Anda di halaman 1dari 18

2.

10 Suhu Tubuh Rata-Rata


Suhu jaringan dalam tubuh yaitu "inti" tubuh dipertahankan sangat
konstan, sekitar ± 1°F (± 0,6°C) kecuali bila seseorang mengalami demam.
Bahkan, pada orang yang telanjang dapat terpajan pada suhu yang rendah sampai
55°F atau suhu yang tinggi sampai 130°F dalam udara kering, dan tetap dapat
mempertahankan suhu inti yang hampir mendekati konstan. (1)
Suhu kulit, berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan
suhu lingkungan. Suhu kulit penting apabila kita merujuk pada kemampuan kulit
untuk melepaskan panas ke lingkungan. Tidak ada suhu inti yang dapat dianggap
normal, karena pengukuran yang dilakukan pada sebagian besar orang yang sehat
memperlihatkan rentang suhu normal yang diukur per oral, mulai dari di bawah
97°F (36°C) sampai lebih dari 99,5°F (37,5°C). Suhu inti normal rata-rata secara
umum adalah antara 98,0°F dan 98,6°F bila diukur per oral, dan kira-kira 1°F
lebih tinggi bila diukur per rektal. Suhu tubuh meningkat selama kerja dan
bervariasi mengikuti suhu lingkungan yang ekstrem, karena mekanisme
pengaturan suhu tidaklah sempurna. (1)
Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja fisik
yang melelahkan, suhu akan meningkat sementara sampai 101°F hingga 104°F.
Sebaliknya, ketika tubuh terpajan pada suhu yang dingin, suhu dapat turun di
bawah 96°F. (1)
Gambar 1. Regulasi Suhu.

2.11 Tiga Tempat Pengukuran Suhu


Terdapat beberapa tempat yang mudah diakses untuk memantau suhu
tubuh. Suhu mulut dan ketiak (aksila) setara, sedangkan suhu rektum rata-tata
lebih tinggi I derajat F (0,56oC). Yang sekarang juga telah tersedia adalah alat
pemantau suhu yang memindai panas yang dikeluarkan oleh gendang telinga dan
mengubah suhu ini menjadi ekivalen oral. Namun, tidak ada dari pengukuran-
pengukuran ini yang merupakan indikasi mutlak suhu inti internal, yang sedikit
lebih tinggi daripada 100'F daripada tempat yang diukur. (2)

2.12 Faktor-faktor yang Memengaruhi Suhu Tubuh


1. Variasi diurnal
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia
yang tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi
dan tertinggi pada awal malam. (2)

2. Kerja jasmani/ aktivitas fisik


Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait
dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh
dapat mencapai 40°C. (2)

3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada
wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh
wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C. (2)

4. Lingkungan Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh.


Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh
karena menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di
dalam tubuh. (2)

Suhu tubuh merupakan pencerminan panas tubuh. Sebagaimana energi


tubuh yang mengikuti hukum termodinamika, panas tubuh sebagai salah satu
bentuk energi juga mengikuti hukum tersebut. Suhu tubuh merupakan hasil
imbangan antara pembentukan panas dengan kehilangan panas.(2)

2.13 Pembentukan dan Pengeluaran Panas


2.13.1 Pembentukan Panas
Pembentukan panas adalah produk utama metabolisme. Dalam Bab
Metabolisme, yang merangkum energetika tubuh, kita mendiskusikan factor-
faktor yang berbeda, yang menentukan kecepatan pembentukan panas, yang
disebut kecepatan metabolisme tubuh. Faktor-faktor yang paling penting didaftar
kembali di sini: (1) kecepatan metabolisme basal semua sel tubuh; (2) kecepatan
metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi
otot yang disebabkan oleh menggigil; (3) metabolism tambahan yang disebabkan
oleh pengaruh tiroksin (dan sebagian kecil hormon lain, seperti hormon
pertumbuhan dan testosteron) terhadap sel; (4) metabolisme tambahan yang
disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin, dan perangsangan simpatis
terhadap sel; dan (5) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri, terutama bila suhu di dalam sel meningkat;
(6) metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorpsi, dan
penyimpanan makanan(efek termogenik makanan).(1)

2.13.1 Pengeluaran Panas


Sebagian besar pembentukan panas di dalam tubuh dihasilkan di organ
dalam, terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama bekerja. Kemudian
panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang
kemudian dibuang ke udara dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kecepatan
pengeluaran panas hampir seluruhnya ditentukan oleh dua faktor: (1) seberapa
cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni dari
dalam inti tubuh ke kulit dan (2) seberapa cepat panas kemudian dapat
dihantarkan dari kulit ke lingkungan. (1)
Pertukaran panas terjadi melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. Semua penambahan atau kehilangan panas antara tubuh dan
Iingkungan eksternal harus berlangsung anrara permukaan tubuh dan
lingkungannya. Hukum-hukum fisika yang sama yang mengatur pemindahan
panas antara benda-benda mati juga mengontrol perpindahan panas antara
permukaan tubuh dan lingkungan. Suhu suatu benda dapat dianggap sebagai
ukuran konsentrasi panas di dalam benda tersebut. Karena itu, panas selalu
mengalir mengikuti penurunan gradien konsentrasinya; yaitu, menuruni gradien
termal/suhu dari bagian yang lebih hangat ke yang\ebih dingin artiya "panas").
Tubuh menggunakan empat mekanisme untuk memindahkan panas: radiasi,
honduksi, konueksi, dan euaporasi.(3)
Gambar 2. Asupan dan Pengeluaran Panas.
RADIASI

Radiasi adalah emisi energi panas dari permukaan suaru benda hangat
dalam bentuk gelombang elektromagnetik, atau gelombang panas, yang merambat
dalam ruang. Ketika suatu energi radiasi mengenai sebuah benda dan diserap
maka energi gerakan gelombang akan diubah menjadi panas di dalam benda.
Tirbuh manusia memancarkan(sumber yang kehilangan panas) dan
menyerap(sumber yang memperoleh panas) energi radiasi. Apakah tubuh
kehilangan atau memperoleh panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan
suhu antara permukaan kulit dan permukaan benda lain di lingkungan. Karena
pemindahan n€tto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih hangat ke
yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih hangat
daripada permukaan kulit, misalnya matahari, radiator, atau kayu yang terbakar.
Sebaliknya, tubuh kehilangan panas melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan
yang permukaannya lebih dingin daripada permukaan kulit, misalnya dinding
bangunan, furnitur, atau pohon. Secara rerata, manusia hampir separuh energi
panas mereka melalui radiasi.(3)

KONDUKSI
Konduksi(hantaran) adalah pemindahan panas anrara benda-benda yang
berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir
menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin
melalui pemindahan dari molekul ke molekul. Semua molekul terus-menerus
bergetar, dengan molekul yang lebih hangat bergerak lebih cepat daripada yang
dingin. Ketika molekul-molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling
bersentuhan maka molekul yang lebih hangat dan bergerak lebih cepat memicu
molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih cepat sehingga molekul yang
lebih dingin tersebut menjadi lebih hangat. Selama proses ini, molekul vang
semula lebih hangat kehilangan sebagian dari energi suhunya karena melambat
dan menjadi lebih dingin. Karena itu, asalkan waktunya cukup maka suhu dua
benda yang saling bersentuhan akhirnya akan sama.(3)
Laju pemindahan panas melalui konduksi bergantung pada perbedaan suhu
antara benda-benda yang bersentuhan dan daya hantar panas bahan-bahan yang
terlibat (yaitu, seberapa mudah panas dihantarkan oleh molekul bahan). Panas
dapat bertambah atau berkurang melalui konduksi ketika kulit berkontak dengan
suatu penghantar(konduktor) yang bai. Ketika anda memegang bola es, misalnya,
tangan anda menjadj dingin karena panas mengalir melalui konduksi dari tangan
ke bola es. Sebaliknya, ketika anda menempelkan bantal pemanas ke bagian tubuh
anda, maka bagian tubuh tersebut menghangar sewaktu panas dipindahkan dari
bantalan ke tubuh anda. Demikian juga, anda kehilangan arau memperoleh panas
melalui konduksi ke lapisan udara yang berkontak langsung dengan tubuh anda.
Arah pemindahan panas masing-masing bergantung pada apakah udara lebih
dingin atau lebih panas daripada kulit anda. Namun, hanya sebagian kecil dari
pertukaran panas toral antara kulir dan lingkungan berlangsung melalui konduksi
saja karena udara bukan penghantar panas yang baik. (Karena itu, air kolam
renang bersuhu 80'F(26,7oC) terasa lebih dingin daripada udara dengan suhu yang
sama; panas dihantarkan lebih cepat dari permukaan tubuh ke air, yang merupakan
konduktor yang baik daripada ke udara, yang merupakan konduktor buruk.(3)

KONVEKSI

Kata konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara
(atau 11rO). Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar
yang lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih
hangat. Karena udara hangat lebih ringan(kurang padat) daripada udara dingin,
maka udara yang telah dihangatkan tersebut naik sementara udara yang lebih
dingin berpindah ke dekat kulit menggantikan udara yang telah hangat tersebut.
Proses ini kemudian berulang.(3)

Pergerakan udara ini (konveksi) membantu membawa panas menjauhi


tubuh. jika tidak terjadi arus konveksi maka tidak lagi terjadi pembebasan
panas setelah suhu lapisan udara yang tepat berada disekitar tubuh menyamai
suhu kulit. Proses kombinasi pengleuran panas dari tubuh dengan konduksi-
konveksi diperkuat oleh pergerakan udara di atas permukaan tubuh, baik oleh
gerakan udara eksternal seperti yang ditimbulkan oleh angina atau kipas atau
oleh pergerakan tubuh yang menerobos udara, misalahnya sewaktu naik
sepeda. Karena pergerakan paksa udara menyapu udara yang telah
dihangatkan oleh hantaran dan menggantikannya degnan udara yang lebih
dingin secara lebih cepat maka jumlah panas yang dapat dikeluarkan dari
tubuh dalam jangka waktu tertentu juga lebih banyak. Karena itu angin
membuat kita lebih dingi dari pada cuaca panas, dan hari-hari berangin pada
musim salju akan labih terasa dingin daripada hari-hari tenang dengan
menggunakan suhu dingin yang sama. Karena itu para peramal cuaca
mengembangkan konsen wind chill factor.(3)

EVAPORASI
Adalah metode terakhir pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh.
ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk
mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh
menjadi lebih dingin. Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan
tubuh akan merasa lebih dingin ketika baju renang anda basah daripada baju
kering. Pengeluaran panas secara evaporative terjadi terus-menerus dari
lapisan dalam saluran nafas dan dari permukaan kulit. Panas secara terus-
menerus keluar melalui uap H202 di udara ekspirasi akibat pelembaban udara
sewaktu udara melewati sistem pernafasan. Demikian juga, karena kulit bukan
lapisan yang sama sekali kedap air maka molekul-molekul H 202 secara terus-
menerus berdifusi menembus kulit dan menguap. Evaporsi dari kulit yang
terus-menerus ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar keringat. Proses
pengeluaran panas pasif melalui evaporasi ini tidak berada di bawah kontrol
fisiologik dan berlangsung terus bahkan pasa cuaca yang sangat dingin, saar
masalahnya adalah bagaimana mempertahankan panas tubuh. (3)

Berkeringat adalah proses pengeluran panas evaporative aktif dibawah


kontrol saraf simpatis. Laju pengeluran panas evaporative dapat diubah-ubah
degnan mengubah banyaknya keringat, yaitu mekanisme homeostatic penting
untuk mengelurakan kelebihan panas sesuai kebutuhan. Pada kenyataanya,
ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat adalah satu-satunya
cara untuk mengeluarkan panas karena pada keadaan ini tubuh memperoleh
panas melalui radiasi dan konduksi. (3)

2.14 Mekanisme pengaturan suhu tubuh

Pusat pengaturan suhu tubuh yang berfungsi sebagai termostat tubuh


adalah suatu kumpulan neuron-neuron di bagian anterior hypothalamus yaitu
preoptic area. Area ini menerima impuls-impuls syaraf dari termoreseptor dari
kulit dan membran mukosa serta dalam hipotalamus. Neuron-neuron pada area
preoptic membangkitkan impuls saraf pada frekuensi tinggi ketika suhu
darah meningkat dan frekuensi berkurang jika suhu tubuh menurun. Impuls-
impuls saraf dari area preoptik menyebar menjadi dua bagian dari hipotalamus
diketahui sebagai pusat hilang panas dan pusat peningkatan panas, dimana
ketika distimulasi oleh area preoptik, mengatur ke dalam serangkaian respon
operasional yang meningkatkan dan menurunkan suhu tubuh secara berturut-
turut. (8)

Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi


dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti
tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat. Pusat pengaturan tubuh
manusia ada di hipotalamus. Oleh karena itu, jika hipotalamus terganggu,
mekanisme pengaturan suhu tubuh juga akan terganggu dan mempengaruhi
thermostat tubuh manusia. Mekanisme pengaturan suhu tubuh manusia erat
kaitannya antara kerja sama sistem saraf baik otonom, somatik, dan endokrin
sehingga ketika membahas mengenai pengaturan suhu oleh sistem persarafan,
tidak lepas pula kaitannya dengan kerja sistem endokrin terhadap mekanisme
pengaturan suhu tubuh seperti TSH dan TRH. (8)

Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah


hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior
(AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan
menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi
meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil,
menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid
dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal
metabolisme rate.

Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, akan terjadi mekanisme


homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed
back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal.
Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls saraf ke area
preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory
hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon)
sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi
TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior
untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf
dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor.(8)

Hipotalamus memadukan berbagai masukan termosensorik.

Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai


pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu
di berbagai bagian tubuh dan memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan
terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas
sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal. Hipotalamus dapat berespons terhadap perubahan suhu darah
sekecil 0,010C. Derajat responsivitas hipotalamus terhadap penyimpangan
suhu tubuh disesuaikan secara tepat sehingga panas yang dihasilkan atau
dikeluarkan cukup untuk mempertahankan suhu tetap normal. (3)

Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluran panas dan mekanisme


pembentuk dan penghemat panas, hipotalamus harus diberi informasi secara
terus-menerus tentang suhu inti dan suhu kulit oleh reseptor peka suhu khusus
yang disebut termoreseptor. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral,
yang terletak dihipotalamus itu sendiri serta ditempat lain disusunan saraf
pusat dan organ abdomen. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di
seluruh tubuh dan menyalurkan informasi tentang perubahan suhu permukaan
ke hipotalamus. Di hipotalamus diketahui terdapat dua pusat regulasi suhu.
Region posterior diaktifkan oleh dingin dan kemudian memicu refleks-refleks
yang memerantarai produksi dan penghematan panas. region anterior, yang
diaktifkan oleh panas, memicu refleks-refleks yang memerantarai
pengeluaran panas. Ada beberapa cara yang digunakan oleh hiptalamus untuk
melaksanakan fungsi termoregulasinya. (3)

1. Menggigil sebagai cara involunteer utama untuk meningkatkan produksi


panas

Tubuh dapat memeperoleh panas dari produksi panas internal yang


dihasilkan oleh aktivitas metabolic atau dari lingkungan eksternal jika yang
terakhir ini lebih hangat daripada suhu tubuh. Karena suhu tubuh biasanya
lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, maka produksi panas metabolic
merupakan sumber utama panas tubuh. Dalam keadaan istirahat, sebagian
besar panas tubuh dihasilkan oleh organ-organ thoraks dan abdomen sebagai
hasil dari aktivitas metabolik yang terus berlangusung untuk
memepertahankan kehidupan. Di atas tingkat basal ini, laju produksi panas
metabolic dapat meningkat bervariasi terutama karena perubahan pada
aktivitas otot rangka atau, pada derajat yang lebih rendah karena kerja hormon
tertentu. Jadi, perubahan pada aktivitas otot rangka merupakan jalur produksi
panas utama yang dikontrol untuk pengaturan suhu. (3)

Penyesuaian produksi panas oleh otot rangka

Sebagai respons terhadap penurunan suhu inti yang disebabkan oleh


pajanan terhadap dingin, hipotalamus meningkatkan aktivitas otot rangka
untuk menghasilkan lebih banyak panas. dengan bekerja melalui jalur-jalur
descendes yang berakhir di neuron motorik yang mengontrol otot rangka,
hipotalamus mula-mula meningkatkan tonus otot rangka(tonus otot adalah
tingkat tegangan konstan di dalam otot). Dalam waktu singkat dimulailah
menggigil. Menggigil adalah kontraksi ritmik otot rangka yang berlangsung
cepat 10-20 kali perdertik. Mekanisme ini sangat efektif meningkatkan
produksi panas. Semua energi yang dibebaskan selama tremor otot ini diubah
menjadi panas karena tidak terjadi kerja eksternal. Dalam hitungan detik
sampai menit, produksi panas internal dapat meningkat dua sampai lima kali
lipat akibat menggigil. (3)

Dalam situasi yang berlawanan, pada peningkatan suhu inti akbiat pajanan
ke panas digunakan dua mekanisme untuk mengurangi aktivitas otot rangka
penghasil panas. Tonus otot secara refleks diturunkan, dan gerakan volunteer
di kurangi. Ketika udara menjadi sangat panas, orang sering mengeluh “terlalu
panas bahkan untuk bergerak”. Respons ini tidak terlalu efektif untuk
menurunkan produksi panas sewaktu pajanan ke panas dibandingkan dengan
respons otot yang meningkatkan produksi panas sewaktu pajanan ke dingin
karena dua alasan. Pertama, karena tonus otot normalnya pada dasarnya sudah
cukup rendah maka kapasitas untuk menguranginya lebih lanjut menjadi
terbatas. Kedua, peningkatan suhu tubuh cenderung meningkatkan laju
produksi panas metabolik karena suhu memiliki efek langusung pada laju
reaksi kimia. (3)

Gambar 2. Jalur termoregulator (7)

Termogenesis tanpa menggigil

Meskipun perubahan refleks dan volunter aktivitas otot adalah cara utama
untuk meningkatkan laju produksi panas, termogenesis tanpa menggigil
(termogenesis kimiawi) juga berperan dalam termoregulasi. Pada kebanyakan
hewan percobaan, pajanan dingin yang berkepanjangan menyebabkan
peningkatan produksi panas merabolik yang tidak bergantung pada kontraksi
otot, yaitu ditimbulkan oleh perubahan pada aktivitas kimiawi penghasil
panas. Pada manusia, termogenesis tanpa menggigil paling penting pada
neonatus karena mereka belum memiliki kemampuan untuk menggigil.
Termogenesis tanpa menggigil diperantarai oleh hormon epinefrin dan hormon
tiroid, di mana keduanya meningkatkan produksi panas dengan merangsang
metabolisme lemak. Neonatus memiliki simpanan jaringan lemak tipe khusus
yang disebut lemak coklat, yang efektif dalam mengubah energi kimia
menjadi panas. Peran termogenesis ranpa menggigil pada orang dewasa masih
diperdebatkan. Setelah mengulas mekanisme-mekanisme untuk menyesuaikan
produksi panas marilah kita beralih ke sisi berlawanan dari persamaan, yaitu
penyesuaian pengeluaran panas. (3)

2. Besarnya pengeluran panas dapat disesuaikan dengan mengubah aliran


darah ke kulit

Mekanisme pengeluaran panas juga dapat dikontrol, terutama oleh


hipotalamus. Saat kita panas, kita ingin meningkatkan pengeluaran panas ke
lingkungan, saat kita dingin, kita ingin mengurangi pengeluaran panas. Jumlah
panas yang dikeluarkan ke lingkungan melalui radiasi, konduksi, konveksi
sebagian besar ditentukan oleh gradient suhu antara suhu kulit dan lingkungan
eksternal. Bagian inti sentral tubuh adalah mesin penghasil panas dimana
suhu harus dipertahankan pada sekitar 1000F. bagian inti ini di kelilingi oleh
selubung insulator tempat terjadinya pertukaran panas antara tubuh dan
lingkungan eskternal. Untuk mempertahankan suhu inti, kapasitas insulatif
dan suhu selubung ini dapat disesuaikan untuk mengubah-ubah gradient suhu
antara kulit dan lingkungan eksternal sehingga derajat pengeluaran panas
dapat diatur. Kapasitas insulatif selubung tersebut dapat diubah-ubah dengan
mengontrol jumlah darah yang mengalir ke kulit. Aliran darah kulit memiliki
dua fungsi. Pertama, memberikan pasokan nutrisi ke kulit. Kedua, sewaktu
darah di pompa dari jantung ke kulit, darah yang telah mengalami pemanasan
di bagian inti tubuh membawa panas ini ke kulit. Sebagian besar aliran darah
ke kulit 20-30 kali lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi kulit. (3)

Dalam proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat bervariasi, dari
400ml/mnt hingga 2500ml/menit. Semakin banyak darah yang mencapai kulit
dari bagian inti tubuh yang hangat, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti
tubuh. pembuluh darah kulit menghilangkan efektivitas kulit sebgai insulator
dengan membawa panas ke permukaan, tempat panas tersebut dapat keluar
dari tubuh melalui radiasi, konduksi-konveksi. Karena itu, vasodilatasi
pembuluh kulit (khususnya arteriol), yang meningkatkan aliran darah hangat
ke kulit, meningkatkan pengularan panas. sebaliknya, vasokontiksi pembuluh
kulit, yang mengurangi aliran darah, menurunkan pengeluran panas dengan
menahan darah hangat tetap berada dibagian inti, tempat darah tersebut
terinsulasi dari lingkungan eksternal. Respons ini menahan panas yang
seharunya keluar. Kulit yang dingin dan relative kurang darah adalah
insulator yang sangat baik antara bagian tubuh denga lingkungan. Namun,
kulit bukanlah insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokontriksi
maksimal. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap dapat
dihantarkan melalui konduksi dari organ-organ dalam permukaan kulit dan
akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal. (3)

Respons vasomotor kulit ini dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui


sistem saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis di pembuluh kulit
menyebabkan vasokontriksi sebagai respon terhadap pajanan dingin,
sedangkan penurunan aktivitas simpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh
kulit sebagai respons terhadap pajanan panas. pusat kontrol kardiovaskular di
medulla juga memiliki kontrol atas arteriol kulit (serta arteriol diseluruh
tubuh) melalui penyesuaian aktivitias simpatis ke pembuluh-pembuluh ini
denga ntujuan mengatur tekanan darah. Kontrol hipotalamus atas atreiol kulit
untuk mengatur suhu mengalahkan kontrol pembuluh darah yang sama oleh
pusat kontrol kardiovaskular. Karena itu, respons vasomotor kulit yang
mencolok untuk tujuan termoregulasi dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah. Sebagai contoh, tekanan darah dapat turun pada pajanan ke lingkungan
yang sangat panas, karena respons vasodilator kulit yang ditimbulkan oleh
pusat termoregulasi hipotalamus mengalahkan respons vasokonstriktor kulit
yang di timbulkan oleh pusat kontrol kardiovaskular medulla. (3)
3. Hipotalamus secara simultan mengoordinasikan mekanisme produksi
panas dan pengeluaran panas.

a. Respon terpadu terhadap pajanan dingin

Sebagai respons terhadap pajanan dingin, regio posterior hipotalamus


memicu peningkatan produksi panas, misalnya dengan menggigil, sekaligus
mengurangi pengeluaran panas(yaitu konservasi panas) melalui vasokonstriksi
kulit dan tindakan lain. (3)

Karena kemampuan tubuh untuk mengurangi suhu kulit melalui


vasokonstriksi terbatas maka vasokonstriksi maksimal pun kurang memada
untuk mencegah pengeluaran panas berlebihan ketika suhu eksternal turun
terlalu rendah. Karena itu, tindakan lain harus dilakukan untuk lebih
mengurangi pengeluaran panas. pada hewan dengan bulu yang lebat,
hipotalamus, dengan bekerja melalui sistem saraf simpatis, memicu kontraksi
otor-otot halus di dasar folikel rambut atau bulu untuk mengangkat rambut
atau bulu tersebut tegak di permukaan kulit. Tindakan ini menyebabkan udara,
yang merupakan penghantar yang buruk, terperangkap di antara kulit dan
lingkungan sehingga sawar insulator antara inti tubuh dan udara dingin
bertambah dan pengeluaran panas berkurang. Meskipun otot batang rambut
pada manusia berkontraksi iebagai respons terhadap pajanan dingin, tetapi
mekanisme retensi panas ini kurang efektif karena kepadaran rambut yang
rendah serta tekstur halus sebagian besar rambut manusia. Yang terjadi adalah
merinding. (3)

Setelah tercapai vasokonstriksi maksimal akibat pajanan ke dingin,


pengeluaran panas lebih lanjut pada manusia hanya dapat dicegah oleh
adaptasi perilaku, misalnya perubahan postur yang mengurangi sebanyak
mungkin luas permukaan yang terpajan untuk tempat keluarnya panas.
Perubahan postur ini mencakup tindakan mengerutkan bahu, mendekapkan
rangan ke dada, atau duduk bergelung. (3)
Menggunakan baju hangat meningkatkan insulasi tubuh untuk mengurangi
pengeluaran panas berlebihan. Baju menahan lapisan udara yang merupakan
penghantar panas yang buruk antara permukaan kulit dan lingkungan sehingga
pengeluaran panas melalui konduksi dari kulit ke udara luar yang dingin
berkurang dan aliran arus konveksi juga berkurang. (3)

b. Respons terpadu terhadap pajanan panas

Pada lingkungan yang berawan-pajanan panas-bagian anterior


hipotalamaus mengurangi produksi panas dengan menurunkan aktivitas otot
rangka dan meningkatkan pengeluaran panas dengan memicu vasodilatasi
kulit. Ketika vasodilatasi maksimal kulit pun tidak mampu membuang panas
yang berlebihan dari tubuh maka terjadi proses berkeringat untuk
meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi. Pada kenyataanya, jika
suhu udara meningkat melebihi suhu kulit dengan vasodilatasi maksimal,
maka gradient suhu berbalik sendiri sehingga terjadi penambahan panas dari
lingkungan . Berkeringat adalah satu-satunya cara untuk mengelurakan panas
pada keadaan ini. (3)

Gambar 3. Vasokontriksi dan vasodilatasi akibat pengaturan suhu(7)

c. Zona termonetral
Aktivitas yasomotor kulit sangat efektif untuk mengontrol pengeluaran
panas pada suhu lingkungan antara 60-an dan pertengahan 80-an. Kisaran ini,
di mana suhu inti dapat dipertahankan konstan oleh respons vasomotor tanpa
memerlukan bantuan dari mekanisme produksi panas atau pengeluaran panas
tambahan, disebut zona termonetral. Ketika suhu udara eksternal turun lebih
rendah daripada batas bawah kemampuan vasokonstriksi kulit untuk
mengurangi pengeluaran panas lebih lanjut tugas mempertahankan suhu inti
jatuh ke tangan peningkatan produksi panas, terutama menggigil. Di ekstrim
yang lain, ketika suhu eksternal melebihi batas atas kemampuan vasodilatasi
kulit untuk meningkatkan pengeluaran panas lebih lanjut berkeringat menjadi
faktor dominan dalam mempertahankan suhu inti.(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hall, John E. (John Edward), 1946. Guyton and Hall textbook of medical
physiology. 12th ed.
2. Kukus, Yondry, W. Supit, F. Lintong. 2009. Suhu Tubuh: Homeostasis Dan
Efek Terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik. 1(2): 108-110.

3. Sherwood, Lauralee. 2016. Human Physiology from Cell to Systems.


Boston, Cengage Learning.

4. http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/06/TERMOREGULASI-Suhu-
Tubuh.pdf

5. http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/thermoregulation.p
df
6. http://eprints.umm.ac.id/39379/3/BAB%202.pdf

Lampiran Gambar

7. Makalah mekanisme panas tubuh. Muhammad Fahmi. 10 Desember 2015.


23 November 2019. <https://id.scribd.com/doc/292961242/mekanisme-
panas-tubuh-doc>

8. Makalah termoregulasi. Irenne Agustina. 13 November 2014. 24


November 2019. <https://www.academia.edu/18915032/Termoregulasi>

Anda mungkin juga menyukai