Anda di halaman 1dari 2

Fisiologi Berkemih

Mikturisi atau berkemih merupakan proses pengosongan kandung kemih. Proses ini terjadi
setelah tahap pembentukan urin selesai, dan urin yang telah siap disalurkan melalui ureter ke
vesika urinaria. Aliran urin di ureter tidak hanya bergantung pada gaya gravitasi bumi, tetapi juga
dipengaruhi oleh kontraksi peristaltik dari otot polos di dalam dinding uretra yang mendorong urin
bergerak maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter ini menembus vesika urinaria secara oblik,
sehingga mencegah aliran balik urin dari vesika urinaria ke ginjal apabila vesika urinaria sudah
terisi penuh.8 Ketika vesika urinaria terisi penuh, ujung ureter yang terdapat di dalam dinding
vesika urinaria tertekan dan menutup, namun urin masih tetap dapat masuk karena kontraksi ureter
menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mengatasi resistensi dan mendorong urin masuk ke
vesika urinaria.8,9

Dinding vesika urinaria sendiri terdiri dari otot polos yang berlapis sehingga
memungkinkan vesika urinaria untuk sangat meregang tanpa menyebabkan peningkatan
ketegangan dinding vesika urinaria. Selain itu, dinding vesika urinaria yang berlipat-lipat menjadi
rata sewaktu terisi untuk meningkatkan kapasitas dari vesika urinaria.10

Otot polos vesika urinaria mendapat banyak persarafan dari parasimpatis yang apabila
dirangsang akan menyebabkan kontraksi vesika urinaria. Apabila saluran keluar uretra melakukan
kontraksi maka akan menyebabkan pengosongan urin dari vesika urinaria. Walaupun demikian,
pintu keluar dari vesika urinaria dijaga oleh dua sfingter, yaitu sfingter uretra interna yang terdiri
dari otot polos dan di bawah kontrol involunter, dan sfingter uretra eksterna yang diperkuat oleh
seluruh diafragma pelvis dan merupakan suatu otot rangka, sehingga kontrol sfingter ini berada di
bawah kontrol kesadaran. 8-10

Proses mikturisi ini diatur oleh dua mekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol
volunter. Refleks berkemih terpacu ketika reseptor regang di dalam dinding kandung kemih
terangsang. Serat-serat aferen dari reseptor membawa impuls ke medula spinalis, dan akhirnya
merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih. Serat ini juga menghambat neuron motorik
ke sfingter eksternus. Akibat stimulasi parasimpatis ini, kandung kemih dapat berkontraksi.
Sfingter internus secara mekanis terbuka ketika kandung kemih berkontrasksi.8
Pengisian vesika urinaria selain memicu refleks berkemih, juga memicu timbulnya
keinginan sadar untuk berkemih. Proses inilah yang diatur oleh kontrol volunter.8,9 Dengan adanya
kontrol volunter ini, seseorang dapat mengatur kapan waktu untuk mengosongkan vesika urinaria.
Apabila saat berkemih tidak tepat sementara refleks berkemih sudah dimulai, pengosongan vesika
urinaria dapat secara sengaja dicegah dengan mengencangkan sfingter eksterna dan diafragma
pelvis. Impus eksitatorik volunter yang berasal dari korteks serebrum mengalahkan masukan
inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuro motrik yang terlibat sehingga otot-otot ini tetap
berkontraksi dan urin tidak dikeluarkan.8,10 Tetapi proses berkemih tidak dapat ditunda selamanya.
Apabila isi vesika urinaria terus bertambah, maka masukan reflek dari reseptor regang juga akan
bertambah dan pada akhirnya masukan inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternal
menjadi sedemikian kuat sehingga tidak dapat dikalahkan oleh masukan eksitatorik volunter, yang
mengakibatkan sfingter melemas dan vesika urinaria secara tidak terkontrol mengosongkan
isinya.8-10

Anda mungkin juga menyukai