Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PBL 1

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI

KELOMPOK II:

1. JIAN E B E MANOBI (20180811014006)


2. VEBY YOLA HAMADI (20180811014011)
3. CHENNY F MABEL (20180811014013)
4. FAUSTINA F M WIGU TUKAN (20180811014023)
5. JULIO MICHEL MIRINO (20180811014033)
6. ORGENES EDOWAI (20180811014042)
7. TISYHA FAHJIRIN RAMIN (20180811014054)
8. AMANDA V M UNEPUTTY (20180811014033)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI i


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, oleh
karena berkat dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini
dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini adalah laporan hasil kerja Problem Based Learning (PBL) skenario
1 pada blok sistem kardiorespirasi yang fokus pada permasalahan yang diberikan
dalam skenario tersebut.
Dalam pembuatan laporan ini, ada banyak pihak yang telah membantu kami
sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih. Secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada dr. Maryolin
Bonay yang telah menuntun kami saat melakukan Problem Based Learning sebagai
tutor, serta memberikan masukan dalam penulisan laporan ini, terima kasih juga
kami sampaikan kepada rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih Angkatan 2018, serta pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu yang telah memberikan kami support dalam penulisan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta menambah
wawasan kepada pembaca yang berkaitan dengan pembahasan dalam laporan ini
namun kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyajian isi dari laporan ini sendiri.
Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran kepada pembaca sebagai masukan
kepada kami untuk menjadi tolak ukur kami pada penulisan laporan selanjutnya.

Jayapura, 23 Oktober 2019

Kelompok II

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI ii


DAFTAR GAMBAR

gambar 1 Tulang paha, Femur, sisi kanan; dilihat dari ventral dan Tulang paha,
Femur, sisi kanan; dilihat dari dorsal ...................................................................... 8
gambar 2 Vaskularisasi Femur ................................................................................ 9
gambar 3 Arteri Besar ........................................................................................... 11
gambar 4 Vaskularisasi ......................................................................................... 13
gambar 5 Penyebab Syok Sirkulasi ....................................................................... 14
gambar 6 Konsekuensi dan Kompensasi .............................................................. 16
gambar 7 Kategori Pasien ..................................................................................... 23

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI iii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

SKENARIO ............................................................................................................ 1

STEP I KLARIFIKASI TERMINOLOGI ............................................................. 2

STEP II MENDEFINISIKAN MASALAH ........................................................... 3

STEP III CURAH PENDAPAT KEMUNGKINAN HIPOTESIS ......................... 4

STEP IV ANALISA MASALAH ........................................................................... 5

STEP V MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR ...................................... 6

STEP VI BELAJAR MANDIRI ............................................................................ 7

1. Anatomi Femur dan Vaskularisasinya .................................................... 7

2. Arteri Besar pada Tubuh Manusia ........................................................ 10

3. Histologi dari Arteri Femoralis............................................................... 13

4. Homeostasis dari Perdarahan ................................................................. 13

5. Tata Laksana atau Penanganan yang Tepat pada Perdarahan .......... 19

6. Asidosis dan Cara Penanganannya ........................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI iv


SKENARIO

Akibat perkelahian, Tn. Beno mengalami luka robek di daerah paha kiri sebelah
dalam yang mengeluarkan banyak darah. Tn. Beno terlihat sangat cemas,
berkeringat dingin, dan badannya lemas. Kulitnya pucat dan dingin. Orang-orang
yang melihat kejadian tersebut segera mengantar Tn. Beno ke puskesmas terdekat.
Saat dilakukan pemeriksaan tanda vital: frekuensi nadi 120x/menit, teraba lemah
dan tekanan darah 90/60 mmHg. Karena peralatan yang terbatas, perawat yang
bertugas segera membalut luka Tn. Beno dengan perban namun darah yang keluar
merembes. Setelah diinfus dengan cairan Dextrose 5%, ia langsung dikirim ke
rumah sakit terdekat yang berjarak 2 jam

Sampai di rumah sakit, Tn. Beno sudah tidak sadar dan terlihat sesak napas. Saat
diperiksa oleh dokter: frekuensi napas 32x/menit (cepat dan dalam), frekuensi nadi:
130x/menit, tekanan darah 80/50 mmHg, GCS 9. Pada luka di paha tampak darah
yang masih merembes dan tampak banyak stosel. Dokter menyatakan bahwa Tn.
Beno mengalami asidosis.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 1


STEP I
KLARIFIKASI TERMINOLOGI

1. Cairan Dextrose
Dextrose adalah obat dengan fungsi untuk menyediakan cairan yang
membawa gula ke dalam tubuh saat Anda tidak dapat meminum cairan yang
cukup atau saat cairan tambahan dibutuhan.

2. Stosel
Stosel adalah bekuan darah atau gumpalan darah.

3. Asidosis
Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh
cukup tinggi. Normal pH darah arteri adalah 7.45, dan pH darah vena adalah
7.35, untuk pH darah rerata 7.4.Terjadi asidosis jika pH darah turun di
bawah 7.35.

4. GCS
Skala Koma Glasgow adalah skala neurologi yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat kesadaran. Skala ini umumnya digunakan untuk menilai
kesadaran setelah cedera kepala. Ada tiga komponen yang dinilai dalam
skala ini yaitu mata, verbal, dan motorik.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 2


STEP II

MENDEFINISIKAN MASALAH

1. Mengapa Tn.Beno berkeringat dan badannya lemas?


2. Mengapa darah yang mengalir begitu banyak dari paha Tn.Beno?
Pembuluh darah apaakah yang terkena?
3. Mengapa Tn.Beno dikasih cairan dextrose bukan yang lain?
4. Mengapa darahnya Tn.Beno masih tetap merembes keluar meskipun
sudah dipakaikan perban?
5. Apakah hubungan antara frekuensi napas cepat dan dalam dengan
banyak darah yang keluar?
6. Mengapa tekanan darah Tn.Beno tidak stabil padahal Tn.Beno sudah
diberikan cairan dextrose?
7. Mengapa luka dipaha Tn.Beno mengeluarkan banyak stosel?
8. Apa yang dimaksud dengan asidosis?
9. Apakah ada kaitannya antara asidosis dengan banyak stosel?
10. Apa gejala dari asidosis?
11. Apakah ada kaitannya antara waktu pengantaran Tn.Beno dari
puskesmas menuju RS dengan penurunan kesadaran yang dialami?

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 3


STEP III
CURAH PENDAPAT KEMUNGKINAN HIPOTESIS
1. Karena Tn.Beno telah banyak mengeluarkan banyak darah, dan cakupan
oksigen Tn.Beno tidak tercukupi karena perdarahan.

2. Karena perdarahan yang dialami Tn.Beno terkena di Arteri Femoralis, yang


dimana Arteri Femoralis adalah arteri besar dan pasti banyak mengandung
darah.

3. Karena badan Tn.Beno terlihat lemas.

4. Tata laksana yang dilakukan oleh perawat kurang tepat. Seharusnya perawat
membaluti luka Tn.Beno dengan beberapa kali lilitan dari perban.

5. Tn.Beno menyeimbangkan tubuhnya dengan memompa jantung lebih cepat


karena arteri femoralis terobek yang dimana berarti ada kebocoran di arteri.
Sehingga jantung memompa darah dengan cepat agar kebutuhan oksigen di
dalam tubuh tetap tercukupi. Itu yang mengakibatkan Tn.Beno bernafas
dengan cepat dan dalam.

6. Karena darah yang terus keluar, akhirnya tubuh Tn.Beno


menyeimbangkannya dengan tekanan darah Tn.Beno yang tidak stabil.

7. –

8. Asidosis adalah ketidakseimbangan asam dalam tubuh. Asidosis dibagi


menjadi 2 yaitu; asidosis metabolik dan asidosis respiratorik.

9. –

10. Gejala dari asidosis, mual, muntah, nafas cepat, lemah dan juga lesuh.

11. Jawabannya ada. Karena cairan yang digunakan dan darah yang keluar
semakin banyak akan mengakibatkan penurunan kesadaran. Penurunan
kesadaran selama dalam perjalanan karena darah yang keluar begitu banyak
sehingga oksigen yang masuk ke dalam tubuh tidak tercukupi.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 4


STEP IV
ANALISA MASALAH

SKENARIO

LUKA ROBEK DI
FEMUR

ARTERI HOMEOSTATIS TATA LAKSANA


ARTERI BESAR KOMPLIKASI MENGATASI
FEMORALIS PERDARAHAN
PERDARAHAN

ANATOMI AORTA SYOK


ASIDOSIS
HIPOVOLEMIK

INERVASI & ARTERI


VASKULARISASI FEMORALIS METABOLIK RESPIRATORIK

BAGIAN
TERKECIL ARTERI
FEMORALIS

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 5


STEP V

MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR

Mahasiswa mampu untuk memahami dan menjelaskan tentang:

1. Anatomi dari femur, arteri femoralis dan inervasinya.

2. Arteri besar yang ada pada tubuh manusia.

3. Histologi dari arteri femoralis.

4. Homeostasis dari perdarahan.

5. Tata laksana atau penanganan yang tepat pada perdarahan.

6. Mekanisme asidosis dan cara penanganan yang tepat.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 6


STEP VI

BELAJAR MANDIRI

1. Anatomi Femur dan Vaskularisasinya


Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh. Tulang
femur menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan lutut. Kata “
femur” merupakan bahasa latin untuk paha. Femur pada ujung bagian
atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan minor. Bagian caput
merupakan lebih kurang dua pertiga berbentuk seperti bola dan berartikulasi
dengan acetabulum dari tulang coxae membentuk articulation coxae. Pada
pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat
perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput
femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada
fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur,


berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125
derajat, pada wanita sedikit lebih kecil dengan sumbu panjang batang femur.
Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat berubah karena penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas


leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di
bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.

Bagian batang femur umumnya berbentuk cembung ke arah


depan. Berbentuk licin dan bulat pada permukaan anteriornya, pada bagian
belakangnya terdapat linea aspera, tepian linea aspera melebar ke atas dan
ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris
medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian
lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
permukaan postertior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 7


Bagian batang melebar kearah ujung distal dan membentuk daerah segitiga
datar pada permnukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

gambar 1 Tulang paha, Femur, sisi kanan; dilihat dari ventral dan Tulang paha, Femur, sisi kanan; dilihat
dari dorsal

Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan lateralis, yang


di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan
anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua
condylus ikut membentuk articulation genu. Di atas condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis. 17,18 Vaskularisasi femur berasal
dari arteri iliaka komunis kanan dan kiri. Saat arteri ini memasuki daerah
femur maka disebut sebagai arteri femoralis. Tiap-tiap arteri femoralis
kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda femoris, ramiarteria
sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria sirkumfleksia femoris
lateralis desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis dan arteria
perforantes. Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk arteri yang
memperdarahi daerah genu dan ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran
balik darah menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena femoralis
kanan dan kiri.
Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan lateralis, yang
di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan
anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua
condylus ikut membentuk articulation genu. Di atas condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 8


Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan dan
kiri. Saat arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai arteri
femoralis. Tiap-tiap arteri femoralis kanan dan kiri akan bercabang menjadi
arteri profunda femoris, ramiarteria sirkumfleksia femoris lateralis asenden,
rami arteria sirkumfleksia femoris lateralis desenden, arteri sirkumfleksia
femoris medialis dan arteria perforantes. Perpanjangan dari arteri femoralis
akan membentuk arteri yang memperdarahi daerah genu dan ekstremitas
inferior yang lebih distal. Aliran balik darah menuju jantung dari bagian
femur dibawa oleh vena femoralis kanan dan kiri.

gambar 2 Vaskularisasi Femur

Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh,


meneruskan berat tubuh dari os coxae ke tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris
ke arah craniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum.
Ujung proksimal femur terdiri dari sebuah caput femoris dan dua trochanter
(trochanter mayor dan trochanter minor).

Area intertrochanter dari femur adalah bagian distal dari collum femur
dan proksimal dari batang femur. Area ini terletak di antara trochanter mayor dan
trochanter minor. Caput femoris dan collum femoris membentuk sudut terhadap

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 9


poros panjang corpus femoris, sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis
kelamin. Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah anterior.
Ujung distal femur, berakhir menjadi dua condylus, epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.2

Caput femoris mendapatkan aliran darah dari tiga sumber, yaitu


pembuluh darah intramedular di leher femur, cabang pembuluh darah servikal
asendens dari anastomosis arteri sirkumfleks media dan lateral yang melewati
retinakulum sebelum memasuki caput femoris, serta pembuluh darah dari
ligamentum teres.

2. Arteri Besar pada Tubuh Manusia


Sistem sirkulasi berperan terhadap homeostasis dengan berfungsi
sebagai sistem transpor tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan
mendistribusikan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan oksigen dan penghantaran nutrien pembuangan zat
sisa, dan penghantaran sinyal hormon. Arteri yang sangat elastis
mengangkut darah dari jantung ke organorgan tubuh dan berfungsi sebagai
penyedia tekanan untuk melanjutkan megalirkan darah ketika jantung
sedang relaksasi dan mengisi. Tekanan darah arteri rata-rata diatur dengan
teliti untuk memastikan pasokan darah yang mencukupi ke organ-organ
tubuh. Jumlah darah yang mengalir menuju organ tertentu bergantung pada
diameter internal arteriol yang mendarahi organ tubuh. Diameter internal
arteriol berada di bawah kontrol sehingga aliran darah ke organ tertentu
dapat disesuaikan secara bervariasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada
saat itu.Kapiler yang berdinding tipis adalah tempat pertukaran yang
sebenarnya antara darah dan sel jaringan di sekitarnya. Vena yang sangat
mudah teregang mengernbalikan darah dari organ ke jantung dan berfungsi
sebagai reservoir darah.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 10


gambar 3 Arteri Besar

Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah


menjauhi jantung. Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali arteri
pulmonalis yang membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan
mengikat oksigen. Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang
keluar langsung dari ventrikel kiri jantung

Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta
ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus
aorta sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Peredaran darah
ekstremitas bawah disuplai oleh arteri femoralis, yang merupakan
kelanjutan dari arteri iliaka eksterna (suatu cabang arteri iliaka communis,
cabang terminal dari aorta abdominalis). Selanjutnya arteri femoralis
memiliki cabang yaitu arteri profunda femoris, sedangkan arteri femoralis
sendiri tetap berlanjut menjadi arteri poplitea. Arteri profunda femoris
sendiri memiliki empat cabang arteri perfontrantes. Selain itu juga terdapat
artei circumflexa femoris lateral dan arteri circumflexa femoris medial yang
merupakan percabangan dari arteri profunda femoris. Arteri poplitea akan

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 11


bercabang menjadi arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior. Arteri
tibialis anterior akan berlanjut ke dorsum pedis menjadi arteri dorsalis pedis
yang dapat diraba di antara digiti 1 dan 2. Arteri tibialis posterior akan
membentuk cabang arteri fibular/peroneal, dan arteri tibialis posterior pedis
sendiri tetap berjalan hingga ke daerah plantar pedis dan bercabang menjadi
arteri plantaris medial dan arteri plantaris lateral. Keduanya akan
membentuk arcus plantaris yang mendarahi telapak kaki. Sedangkan di
daerah gluteus, terdapat arteri gluteus superior, arteri gluteus inferior dan
arteri pudenda interna. Ketiganya merupakan percabangan dari arteri iliaca
interna.

Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik


kembali ke jantung (atrium dextra), kecuali vena pulmonalis yang berasal
dari paru menuju atrium sinistra. Semua vena sistemik akan bermuara pada
vena cava superior dan vena cava inferior.

Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik
melalui vena saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah. Vena
saphena magna tersebut akan bermuara di vena femoralis. Sedangkan vena
saphena parva yang berasal dari bagian posterior tungkai bawah akan
bermuara pada vena poplitea dan berakhir di vena femoralis. Vena tibialis
anterior dan vena tibialis posterior juga bermuara pada vena poplitea. Dari
vena femoralis, akan berlanjut ke vena iliaca externa lalu menuju vena iliaca
communis dan selanjutnya vena cava inferior. Selain itu terdapat juga vena
glutea superior, vena glutea inferior dan vena pudenda interna di daerah
gluteus, yang bermuara ke vena iliaca interna.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 12


gambar 4 Vaskularisasi

3. Histologi dari Arteri Femoralis

4. Homeostasis dari Perdarahan


A. Syok Sirkulasi dapat Menjadi Ireversibel

Ketika tekanan darah turun sedemikian rendah sehingga


aliran darah ke jaringan tidak lagi dapat dipertahankan, terjadi
keadaan yang disebut sebagai syok sirkulasi. Syok sirkulasi dapat
disebabkan oleh (1) kehilangan darah dalam jumlah besar seperti
pada perdarahan (syok hipovolemik); (2) kegagalan jantung yang
telah melemah untuk memompa darah secara adekuat (syok
kardiogenik); (3) vasodilatasi arteriol luas (syok vasogenik) yang

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 13


dipicu oleh bahan-bahan vasodilator (seperti pelepasan histamin
dalam jumlah besar pada reaksi alergi berat); atau (4) tonus
vasokonstriktor yang mengalami gangguan dari segi neural (syok
neurogenik) .Sekarang kita akan meneliti konsekuensi dan
kompensasi syok, dengan menggunakan perdarahan .

gambar 5 Penyebab Syok Sirkulasi

B. Konsekuensi Syok dan Kompensasi

Setelah terjadi pengeluaran darah dalam jumlah besar,


penurunan volume darah dalam sirkulasi yang terjadi menyebabkan
penurunan aliran balik vena dan selanjutnya penurunan curah
jantung dan tekanan darah arteri. (Perhatikan kotak-kotak biru, yang
menunjukkan konsekuensi perdarahan.) Tindakan-tindakan
kompensasi segera berupaya untuk mempertahankan aliran darah
yang memadai ke otak dengan meningkatkan tekanan darah menuju
normal, diikuti oleh tindakan-tindakan dalam kisaran yang lebih luas
yang ditujukan untuk memulihkan volume plasma dan mengganti
kehilangan sel darah merah, sebagai berikut: (Perhatikan kotak
merah muda, yang menunjukkan kompensasi untuk perdarahan).

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 14


Pada waktu yang singkat, respons refleks baroreseptor
terhadap penurunan tekanan darah menyebabkan peningkatan
aktivitas. Hasilnya adalah peningkatan kecepatan jantung untuk
mengatasi penurunan isi sekuncup yang ditimbulkan oleh
kehilangan darah. Pada kehilangan cairan yang berlebihan, nadi
menjadi lemah karena isi sekuncup berkurang tetapi cepat karena
bertambahnya kecepatan jantung

Meningkatnya aktivitas simpatis ke vena menyebabkan


vasokonstriksi vena generalisata, meningkatkan aliran bali vena
melalui mekanisme Frank-Starling Secara bersamaan, stimulasi
simpatis atas jantung mening-katkan kontraktilitas jantung
sehingga jantung berdenyut lebih kuat dan menyemprotkan lebih
banyak darah, mening-katkan isi sekuncup. Meningkatnya
kecepatan jantung dan isi sekuncup secara kolektif meningkatkan
curah jantung Vasokontriksi arteriol generalisata yang dipicu oleh
aktivitas simpatis menyebabkan peningkatan resistensi perifer
total.Bersama-sama,peningkatan curah jantung dan resistensi perifer
total menyebabkan peningkatan kompensatorik tekanan arteri

Penurunan tekanan arteri awal disertai oleh penurunan


tekanan darah kapiler yang menyebabkan pergeseran cairan dari
cairan interstisum kedalam kapiler untuk menambah volume
plasma.Respons ini kadang-kadang disebut ototransfusi karena
memulihkan volume plasma seperti yang dilakukan oleh transfusi.

Pergeseran CES ini ditingkatkan oleh sintesis protein plasma


oleh hati selama beberapa hari setelah perdarahan.Protein plasma
menimbulkan tekanan osmotik koloid yang membantu
mempertahankan cairan tambahan dalam plasma. Pengeluaran urine
berkurang sehingga air yang seharusnya dikeluarkan dari tubuh
ditahan. Retensi cairan tambahan ini membantu meningkatkan
volume plasma. Ekspansi volume plasma memperkuat peningkatan

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 15


curah jantung yang ditimbulkan oleh refleks baroreseptor
.Penurunan pengeluaran urine terjadi karena berkurangnya aliran
darah ginjal akibat vasokonstriksi kompensatorik arteriol ginjal.
Berkurangnya volume plasma juga memicu peningkatan sekresi
hormon vasopresin dan pengaktifan jalur hormonal renin
angiotensin-aldosteron, yang menghemat garam dan air.
Meningkatnya rasa haus juga dirangsang oleh penurunan volume
plasma yang terjadi pada perdarahan. Peningkatan asupan cairan
yang terjadi membantu memulihkan volume plasma.

Dalam perjalanan waktu yang lebih panjang (seminggu atau


lebih), sel-sel darah merah yang hilang diganti melalui peningkatan
pembentukan sel darah merah yang dipicu oleh penurunan
penyaluran O2 ke ginjal.

gambar 6 Konsekuensi dan Kompensasi

C. Syok Reversibel

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 16


Mekanisme-mekanisme kompensasi ini sering kurang cukup
untuk rnelawan kehilangan cairan yang substansial. Meskipun
mereka dapat mempertahankan tekanan darah yang memadai,
tindakan-tindakan jangka-pendek ini tidak dapat berlangsung
selamanya. Akhirnya, volume cairan harus diganti dari luar melalui
minum, transfusi, atau kombinasi keduanya. Aliran darah ke ginjal,
saluran cerna, kulit, dan organ lain dapat dikurangi untuk
mempertahankan aliran darah ke otak hanya selama sebelum
kerusakan organ mulai terjadi. Dapat tercapai suatu titik ketika
tekanan darah terus turun karena kerusakan jaringan, meskipun
diberikan terapi maksimal. Keadaan ini sering disebut syok
ireversibel, berbeda dari syok reversibel,

Yang dapat dikoreksi dengan mekanisme kompensatorik dan


terapi yang dapat dikoreksi dengan mekanisme kompensatorik dan
terapi yang efektif. Meskipun mekanisme pasti yang mendasari sifat
ireversibel ini saat ini masih belum diketahui, banyak kemungkinan
logis yang dapat berperan menyebabkan perburukan sirkulasi
progresif yang menandai syok ireversibel. Terjadi asidosis
metabolik akibat peningkatan produksi laktat (asam laktat) karena
jaringan yang kekurangan darah mengandalkan metabolisme
anaerob. Asidosis merusak sistem enzim yang berperan dalam
produksi energi, membatasi kemampuan jantung dan jaringan lain
untuk menghasilkan ATP. Penekanan berkepanjangan fungsi ginjal
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang dapat
menimbulkan aritmia jantung. Pankreas yang kekurangan darah
mengeluarkan bahan kimia yang toksik bagi jantung (faktor toksik
miokardium) sehingga semakin memperlemah organ ini. Bahan-
bahan vasodilator menumpuk di berbagai organ iskemik, termasuk
vasodilatasi lokal yang mengalahkan vasokonstriksi refleks
generalisata. Seiring dengan semakin merosotnya curah jantung
akibat berkurangnya efektivitas jantung sebagai pompa dan

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 17


resistensi perifer total terus menurun, hipotensi menjadi bertambah
parah. Karena itu, ketika syok berkembang hingga ke tahap ketika
sistem kardiovaskular itu sendiri mulai gagal, timbul lingkaran setan
umpan-balik positif yang akhirnya menyebabkan kematian

D. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik disebabkan oleh penurunan HCO3-
cairan ekstraselular istilah asidosis metabolik adalah semua tipe
asidosis selain asidosis yang disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam
cairan tubuh. Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab umum: (1) kegagalan ginjal untuk mengekskresikan asam
metabolik yang normalnya dibentuk dalam tubuh, (2) pembentukan
asam metabolik yang berlebihan dalain tubuh, (3) penambahan asam
metabolik ke dalam tubuh melalui makanan atau pemberian asam,
dan (4) kehilangan basa dan cairan tubuh, yang memiliki efek yang
sama seperti penambahan asam ke dalam cairan tubuh.

Beberapa kondisi khusus yang menyebabkan asidosis


metabolik adalah sebagai berikut. Asidosis Tubulus Ginjal. Jenis
asidosis ini disebabkan oleh gangguan sekresi H atau reabsorpsi
HCO3- oleh ginjal, atau keduanya. Kelainan ini biasanya mencakup
dua tipe: (1) gangguan reabsobpsi HCO3 oleh tubulus ginjal, yang
menyebabkan hilangnya HCO3- dalam urine, atau (2)
ketidakmampuan mekanisme sekresi H+ oleh tubulus ginjal untuk
menimbulkan keasaman urine yang normal, menyebabkan ekskresi
urine yang alkali. Pada keadaan ini diekskresikan asam yang dapat
dititrasi dan NH4+ dalam jumlah yang tidak adekuat, sehingga
terjadi pengumpulan asam dalam cairan tubuh. Beberapa penyebab
asidosis tubulus ginjal termasuk gagal ginjal kronis, insufisiensi
sekresi aldosteron (penyakit Addison), dan beberapa gangguan
herediter dan gangguan didapat yang mengganggu fungsi tubulus,
seperti sindrom Fanconi. (Hall, 2016)

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 18


5. Tata Laksana atau Penanganan yang Tepat pada Perdarahan
Perdarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa
berakibat fatal. Bila perdarahan terjadi, penting bagi penolong untuk
menghentikannya secepat mungkin. Ada dua jenis perdarahan: perdarahan
luar (perdarahan dari luka) dan perdarahan dalam (perdarahan di dalam
tubuh). Perdarahan dalam lebih berbahaya daripada perdarahan luar. Oleh
karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan:

Cara penanganan perdarahan dalam:

1. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya


yangketat

2. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak

3. Segera cari bantuan medis

4. Jangan memberi makanan atau minuman

5. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok.

Cara penanganan perdarahan luar (perdarahan dari luka)

1. Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka


di dada

2. Periksa apakah ada luka benda asing atau tulang yang menonjol.
Jika ada, jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat.

3. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan


bagian tubuh yang terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril,
gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan untuk
mengontrol perdarahan sampai menemukan pembalut dan
bantalan yang steril. Jika korban dapatmenekan sendiri, suruh
korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi
silang.

4. Balut luka dengan erat

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 19


5. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi
jantung korban

6. Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah


bantalan. Walaupun perdarahan telah berhentim, jangan terburu-
buru melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk
menghindari terjadinya hal yang tak terduga

7. Jangan memberi makan atau minuman kepada korban yang


mengalami perdarahan

8. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok

Cara menghentikan perdarahan:

1. Angkat bagian tubuh yang terluka

2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih

3. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai perdarahan


terhenti

4. Jika perdarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh


yang terluka, dan korban telah kehilangan banyak darah, maka
dianjurkan untuk:

 Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang


terluka

 Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-


tingginya

 Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan


luka, sedekat-dekatnya. Ikat di antara bagian yang
terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan
sampai perdarahan terhenti.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 20


Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan
sebagai berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan
kapasitas pembuluh darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang
disebabkan oleh kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa
darah atau plasma. Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan
salah satu penyebab yang umum, namun kehilangan darah yang tidak
terlihat dapat ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau
jaringan di sekitar retakan tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein
dapat diasosiasikan dengan penyakit seperti pankreasitis, peritonitis, luka
bakar dan anafilaksis.Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian
pembuluh darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal
inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang
rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada
beberapa organ.

Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang:

1) Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)


 Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
 Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan
nadi, dan frekuensi pernapasan.
 Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai
untuk kehilangan darah sekitar 10%
2) Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)

Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali


permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin,
perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan .Penurunan
tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan
selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastoli.

3) Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 21


 Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi,
penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan
status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau
agitasi.

 Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan,


30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil
yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.

 Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah,


tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya
berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.

4) Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)


Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah
sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak
terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan
status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.
Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

 Diagnosis:

Hypovolemic shock diakibatkan umumnya karena kehilangan darahb


ataupun cairan tubuh pada tubuh manusia yang mengakibatkan jantung
kekurangan darah untuk disirkulasi sehingga dapat mengakibatkan
kegagalan organ. Kehilangan darah ini dapat diakibatkan karena trauma
akut dan perdarahan, baik secara eksternal ataupun internal. Gejala-gejala
yang dimiliki bergantung pada persentase darah yang hilang dari seluruh
darah yang dimiliki pasien, namun ada beberapa gejala umum yang dimiliki
oleh seluruh penderita hypovolemic shock. Pada umumnya, pasien yang
menderita hypovolemic shock memiliki tekanan darah yang rendah
(dibawah 100mmHg) dan suhu tubuh yang rendah pada bagian-bagian
tubuh perifer. Tachycardia (diatas 100 bpm), brachycardia (dibawah 60
bpm), dan tachypnea juga umumnya terjadi pada pasien-pasien yang

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 22


menderita hypovolemic shock. Kandungan haemoglobin yang relatif kurang
(<=6g/l) pada darah juga dapat menjadi pertanda adanya perdarahan dan
dapat membantu dalam mendeteksi hypovolemic shock. Pasien juga
umumnya memiliki kegangguan kesadaran dan mengalami
kebingungan/kemarahan yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf
akibat kurangnya darah.

Pasien yang menderita hypovolemic shock dibagi menjadi tiga


kategori berdasarkan persentase volume darah yang hilang dari seluruh
tubuh pasien, dan gejala yang dialami oleh tiap kategori pasien disajikan
dalam tabel berikut.

Persentase darah yang Gejala yang dimiliki pasien


hilang dari seluruh
volume darah pasien
<15%  Respons tachycardia minim
 Perubahan TD umumnya tidak
 signifikan
15-40%  Tachycardia
 Hypotensi
 Periferal Hypofusion
 Kesadaran pasien terganggu

>40%  Kemampuan tubuh


menkompensasi
 kehilangan darah sudah pada
 batasnya (Haemodynamic
 compensation pada ambang
batas)
 Kesadaran pasien terganggu
 Tachycardia
gambar 7 Kategori Pasien

 Manajemen dan Terapi:

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 23


Ketika mendapati seseorang yang menunjukan gejala gejela
hipovolemia maka yang pertama harua dilakukan adalah mencari bantuan
medis,sembari menunggu bantuan medis datang Berikan pertolongan
pertama pada penderita hipovolemia, perlu digaris bawahi bahwa
penangan pertama yang tepat pada penderita hipovolemia sangat
dibutuhkan karena dapat menghindari kematian pada penderita. Berikut
hal hal atau langkah langkah untuk memberi pertolongan pertama pada
penderita:

 Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita contoh memberi


minum
 Periksa ABC (airway, breathing, circulation
 Buat pasien merasa nyaman dan hangat, hal ini dilakulan agar
mencegah hipotermia pada pasien
 Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau punggung
jangan memindahkan posisinya
 Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka segera lakukan
penekanan pada lokasi perdarahan dengan menggunakan kain atau
handuk, hal ini dilakukan untuk meminimalisir volume darah yang
terbuang. Jika dirasa perlu kain atau handuk dapat diikatkan
 Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada tubuh penderita
jangan dicabut hal ini ditakutkan akan menyebabkan perdarahan
hebat
 Beri sanggaan pada kaki 45° atau setinggi 30 cm untuk meningkatkan
 peredaran darah. Saat akan dipindahkan ke dalam ambulans usahakan
posisi kaki tetap sama.

 Jika adanya cedera pada kepala atau leher saat akana dinaikan menuju
ambulan berulah penyangga khusus terlebih dahulu.

Field Care:

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 24


Saat bantuan medis datang dan penderita dibawa
menggunakn ambulan,berikan oxygen pada pasien untuk
mempertahankan suplai oksigen ke jaringan. Terapi cairan intravena
biasanya dilakukan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, nmun
cairan intravena todak dapat mengankut darah sehingga tetap
disarankan untuk segera mendapatkan transfusi darah. Selain
oemberian cairan intravena sering pula dilakukan metode permissive
hypotension metode ini diutamakan bagi penderita trauma atau yang
lebih dikenal sebagai terapi cairan restriktif, metode ini digunakan
agar tekanan darahbsistolik meningkattanpa mencapai tekanan darah
normal dengan tujuan pencegahan terlarutnya faktor pembekuan
secara berlebih.Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah
satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan
perawatan pasien. Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan
resusitasi dengan memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat.
Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk
resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan
tekanan darah pada pasien kombustio 24 jam sesudah cedera luka
bakar. Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa
cairan kristaloid, koloid, dan darah

Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik.


Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah,
mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek
samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut
dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu
dicegah. Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal
syok hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau
alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling
mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman
dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti
hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 25


syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai
cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan
insensibel.Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat.
Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil
pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh
jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan
Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis
laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan
pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Pertanyaan apakah kristaloid atau koloid yang terbaik untuk


resusitasi merupakan bahan diskusi dan penelitian. Banyak cairan
telah dikaji untuk resusitasi, antara lain NaCl 0,9%, larutan Ringer
Laktat, NaCl hipertonik, albumin, fraksi protein murni, plasma beku
segar, hetastarch, pentastarch dan dekstran 70. Penganut resusitasi
koloid berkilah bahwa tekanan onkotik yang meningkat karena
penggunaan zat-zat ini adalah mengurangi edema.

6. Asidosis dan Cara Penanganannya


 Asidosis Respiratorik:

(juga dikenal sebagai asidosis non-respiratorik) mencakup semua


jenis asidosis selain yang disebabkan oleh kelebihan CO2 di cairan
tubuh. Pada keadaan takterkompensasi, asidosis metabolik selalu
ditandai oleh penurunan [HCO3-]plasma (dalam contohkita menjadi
separuhnya), sementara [CO2] normal sehingga terbentuk rasio
asidotik 10/1. Masalah dapat timbul karena pengeluaran cairan
kaya-HCO3- yang berlebihan dari tubuh atau karena akumulasi
asam non-karbonat.

 Penyebab dari Asidosis Respiratorik:

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 26


Kemungkinan penyebab mencakup penyakit
paru, depresi pusat pernapasan oleh obat atau
penyakit, gangguan saraf atau otot yang mengurangi
kemampuan bernapas, atau (secara sementara)
bahkan hanya tindakan menahan napas. Pada
asidosis respiratorik tak-terkompensasi (Gambar 15-
13b, kiri) [CO2] meningkat (di contoh kita,
konsentrasinya dua kali lipat), sementara [HCO3-]
normal, sehingga rasio menjadi 20/2 (10/1) dan pH
berkurang. Marilah kita perjelas suatu hal yang dapat
membingungkan. Anda mungkin bertanya mengapa
ketika [CO2] meningkat dan mendorong reaksi CO2
+ H2O ∆ H+ + HCO3-ke kanan, kita mengatakan
bahwa [H+] meningkat, tetapi [HCO3-] tetap normal,
meskipun H+ dan HCO3- yang diproduksi oleh
reaksi ini berjumlah sama. Jawabannya terletak pada
kenyataan bahwa dalam keadaan normal [HCO3-]
adalah 600.000 kali lebih banyak daripada [H+].
Untuk setiap satu ion hidrogen dan 600.000 ion
bikarbonat yang ada di CES, pembentukan satu H+
tambahan dan satu HCO3- menyebabkan [H+]
berlipat dua (peningkatan 100%), tetapi hanya
meningkatkan [HCO3-] 0,00017% (dari 600.000
menjadi 600.001 ion). Karena itu, peningkatan
[CO2] menyebabkan peningkatan mencolok [H+]
sementara [HCO3-] pada hakikatnya tidak berubah.

 Asidosis Metabolik:

Asidosis metabolik (juga dikenal sebagai asidosis non-


respiratorik) mencakup semua jenis asidosis selain yang
disebabkan oleh kelebihan CO2 di cairan tubuh. Pada keadaan
takterkompensasi (Gambar 15-13d, kiri), asidosis metabolik selalu
ditandai oleh penurunan [HCO3-] plasma (dalam contoh kita

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 27


menjadi separuhnya), sementara [CO2] normal sehingga terbentuk
rasio asidotik 10/1. Masalah dapat timbul karena pengeluaran
cairan kaya-HCO3- yang berlebihan dari tubuh atau karena
akumulasi asam non-karbonat.
 Penyebab asidosis metabolik Asidosis metabolik
adalah jenis gangguan asam-basa yang paling sering
dijumpai. Berikut sebagian kausanya yang tersering:

 Diare berat. Selama pencernaan, getah


pencernaan yang kaya HCO3- biasanya
disekresikan ke dalam saluran cerna dan
kemudian diserap kembali ke dalam plasma
ketika pencernaan selesai. Selama diare,
HCO3- ini hilang dari tubuh dan tidak
direabsorpsi. Karena HCO3- berkurang,
HCO3- yang tersedia untuk mendapar
berkurang sehingga lebihbanyak H+ bebas
yang ada di cairan tubuh. Dengan melihat
situasi ini dari segi yang berbeda,
berkurangnya HCO3- menggeser re
 CO2 + H2O H+ HCO3- ke kanan untuk
mengompensasi defisit HCO3-,
meningkatkan di atas normal

 Diabetes melitus. Kelainan metabolisme


lemak akibat ketidakmampuan sel
menggunakan glukosa karena kurangnya
efek insulin menyebabkan pembentukan
asam keto secara berlebihan. Penguraian
asam-asam keto ini meningkatkan [H+]
plasma.
 Olahraga berat. Ketika otot mengandalkan
glikolisis anaerob sewaktu olahraga berat,
terjadi peningkatan produksi asam laktat
(laktat) yang meningkatkan [H+] plasma

 Asidosis uremik. Pada gagal ginjal berat


(uremia), ginjal tidak dapat menyingkirkan
bahkan dalam jumlah normal yang dihasilkan

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 28


dari asam-asam non-karbonat dari proses-
proses metabolik sehingga H+ mulai
menumpuk di cairan tubuh. Ginjal juga tidak
dapat menahan HCO3- dalam jumlah
memadai untuk menyangga beban asam yang
normal.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 29


DAFTAR PUSTAKA

Frank H. Netter, M., 2006. Atlas Anatomi Manusia. 3rd penyunt. Jakarta: ELSEVIER.

Johannes W. Rohen, C. Y. & E, L.-D., 2012. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC -
Penerbit Buku Kedokteran.

BLOK SISTEM KARDIORESPIRASI 30

Anda mungkin juga menyukai