Anda di halaman 1dari 3

Golongan obat Anestesi Inhalasi

Jenis obat Eter


Indikasi Sebagai obat anestesi inhalasi yang produksinya di dalam negeri, mudah
diperoleh, murah,memenuhi “trias anestesia” dan batas keamanannya
luas.
Kontra indikasi Eter tidak dianjurkan pada :
1.Pasien yang menderita gangguan fungsi respirasi, hati, gangguan irama
jantung dankencing manis.
2.Operasi yang menggunakan termokauter.
Perhatian Eter yang mudah meledak sehingga tidak bisa digunakan dalam
operasiyang menggunakan termokauter, polusi kamar opersasi,
menimbulkan hipersekresi, gangguan irama jantung dan hepatotoksisk
serta menimbulkan mual muntah pasca anestesia.
Dosis Untuk pemeliharaan dengan pola nafas sponatan, konsentrasinya berkisar
antara 10-15 vol%, sedangkan untuk nafas kendali, berkisar antara 2,0-4,0
vol% pada alat penguap E.M.O inhaler.
Cara pemakaian Eter bisa digunakan sebagai obat tunggal dalam anestesia, karena
mempunyai khasiatyang lengkap pada trias anestesia. Untuk mengurangi
dosis yang diberikan, bisadikombinasikan dengan obat pelumpuh otot non
depolarisasi sebagai komponen relaksasiotot, sehingga stadium yang
diperlukan cukup sampai stadium analgesia.

Untuk mengubah cairan eter menjadi uap, diperlukan alat penguap


(vaporizer) khususeter, seperti sungkup muka Schimmelbusch (untuk
metode tetes terbuka), E.M.O inhaler dan lainnya.

Pada saat ini,eter tidak digunakan lagi secara luas di instalasi bedah
sentral karena beberapa alasan antara lain, eter mudah meledak, bau yang
menyengat dan tersedianya banyak pilihan obat-obat anestesia. Eter hanya
digunakan di beberapa pusat pendidikansebagai pelengkap dalam proses
belajar-mengajar.
Mula aksi kerja

Efek samping Kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual munatah,


kerusakan hepar, baunya yang merangsang.
Monitoring Terhadap susunan saraf pusat
Eter merupakan obat anestesia inhalasi yang digunakan oleh AE Guedel
untuk memformulasikan gambaran stadium anestesia yang klasik pada
saraf pusat yang dibagimenjadi empat stadium anestesia yaitu :
Stadium I : disebut juga stadium analgesia
Stadium II : disebut juga stadium eksitasi
Stadium III : disebut juga stadium anestesia yang berlangsung 4 (empat)
plana
Stadium IV : disebut juga stadium paralisis

Terhadap sistem saraf otonom


Eter merupakan obat anestesia yang bersifat simpatomimetik. Efek ini
akanmeningkatkan denyut jantung, menimbulkan glikogeolisis, kontraksi
lien, dilatasi usus,dilatasi bronkus, dilatasi arteria koronaria, dialtasi pupil
dan meningkatkan laju nafas.Sebaliknya, terhadap parasimpatis, eter
bersifat depresan.

Terhadap sistem kardiovaskuler


Pada stadium awal, denyut jantung meningkat dan terjadi vasokonstriksi
pembuluhdarah, kemudian pada stadium lanjut, terjadi vasodilatasi akibat
depresi pada pusatvasomotor. Pada stadium awal, terjadi perubahan
minimal pada curah jantung dan tekanandarah, kemudian pada sadium
lanjut, terjadi depresi pusat vasomotor pada batang otak sehingga hal ini
bisa menimbulkan kegagalan sirkulasi. Pemakaian adrenalin oleh
operator untuk tujuan tertentu selama pembedahan dilaporkan tidak
menimbulkan penyulit yangserius.

Terhadap sistem respirasi


Pada stadiium awal terjadi peningkatan aktivitas respirasi akibat stimulasi
pusat nafasoleh uap eter. Kemudian dengan semakin dalamnya stadium
anestesia, depresi nafasemakin jelas sampai pada stadium III plana 4 nafas
akan berhenti akaibat depresi pusatnafas. Uap eter sangat iritatif terhadap
mukosa jalan nafas. Sekresi kelenjar mukosa jalannafas meningkat, timbul
reaksi batuk, bisa timbul spasme laring dan spasme bronkus.
Padakpemberian uap eter dengan dosis tinggi dan cepat bisa terjadi refleks
henti hafas. Hal inidapat dihambat dengan premedikasi sulfas atropin.

Terhadap sistem alimentarius


Sekresi air liur cairan lambung meningkat, disertai mual muntah, baik
pada stadiumawal maupun pada fase pemulihan. Tonus atau peristaltik
usus menurun dan fungsi hatimengalami depresi, tetapi akan pulih dalam
waktu 24 jam.

Terhadap sistem urinarius


Pada fungsi ginjal normal, produksi urin menurun akibat penrunan aliran
darah keginjal. Pada dungis ginjal yang telah menurun, pemberian eter
akan menambah beratinsufisiensi yang terjadi, sehingga tidak dianjurkan
mempergunakan eter.

Terhadap uterus dan kehamilan


Pada stadium awal tonus otot uterus tidak mengalami perubahan,
kemudian padastadium lanjut, terjadi relaksasi otot uterus. Eter juga dapat
melewati barrier plasenta,ehingga berpengaruh pada janin.

Terhadap metabolisme
Eter menyebabkan mobilisasi glikogen pada hati, sehingga terjadi
hiperglikemia. Halini terjadi karenameningkatnya pelepasan katekolamin.
Asidosis metabolik seringdijumpai akibat penurunan perfusi ke jaringan
kurang.

Anda mungkin juga menyukai