3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada
wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh
wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C. (2)
Radiasi adalah emisi energi panas dari permukaan suaru benda hangat
dalam bentuk gelombang elektromagnetik, atau gelombang panas, yang merambat
dalam ruang. Ketika suatu energi radiasi mengenai sebuah benda dan diserap
maka energi gerakan gelombang akan diubah menjadi panas di dalam benda.
Tirbuh manusia memancarkan(sumber yang kehilangan panas) dan
menyerap(sumber yang memperoleh panas) energi radiasi. Apakah tubuh
kehilangan atau memperoleh panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan
suhu antara permukaan kulit dan permukaan benda lain di lingkungan. Karena
pemindahan n€tto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih hangat ke
yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih hangat
daripada permukaan kulit, misalnya matahari, radiator, atau kayu yang terbakar.
Sebaliknya, tubuh kehilangan panas melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan
yang permukaannya lebih dingin daripada permukaan kulit, misalnya dinding
bangunan, furnitur, atau pohon. Secara rerata, manusia hampir separuh energi
panas mereka melalui radiasi.(3)
KONDUKSI
Konduksi(hantaran) adalah pemindahan panas anrara benda-benda yang
berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir
menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin
melalui pemindahan dari molekul ke molekul. Semua molekul terus-menerus
bergetar, dengan molekul yang lebih hangat bergerak lebih cepat daripada yang
dingin. Ketika molekul-molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling
bersentuhan maka molekul yang lebih hangat dan bergerak lebih cepat memicu
molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih cepat sehingga molekul yang
lebih dingin tersebut menjadi lebih hangat. Selama proses ini, molekul vang
semula lebih hangat kehilangan sebagian dari energi suhunya karena melambat
dan menjadi lebih dingin. Karena itu, asalkan waktunya cukup maka suhu dua
benda yang saling bersentuhan akhirnya akan sama.(3)
Laju pemindahan panas melalui konduksi bergantung pada perbedaan suhu
antara benda-benda yang bersentuhan dan daya hantar panas bahan-bahan yang
terlibat (yaitu, seberapa mudah panas dihantarkan oleh molekul bahan). Panas
dapat bertambah atau berkurang melalui konduksi ketika kulit berkontak dengan
suatu penghantar(konduktor) yang bai. Ketika anda memegang bola es, misalnya,
tangan anda menjadj dingin karena panas mengalir melalui konduksi dari tangan
ke bola es. Sebaliknya, ketika anda menempelkan bantal pemanas ke bagian tubuh
anda, maka bagian tubuh tersebut menghangar sewaktu panas dipindahkan dari
bantalan ke tubuh anda. Demikian juga, anda kehilangan arau memperoleh panas
melalui konduksi ke lapisan udara yang berkontak langsung dengan tubuh anda.
Arah pemindahan panas masing-masing bergantung pada apakah udara lebih
dingin atau lebih panas daripada kulit anda. Namun, hanya sebagian kecil dari
pertukaran panas toral antara kulir dan lingkungan berlangsung melalui konduksi
saja karena udara bukan penghantar panas yang baik. (Karena itu, air kolam
renang bersuhu 80'F(26,7oC) terasa lebih dingin daripada udara dengan suhu yang
sama; panas dihantarkan lebih cepat dari permukaan tubuh ke air, yang merupakan
konduktor yang baik daripada ke udara, yang merupakan konduktor buruk.(3)
KONVEKSI
Kata konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara
(atau 11rO). Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar
yang lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih
hangat. Karena udara hangat lebih ringan(kurang padat) daripada udara dingin,
maka udara yang telah dihangatkan tersebut naik sementara udara yang lebih
dingin berpindah ke dekat kulit menggantikan udara yang telah hangat tersebut.
Proses ini kemudian berulang.(3)
EVAPORASI
Adalah metode terakhir pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh.
ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk
mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh
menjadi lebih dingin. Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan
tubuh akan merasa lebih dingin ketika baju renang anda basah daripada baju
kering. Pengeluaran panas secara evaporative terjadi terus-menerus dari
lapisan dalam saluran nafas dan dari permukaan kulit. Panas secara terus-
menerus keluar melalui uap H202 di udara ekspirasi akibat pelembaban udara
sewaktu udara melewati sistem pernafasan. Demikian juga, karena kulit bukan
lapisan yang sama sekali kedap air maka molekul-molekul H 202 secara terus-
menerus berdifusi menembus kulit dan menguap. Evaporsi dari kulit yang
terus-menerus ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar keringat. Proses
pengeluaran panas pasif melalui evaporasi ini tidak berada di bawah kontrol
fisiologik dan berlangsung terus bahkan pasa cuaca yang sangat dingin, saar
masalahnya adalah bagaimana mempertahankan panas tubuh. (3)
Dalam situasi yang berlawanan, pada peningkatan suhu inti akbiat pajanan
ke panas digunakan dua mekanisme untuk mengurangi aktivitas otot rangka
penghasil panas. Tonus otot secara refleks diturunkan, dan gerakan volunteer
di kurangi. Ketika udara menjadi sangat panas, orang sering mengeluh “terlalu
panas bahkan untuk bergerak”. Respons ini tidak terlalu efektif untuk
menurunkan produksi panas sewaktu pajanan ke panas dibandingkan dengan
respons otot yang meningkatkan produksi panas sewaktu pajanan ke dingin
karena dua alasan. Pertama, karena tonus otot normalnya pada dasarnya sudah
cukup rendah maka kapasitas untuk menguranginya lebih lanjut menjadi
terbatas. Kedua, peningkatan suhu tubuh cenderung meningkatkan laju
produksi panas metabolik karena suhu memiliki efek langusung pada laju
reaksi kimia. (3)
Meskipun perubahan refleks dan volunter aktivitas otot adalah cara utama
untuk meningkatkan laju produksi panas, termogenesis tanpa menggigil
(termogenesis kimiawi) juga berperan dalam termoregulasi. Pada kebanyakan
hewan percobaan, pajanan dingin yang berkepanjangan menyebabkan
peningkatan produksi panas merabolik yang tidak bergantung pada kontraksi
otot, yaitu ditimbulkan oleh perubahan pada aktivitas kimiawi penghasil
panas. Pada manusia, termogenesis tanpa menggigil paling penting pada
neonatus karena mereka belum memiliki kemampuan untuk menggigil.
Termogenesis tanpa menggigil diperantarai oleh hormon epinefrin dan hormon
tiroid, di mana keduanya meningkatkan produksi panas dengan merangsang
metabolisme lemak. Neonatus memiliki simpanan jaringan lemak tipe khusus
yang disebut lemak coklat, yang efektif dalam mengubah energi kimia
menjadi panas. Peran termogenesis ranpa menggigil pada orang dewasa masih
diperdebatkan. Setelah mengulas mekanisme-mekanisme untuk menyesuaikan
produksi panas marilah kita beralih ke sisi berlawanan dari persamaan, yaitu
penyesuaian pengeluaran panas. (3)
Dalam proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat bervariasi, dari
400ml/mnt hingga 2500ml/menit. Semakin banyak darah yang mencapai kulit
dari bagian inti tubuh yang hangat, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti
tubuh. pembuluh darah kulit menghilangkan efektivitas kulit sebgai insulator
dengan membawa panas ke permukaan, tempat panas tersebut dapat keluar
dari tubuh melalui radiasi, konduksi-konveksi. Karena itu, vasodilatasi
pembuluh kulit (khususnya arteriol), yang meningkatkan aliran darah hangat
ke kulit, meningkatkan pengularan panas. sebaliknya, vasokontiksi pembuluh
kulit, yang mengurangi aliran darah, menurunkan pengeluran panas dengan
menahan darah hangat tetap berada dibagian inti, tempat darah tersebut
terinsulasi dari lingkungan eksternal. Respons ini menahan panas yang
seharunya keluar. Kulit yang dingin dan relative kurang darah adalah
insulator yang sangat baik antara bagian tubuh denga lingkungan. Namun,
kulit bukanlah insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokontriksi
maksimal. Meskipun aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap dapat
dihantarkan melalui konduksi dari organ-organ dalam permukaan kulit dan
akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal. (3)
c. Zona termonetral
Aktivitas yasomotor kulit sangat efektif untuk mengontrol pengeluaran
panas pada suhu lingkungan antara 60-an dan pertengahan 80-an. Kisaran ini,
di mana suhu inti dapat dipertahankan konstan oleh respons vasomotor tanpa
memerlukan bantuan dari mekanisme produksi panas atau pengeluaran panas
tambahan, disebut zona termonetral. Ketika suhu udara eksternal turun lebih
rendah daripada batas bawah kemampuan vasokonstriksi kulit untuk
mengurangi pengeluaran panas lebih lanjut tugas mempertahankan suhu inti
jatuh ke tangan peningkatan produksi panas, terutama menggigil. Di ekstrim
yang lain, ketika suhu eksternal melebihi batas atas kemampuan vasodilatasi
kulit untuk meningkatkan pengeluaran panas lebih lanjut berkeringat menjadi
faktor dominan dalam mempertahankan suhu inti.(3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, John E. (John Edward), 1946. Guyton and Hall textbook of medical
physiology. 12th ed.
2. Kukus, Yondry, W. Supit, F. Lintong. 2009. Suhu Tubuh: Homeostasis Dan
Efek Terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik. 1(2): 108-110.
4. http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/06/TERMOREGULASI-Suhu-
Tubuh.pdf
5. http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/thermoregulation.p
df
6. http://eprints.umm.ac.id/39379/3/BAB%202.pdf
Lampiran Gambar