dengan volume udara yang masuk ke paru-paru.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Spirometer adalah alat sederhana yang dapat membantu siswa memahami
prinsip-prinsip dalam sistem pernapasan. Spirometer sederhana dibuat dari bahan-
bahan yang mudah didapatkan di lingkungan berupa limbah botol air mineral dan
selang. Alat ini mengacu pada prinsip hukum archimedes yang melibatkan
perpindahan udara dan air karena adanya tekanan.
Ketika selang pada spirometer dihirup, maka udara yang ada dalam botol
B akan keluar dan masuk ke saluran pernapasan, udara yang hilang menyebabkan
tekanan udara dalam botol B lebih kecil sehingga air dalam loyang akan naik ke
botol B. Tinggi air di botol B, dapat dilihat dari skala cm (meteran) yang telah
disediakan. Volume air dihitung dengan rumus volume tabung (Vtabung = π. r2 .
t). Volume air di tabung B sama dengan volume udara yang masuk ke paru-paru.

5.2 Saran
Dari pengalaman kami pada percobaan ini, kami menyarankan agar teman-
teman memperbaiki dan mengembangkan percobaan yang dilakukan sehingga
tidak sampai menimbulkan kerumpangan data. Disamping itu, posisi tubuh juga
diharapkan tegak (berdiri) pada saat melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Daniah, Nia. 2012. Spirometer Sederhana. [Online]. Tersedia:


https://niadaniah.wordpress.com/tag/spirometer-sederhana/ [15 Mei 2019]

Supriyadi, Agung. 2009. Spirometer Sederhana. [Online]. Tersedia:


https://recyclearea.wordpress.com/2009/09/27/spirometer/ [15 Mei 2019]

Tjandra Yoga Aditama.2005. Frekuens Pernapasan.(www.kompas.co.id), diakses


tanggal 15 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai