Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

TRANSFUSI DARAH

Oleh:
M Rifi Walaleka – H1AP19009
Wahyudi Permana Darlis – H1AP19019

Dokter Pembimbing : dr. Ferdi, Sp.An

KEPANITRAAN KLINIK ANASTESI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
Pendahuluan
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke
sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kehilangan darah dalam jumlah
yang besar yang disebabkan oleh trauma, syok, operasi dan organt failur atau tidak berfungsinya organ
pembentuk sel darah merah
Keputusan melakukan transfuse harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat dari segi klinis penyakit
dan hasil pemeriksaan laboratorium. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa
pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.
Penggunaan transfusi darah yang rasional sangatlah penting untuk meningkatkan drajat
kesehatan pasien sekaligus untuk mencegah komplikasi dari transfusi darah, serta mencegah
penggunaan darah tanpa indikasi, sehingga nilai efisiensi dari transfusi tetap ada.
Darah
KOMPOSISI DARAH

Sebagian besar komponen tubuh manusia terdiri dari cairan. Total cairan dalam tubuh
manusia adalah 60% dari berat badan manusia. Cairan ini dibagi menjadi dua kompartemen
besar, yaitu kompartemen intrasel dan kompartemen ekstrasel. Kompartemen ekstrasel
menempati hampir sepertiga bagian dari cairan tubuh (20%), dan cairan intrasel 40% dari total
cairan tubuh. Darah merupakan bagian dari cairan intravaskular dan merupakan 5% bagian dari
cairan ekstrasel, karena 15% bagian lain adalah cairan interstitial .
Darah dalam tubuh manusia memiliki total volum
sekitar 5% dari berat badan manusia dewasa , pada
beberapa literatur yang berbeda ada yang menyebutkan
7-8% dari total berat badan. Teori yang memperkirakan
total volume darah dalam tubuh manusia, dapat
memudahkan untuk menentukan perkiraan total volume
darah.
Darah secara teknis adalah cairan yang berada di dalam vaskular yang beredar di
seluruh bagian tubuh karena dipompa oleh organ jantung. Darah secara dasar terdiri
dari cairan dan jaringan. Darah merupakan sebuah jaringan karena terdiri dari
berbagai macam sel darah yang memiliki fungsi yang beragam untuk setiap sel yang
berbeda. Darah merupakan cairan karena mengandung plasma, tempat dimana sel-
sel darah terbenam dan mengalir dalam pembuluh darah.
(Sumber : Physiology Netter,Elsevier )
Komponen Darah dan Sub-komponen Jenis dan Presentasinya Tempat Produksi utama
Presentasinya dari Darah dan
Persentasinya
Plasma Air (92%) Cairan Hasil absorbs dari traktur dan hasil metabolisme
(46-63%) Protein Plasma (7%) Albumin (54-60%) Hepar
Globulin (35-38%) α globulin (hepar)
  β globulin (hepar)
  γ globulin (pembentuk
imunoglobulin) oleh sel plasma
Fibrinogen (4-7%) Liver
Protein untuk Horman dan Enzim Dari berbagai organ
system regulasi
tubuh <1%
Komponen larut Makro dan Absorbsi dari traktus GI,pertukaran gas di system
mikronutrisi, gas, dan respirasi, produk dari sel
lainya <1%
metabolit
Formed Element Eritrosit (99%)   Red Bone Marrow
(37-54%) Leukosit < 1% Granulosit : Red Bone Marrow
Neutrophil,
Eosinophil, Basophil
Agranulosit : Limfosit, Limfosit :
Monosit Red Bone Marrow dan jaringan Limfatik
Monosit : Red Bone Marrow
Platelet <1%   Megakariosit

(Sumber : An Overview of Blood by Openstax Cllege, Rice University)


GOLONGAN DARAH
FISIOLOGI DARAH
FUNGSI TRANSPORTASI

A. Respirasi : darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke


jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
B. Nutrisi : darah mengangkut zat makanan yang diabsorbsi
C. Ekskresi : darah mengangku zat sisa metabolism ke
ginjal, paru-paru, kulit, dan usus untuk dibuang.
D. Hormon dan metabolit: mengangkut hormon dan
metabolit
FUNGSI PERTAHANAN
Darah membentuk sistem pertahanan terhadap infeksi melalui sel darah putih
dan antibodi dalam sirkulasi.
FUNGSI TERMOREGULASI
Termoregulasi : mengatur suhu tubuh melalui distribusi panas tubuh.
A. Memelihara keseimbangan asam-basa dalam tubuh
B. Mengatur keseimbangan air melalui efek darah pada pertukaran air antara cairan
yang beredar dan cairan jaringan.
TRANSFUSI DARAH
TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah transfer darah


atau komponen darah dari donor ke
resipien yang bertujuan untuk
mengganti komponen darah yang
hilang. Pada transfusi darah dilakukan
proses penyaluran darah atau produk
berbasis darah dari satu orang ke
sistem peredaran darah orang lain
Tujuan Transfusi Darah

mengembalikan volume darah normal

mengganti kekurangan komponen darah

meningkatkan oksigenasi maupun hemostasis


Kriteria donor darah
Pendonor harus dinilai melalui kriteria di bawah ini melalui pemeriksaan fisik
dan pengkajian kuesioner kesehatan pendonor
Interval Waktu Sejak Penyumbangan
Terakhir Dan Frekuensi Pengambilan

Perempuan : 2 bulan
Perempuan : 4 kali penyumbangan
per tahun

Laki-Laki : 2 bulan
Laki-Laki 6 kali penyumbangan per
tahun
Beberapa kondisi medis pendonor
yang tidak dapat melakukan donor
darah

Diabetes

HIV

Kanker

Pengguna narkoba

Penyakit jantung dan pembuluh darah


Jenis-Jenis Darah lengkap (whole blood)
Darah Transfusi
Darah lengkap (Whole Blood)
Volume darah sesuai kantong darah berisi sel darah merah,
yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, leukosit, trombosit dan plasma
350 ml, 450 ml. Darah lengkap serta faktor pembekuan labil (V
berguna untuk meningkatkan jumlah dan VIII)
eritrosit dan plasma secara bersamaan

Whole blood diberikan pada keadaan


perdarahan akut atau perdarahan
masif yang disertai hipovolemia, dan Satu unit darah lengkap akan
pasien yang membutuhkan transfusi meningkatkan Hb sebesar 1
PRC, tetapi tidak tersedianya PRC g/dl atau hematokrit 3-4%
tersebut
Sel darah merah (Packed red cell)
Packed red cell (PRC) mengandung eritrosit, trombosit, leukosit, dan sedikit plasma.
Sel darah merah ini didapat dengan memisahkan sebagian plasma dari darah lengkap sehingga
diperoleh sel darah merah dengan nilai hematokritnya 60-70%. Produk ini digunakan pada
kondisi yang membutuhkan penambahan sel darah merah saja.

kadar Hb <7,0 g/dL

Transfusi juga dapat dilakukan pada kadar Hb 7,0-


10,0 g/dL, apabila ditemukan hipoksia atau
hipoksemia yang bermakna secara klinis dan
laboratorium

Transfusi jarang dilakukan pada kadar Hb >10,0 g/dL


kecuali terdapat indikasi tertentu, seperti penyakit
yang membutuhkan kapasitas transpor oksigen lebih
tinggi.
JENIS-JENIS PRC

Sel darah merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit


(Packed Red Blood Cell Leukocytes Reduced)

Sel Darah Merah Pekat Cuci (Packed Red


Blood Cell Washed)

Sel Darah Merah Pekat Beku Yang Dicuci


(Packed Red Blood Cell Frozen, Packed Red
Blood Cell Deglycerolized)
Transfusi trombosit konsentrat/
thrombocyte concentrate (TC)

Transfusi TC dapat diberikan Pasien yang dijadwalkan


pada pasien yang mengalami untuk prosedur invasif juga
perdarahan akibat dapat diberikan transfusi TC
trombositopenia, atau sebagai profilaksis apabila kadar
profilaksis pada keadaan tertentu trombosit <50.000/mL

Pada pasien dengan Satu kantong TC Pada pasien dengan


trombositopenia, transfusi dianggap dapat trombositopenia dengan
TC profilaksis dapat meningkatkan kadar perdarahan aktif, pemberian
diberikan pada kadar trombosit 5.000- transfusi TC dibenarkan pada
trombosit <50.000/mL 10,000/mL kadar trombosit berapapun
Fresh Frozen Plasma Fresh frozen plama (FFP) mengandung
semua protein dan faktor-faktor pembekuan

Transfusi FFP diindikasikan pada pasien dengan


defisiensi faktor pembekuan, koreksi koagulopati,
dan pengobatan terapi warfarin atau heparin.

Setiap unit FFP menaikkan setiap faktor


pembekuan sebanyak 2-3% pada pasien
dewasa
Cryopresipitate

Cryoprecipitate Cryopresipitate Tujuan dari transfusi


didapatkan berisi cryoglobulin kriopresipitat untuk
dari pencairan yang kaya akan mengganti defisiensi faktor
FFP pada suhu fibrinogen, faktor VIII pada pasien hemofilia
4-6ºC von Willebrand, A, defisiensi faktor XIII,
faktor VIII, faktor disfibrinogenemia, dan
XIII, dan fibronektin. penyakit von Willebrand
Infographic Style
Konsentrate factor VIII dibuat dari konsentrat F IX sekarang tersedia
plasma manusia atau diproduksi sebagai hasil rekombinan. Sediaan
melalui teknologi rekombinan. ini steril, stabil dan kering beku
Konsentrate factor VIII ini dibuat sebagai hasil dari fraksinasi
dengan proses fraksinasi dari plasma yang dikumpulkan.
plasma yang dikumpulkan dan Kompleks F IX merupakan sediaan
dibekukan segera setelah yang mengandung selain F IX juga
pengambilan darah. Semua produk sejumlah F II, VII, X dan beberapa
dibuat steril, stabil, murni dan beku protein
kering

Konsentrat Faktor VIII Konsentrat


(Faktor VIII consentrate)
Faktor IX
Immunoglobulin
Immunoglobulin biasanya dibuat melalui proses
fraksinasi dengan etanol dingin dari plasma yang
dikumpulkan. Berisi immunoglobulin G (IgG) dengan
sedikit IgA dan IgM. Terdapat dua sediaan yakni
intramuscular (IM) dan intravena (IV)

ITP akut dan kronik

Sindrom guillan barre

Profilaksis reaksi transfusi GVHD

Sindrom wiskot aldrich


Alur Pelayanan Transfusi
Darah di BDRS

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed.


Prosedur Transfusi Darah
Transfusi darah harus melalui prosedur yang ketat untuk mencegah efek
samping (reaksi transfusi) yang dapat timbul.

Pemeriksaan untuk donor terdiri atas:


a. Penapisan (screening) terhadap
Penentuan golongan darah ABO antibodi dalam serum donor dengan
dan Rh. Baik donor maupun tes antiglobulin indirek (tes Coombs
resipien harus mempunyai 01 02 indirek)
golongan darah yang sama b. Tes serologik untuk hepatitis
(B&C), HIV sifilis (VDRL) dan
Add Text
CMV. Add Text
Simple PowerPoint Simple PowerPoint
Presentation Presentation
Pemeriksaan untuk resipien:
a. "major side cross match": serum Pemeriksaan klerikal (identifikasi).
resipien diinkubasikan dengan Memeriksa dengan teliti dan
RBC donor untuk mencari antibodi mencocokkan label darah resipien
dalam serum resipien. 03 04 dan donor. Reaksi transfusi berat
b. "minor side cross match"; sebagian besar timbul akibat
mencari antibodi dalam serum kesalahan identifikasi (klerikal)
donor. Tujuannya hampir sama
dengan prosedur 2a
5. Prosedur pemberian darah

hangatkan darah perlahan-


lahan. catat nadi, tensi, pasang infus dengan infus set
A B darah
suhu dan respirasi sebelum
transfusi
Add Text Add Text
Simple PowerPoint Simple PowerPoint
Presentation Presentation
pada 5 menit pertama
pemberian darah-beri tetesan
pertama diberi larutan NaCl pelan-pelan awasi adanya
C D
fisiologik urtikaria, bronkhospasme, rasa
tidak enak, menggigil.
Selanjutnya awasi tensi, nadi,
suhu, dan respirasi.
Reaksi Transfusi Darah dan Penatalaksanaan

Reaksi transfusi adalah suatu komplikasi dari transfusi darah yang berupa
respon imun terhadap sel darah transfusi atau komponen lain yang
ditransfusikan secara langsung atau dapat juga berupa respon non imun.

Reaksi transfusi merupakan semua kejadian yang tidak menguntungkan


penderita yang timbul selama atau setelah transfusi dan memang
berhubungan dengan transfusi tersebut.
Berdasarkan tipe, reaksi transfusi dapat dibagi
menjadi dua kategori
1. Reaksi transfusi imunologis
Transfusion-related Acute Lung Injury (TRALI).
Reaksi hemolitik akut, demam non-hemolitik

Reaksi hemolitik lambat

Reaksi
cepat

Reaksi
reaksi alergi dan reaksi anafilaktik lambat

Transfusion-associated Graft Versus Host Disease


(Tagvhd)
2. Reaksi transfusi non-imunologis

Transfusion-associated Circulatory Overload


01 (TACO)
40% 80% 60% 50%

Infeksi virus yang ditularkan melalui darah


02 seperti Hepatitis, HIV, Sitomegalovirus

03 kontaminasi bakteri

04 gangguan metabolik
Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi transfusi dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori, yaitu :
Penanganan reaksi transfusi ringan

3. Lakukan observasi dalam waktu 30


menit. Jika tidak ada perbaikan,
perlakukan sebagai Kategori II. Jika
ada perbaikan, transfusi dapat
1. Hentikan transfusi dilanjutkan

2. Berikan antihistamin
intramuscular (IM)
Penanganan reaksi transfusi sedang

1. Hentikan transfusi, ganti dengan


cairan infus NaCl 0,9% untuk 4. Berikan anti histamin
menjaga pembuluh darah tetap
terbuka. Panas tanpa gejala lainnya
IM dan antipiretik
hanya diberikan antipiretik

5. Berikan kortikosteroid dan


2. Hubungi dokter yang bronkodilator IV bila terjadi reaksi
bertanggung jawab terhadap anafilaksis (contoh: bronkospasme,
pelayanan pasien dan BDRS stridor)

3. Kirim kantong darah, selang set


transfusi, dan sampel darah baru 7. Lakukan observasi dalam waktu 6. Kumpulkan urin 24 jam
(sampel darah tanpa antikoagulan 15 menit. Jika tidak ada perbaikan, untuk memeriksa adanya
dan sampel darah dengan anti perlakukan sebagai Kategori III. hemolisis
koagulan) dari vena kontralateral Jika ada perbaikan, transfusi darah
dengan kantong baru dapat dimulai
dengan observasi lebih ketat
Penanganan Reaksi Transfusi Berat

1. Hentikan transfusi. Ganti dengan 3. Jaga saluran nafas dan berikan oksigen dengan
cairan infus NaCl 0,9% untuk menjaga tekanan tinggi menggunakan sungkup
pembuluh darah tetap terbuka.

4. Hubungi dokter yang bertanggung jawab


terhadap pelayanan pasien atau dokter yang
kompeten dan BDRS
2. Berikan infus NaCl 0,9% untuk
menjaga tekanan darah sistolik.
Jika terjadi hipotensi, berikan
selama 5 menit dan tinggikan Reaksi
tungkai bawah pasien lambat
5. Berikan adrenalin IM secara pelan. f. Berikan
kortikosteroid dan bronkodilator IV bila terjadi reaksi
anafilaksis (contoh: bronkospasme, stridor)
Penanganan Reaksi Transfusi Berat

6. Berikan diuretik IV. 8. Periksa urin segar untuk melihat tanda terjadinya
hemoglobinuria

9. Kumpulkan urin 24 jam untuk memeriksa


adanya hemolisis

7. Kirim kantong darah, selang


blood set, dan sampel darah baru
(dalam bentuk beku dan sampel
darah dengan anti koagulan) dari Reaksi
vena kontra lateral lambat

10. Catat semua cairan yang masuk dan keluar


untuk mengetahui keseimbangan cairan
Penanganan Reaksi Transfusi Berat

11. Periksa apakah terjadi perdarahan di 13. Jika output urin menurun atau terdapat tanda
tempat pemasangan blood set atau terjadinya gagal ginjal akut, hitung keseimbangan cairan,
pada luka di tempat lain. Jika terdapat pertimbangkan pemberian Furosemide, jika ada,
bukti terjadinya DIC, berikan TC dan pertimbangkan pemberian infus dopamin, rujuk kepada
AHF atau FFP dokter spesialis yang sesuai seperti pada kasus pasien
yang memerlukan dialisis

12. Periksa kembali, jika terjadi


hipotensi, berikan lebih banyak
NaCl 0,9% selama 5 menit, dan Reaksi
jika tersedia, berikan obat inotropik lambat

14. Jika diperkirakan terjadi bakteremia,


berikan antibiotik spektrum luas secara IV
Reaksi Transfusi Hemolitik Akut

.
Reaksi hemolitik akut terjadi dalam waktu
24 jam dari transfusi

Sebagian besar reaksi hemolitik terjadi


akibat kesalahan identifikasi

Gejala dan keluhan transfusi hemolitik segera, terjadi


segera sesudah darah yang tidak cocok dilakukan

Klinis kebanyakan berupa timbulnya panas, dapat


dengan menggigil. Dapat juga dengan cemas, nyeri
dada atau punggung, sesak napas, takikardia dan
hipotensi.
Patogenesis
Patogenesis kelainan ini dimulai dengan interaksi
antara antibodi dan membran sel eritrosit
S
Terbentuk kompleks imun, aktivasi kaskade
komplemen, mekanisme koagulasi lewat sitokin
dan faktor XII

W T
Mediator vasomotor disini yaitu histamin,
serotonin dan sitokin

Gagal ginjal dipikirkan karena iskemia disebabkan oleh


kombinasi hipotensi, vasokonstriksi dan koagulasi
O
intravaskular
TATALAKSANA DAN
PENCEGAHAN

Tatalaksana dimulai dengan hidrasi Pencegahan reaksi transfusi hemolitik


yang harus segera dimulai untuk mencegah akut dapat dicegah. Hampir semua sebabnya
gagal ginjal. Diberikan infus garam fisiologis karena kesalahan atau kelalaian manusia,
untuk memelihara tekanan darah dan misalnya kesalahan memberi label pada
meningkatkan air kencing agar mencapai contoh darah pasien. Prosedur memastikan
100cc/ jam, Manitol atau furosemid dapat identifikasi pasien, contoh darah atau
digunakan untuk memelinara terbentuknya komponen transfusi harus benar
kencing, Bila terjadi oliguri karena gagal penempatannya untuk mencegah terjadinya
ginjal cairan harus dibatasi. Obat vasoaktif reaksi transfusi
seperti dopamin dapat efektif mengatasi
hipotensi dan gangguan perfusi ginjal.
Reaksi Transfusi Hemolitik Tertunda

Reaksi Hemolitik Lambat yaitu


Reaksi ini timbul karena hemolisis realai hemolisis terjadi setelah
ekstravaskuler dengan penurunan satu hari sampai beberapa
kadar hemoglobin dan peningkatan minggu setelah transfusi
bilirubin indirek dalam serum. Reaksi
timbul karena adanya antibodi dalam
bentuk IgG yang tidak terdeteksi
pada pemeriksaan pratransfusi

Lebih sering tidak memerlukan terapi


cukup dilakukan observasi saja,
kecuali jika terjadi anemia atau Sering bersifat silent, atau
ikterus berat. Penanganan umumnya timbul gejala berupa anemia
tidak ada terapi khusus, tapi pasien dan ikterus ringan
yang dengan reaksi berat dilakukan
hidrasi
Febris Non Reaksi Transfusi Hemolitik

Reaksi demam non hemolitik paska


transfusi/ febrile nonhemolytic Terjadi umumnya dalam
transfusion reactions (FNHTR) adalah waktu beberapa jam
kenaikan temperatur tubuh minimal 1 0C sesudah transfusi
di atas 370C dalam 24 jam paska
transfusi

Demam ini timbul akibat komplemen Umumnya demam pada reaksi transfusi
dan lisisnya sebagian sel dengan ini ringan dan hilang dengan sendirinya.
melepaskan pirogen endogen dan Tatalaksana yang diberika berupa
kemudian merangsang sintesis menghentikan atau menurunkan
prostaglandin dan pelepasan serotonin kecepatan transfusi dan dapat diberikan
dalam hipotalamus antipiretik
Kerusakan Paru akut akibat Transfusi
(Transfusion-Related Acute Lung Injury)

Kerusakan paru disebabkan transfusi


antibodi di dalam plasma donor, yang Umumnya berupa ”respiratory distress” berat yang
bereaksi dengan granulosit resipien tiba-tiba, disebabkan oleh sindrom edema pulmonal
non kardiogenik mirip ‘adult respiratory distress
syndrome. Gejala seperti pada edema paru. Pada
pemeriksaan radiologis nampak edema paru

Diduga aglutinasi granulosit dan aktivasi


komplemen terjadi dalam jaringan vaskuler
paru, menyebabkan endotel kapiler rusak
sehingga terjadi kebocoran cairan kedalam Reaksi
Penanganan dengan tindakan mengatasi edema paru
alveoli dan hipoksia, termasuk
lambat bantuan pernafasan bila
diperlukan. Tata laksana TRALI bersifat suportif
meliputi pemberian oksigen, steroid, diuretik, dan
pada kondisi yang berat dapat diperlukan ventilasi
mekanik
Reaksi Transfusi Alergi

Reaksi alergi bervariasi mulai dari ringan (urt


ikaria) hingga mengancam nyawa (reaksi
40% 80% 60% anafilaktik).

Reaksi alergi terjadi pada 1-3% dari transfusi


darah. Gambaran berupa urtikaria, spasme
bronkus, angio edema sampai reaksi anafilaksis

Reaksi alergi ini diperantarai oleh IgE resipien terhadap


berbagai jenis protein di plasma donor, interaksi antara antigen
dengan IgE merangsang dikeluarkanya antihistamin dari sel
mast dan basofil

Pencegahan terhadap reaksi alergi dapat dilakukan


dengan mencuci PRC untuk membuang plasma
Transfusion-associated
Circulatory Overload (TACO)
Transfusion-associated circulatory overload (TACO)
terjadi pada kondisi disfungsi jantung atau pada
pemberian transfusi yang terlalu cepat.

Gejala yang timbul berupa pasien merasa sesak,


orthopnoe, sianosis, batuk, tekanan vena sentralis
meningkat, pada auskultasi didapatkan ronki
basah halus sedangkan foto toraks menunjukan
edema pulmonal

Tata laksana ditujukan untuk mengurangi volume


darah dan meningkatkan fungsi jantung.
Pertimbangkan penggunaan oksigen, diuretik,
dan obat gagal jantung bila diperlukan
Gangguan metabolik

komposisi darah yang disimpan Adanya sitrat Pada pasien berat,


lain dengan darah di dalam sebagai dengan transfusi
sirkulasi, bila sejumlah besar antikoagulan masif dapat
darah simpanan diberikan dapat mengalami
dengan cepat maka ion K dapat menyebabkan asidosis,hipoksemia,
menyebabkan risiko pada hipokalsemia hipotermia, dan hipo
pasien dengan gagal ginjal, atau hiperkalemia
syok, atau pada hemolisis
Infeksi Virus Dan Kontaminasi Bakteri

Keluhan dapat berupa seperti febris non


Transfusi dengan darah yang hemolitk sampai sepsis akut, dan
telah terkontaminasi kuman kematian. Penatalaksanaan sesuai
sangat berbahaya dengan sepsis

Organisme yang sering


menimbulkan kontaminasi pada
transfusi antara lan pseudomonas,
stafilokokus, streptokokus, dan
salmonela. Sedangkan untuk virus,
seperti hepatitis, HIV,
Sitomegalovirus, dan virus lainnya.
Kesimpulan
1. Transfusi darah memiliki risiko yang tinggi sehingga perlu ketelitian dimulai dari pendonoran

darah, penyimpanan hingga penyaluran darah ke tubuh pasien

2. Reaksi transfusi darah dapat muncul segera maupun delayed

3. Reaksi transfusi darah mulai dari ringan hingga berat atau mengancam nyawa

4. Tatalaksana atau manajemen reaksi transfusi darah harus segera dilakukan


SUMBER
1. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 2006.
2. New Zealand Blood Service. Transfusion Medicine Handbook Third Edition ,. 2016;
3. Guyton A, Hall J. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In: Rachman L, Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. 11th ed.
Jakarta: EGC; 2007. p. 3 – 4. 1.
4. Silbernagl S, Despopoulos A. Color Atlas of Physiology. In: Wandrey SO, editor. 6th ed. New York,USA: Thieme Publishing
Group; 2009. p. 88 – 9. Available from: http://www.thieme.com
5. Britannica Educational Publishing. The Human Body : Blood Physiology and Circulation. In: Rogers K, editor. 1st ed. New
York: Britannica Educational Publishing, Rosen Educational Services; 2011. p. 19 – 23.
6. OpenStax College Rice University. Anatomy and Physiology. In Houston,Texas: Rice University; 2013. p. 738 – 40. Available
from: http://openstaxcollege.org.
7. Netter, Frank.H. Atlas Of Human Anatomy 18th Edition. Philadelphia, PA, Saunders/Elsevier.
8. Murray, R.K., Granner, D.K., & V.W. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC: 2008.
9. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem (8 ed). Jakarta : Buku Kedokteran EGC: 2015.
10. Sudarmanto B, Tamam M, Soemantri Ag. Transfusi darah dan transplantasi. Dalam: Permono B, Sutaryo, Ugrasena, penyunting. Buku ajar
hematologi-onkologi anak. Jakarta: BP IDAI; 2005.h.217-26
11. Angeline Sutjianto, Asvin Nurulita, Fitriani Mangarengi. 2014. Potassium Levels in Stored Packed Red Cells. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, Vol. 20, No. 2 Maret 2014: 147–149
12. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 91 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah
13. Dixit R, Sharma S, dan Parmez AR. 2010. Transfusion-related Acute Lung Injury. Asian Journal of Transfusion Science. Vol. 4. No. 2.
14. 13.Sahu S, Hemlata, dan Verma A. 2014. Adverse Events Realated to Blood Transfusion. Indian Journal of Anaesthesia.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor Hk.01.07/Menkes/1/2018 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Thalasemia
16. Latief SA, Suryadi KA, dan Dachlan MR. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. p. 141-145.
17. Ornella Widyapuspita. 2016. Perioperative Transfusion Management in Adult Cardiac Surgery. Jurnal Anestesiologi Indonesia. Volume VIII,
Nomor 3
18. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1&2
19. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2013. Blood Transfusion. Clinical Anaesthesiology. Vol. 5. New York: Lange
20. Olivo RA, Silva MVD, Garcia FB, Moraes-Souza H. Evaluation of the effectiveness of packed red blood cell irradiation by a linear accelerator.
Rev Bras Hematol Hemoter 2015;37:153-9
21. Siti, Idrus, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing
21. Sharma S, Sharma P, Tyler LN. Transfusion of blood and blood products: indication and complication. Am Fam Physician 2011;83(6):719-24
22. Pustika Amalia Wahidiyat, Nitish Basant Adnani. 2016. Transfusi Rasional pada Anak . Sari Pediatri, Vol. 18, No. 4

Anda mungkin juga menyukai