Anda di halaman 1dari 31

Journal reading

AHMAD ABNAN SYAKURA


Pembimbing : dr. M. Iman Indrasyah, Sp. S.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN SARAF


RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
P I C O
P Population: Dewasa usia 18-55 tahun dengan LBP Akut

I Interventaion: Paracetamol intravena, dan Dexketoprofen

C Comparision: Morfin Intravena

O Outcome: Kualitas Nyeri


PENDAHULUA
N
Nyeri punggung bawah (LBP) adalah salah satu keluhan paling umum
yang masuk ke Unit Gawat Darurat, terhitung lebih dari enam juta kasus
di AS. Dua pertiga orang dewasa mengalami LBP mekanik di beberapa
titik selama hidup mereka. Terapi untuk LBP akut bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit dan mengembalikan fungsi organ.

Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan opioid dapat digunakan


untuk LBP akut di UGD. Opioid adalah analgesik efektif yang bertindak
cepat. Namun, opioid memiliki efek samping seperti hipotensi, mual,
muntah dan pusing, yang sering terlihat selama penggunaannya. NSAID
parenteral telah muncul sebagai obat alternatif untuk opioid untuk segala
jenis rasa sakit di UGD dalam beberapa tahun terakhir.
Jurnal ini meneliti tentang perbandingan penggunaan paracetamol,
Morfin, dan Dexketoprofen dalam manjemen nyeri pada orang dewasa
dengan Acute Low Back Pain (LBP).
Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek analgesik


dari parasetamol intravena, dexketoprofen intravena dan morfin
intravena pada pasien yang mengalami LBP akut.
METODELOGI
penelitian
Desain Studi

Tiga kelompok pengobatan, parasetamol intravena, dexketoprofen


intravena, dan morfin intravena dibandingkan dalam uji klinis tunggal,
prospektif, acak, tersamar ganda, dan terkontrol. Penelitian ini
direncanakan sebagai uji coba keunggulan.
Dibagi menjadi 3
kelompok:

Kelompok I : Paracetamol Group


Kelompok II : Morphine Group
Kelompok III : Dexketoprophen Group
Cara Kerja

Pasien dengan LBP


Penelitian ini dilakukan di UGD
rumah sakit universitas sejak
Februari 2011 hingga Juli 2011.
Semua pasien memberikan
persetujuan tertulis, dan komite
etika setempat telah menyetujui
Pemberian paracetamol atau Morfin penelitian ini.
atau Dexketoprofen secara Intravena

Penilaian nyeri dengan skor VAS dan


VRS setelah 15 dan 30 menit.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Inklusi:
1. Dewasa usia 18-55 tahun.
2. LBP sedang-berat dibuktikan melalui penilaian Skor VRS 4
poin (tanpa nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri hebat)
3. LBP Akut (selama 1 minggu)

Eksklusi:
1. LBP Kronik
2. Penggunaan analgesik dalam 6 jam terakhir
3. Sciatalgia
4. Laseque test positif
5. Defisit neurologi
6. Transplantasi ginjal atau hati
7. Menolak persetujuan dalam informed consent.
8. Malignancy
9. Alergi terhadap obat yang akan digunakan
10. Hamil
Metode Pengukuran

Pengukuran intensitas nyeri dilakukan dengan skala analog 100 mm (VAS) (dibatasi
oleh 'tanpa rasa sakit' dan 'rasa sakit terburuk') dan VRS 4 poin (tanpa rasa sakit,
nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri hebat) sebelum pemberian obat dan pada
menit ke-15 dan ke-30. Pasien tidak mengetahui skor VAS sebelumnya. Kebutuhan
akan obat penyelamat setelah menit ke-30 juga dicatat. Kejadian yang tidak
diinginkan, seperti mual, muntah, reaksi alergi, pusing atau vertigo dicatat dalam
formulir penelitian.
hasil
pembahasan
Parasetamol intravena adalah obat yang aman dan efektif untuk manajemen

nyeri akut walaupun mekanisme kerjanya masih dalam penelitian lanjut. Pada

sebagian besar penelitian nyeri pasca operasi, parasetamol intravena telah

ditemukan sama efektifnya dengan opioid. Dua penelitian terbaru oleh Bektas

et,al dan Serinken et,al melaporkan bahwa morfin tidak lebih unggul daripada

parasetamol pada pasien yang mengalami kolik ginjal yang datang ke IGD
Meskipun NSAID direkomendasikan dalam sebagian besar pedoman

internasional untuk manajemen LBP, tinjauan sistematis terbaru

menyimpulkan bahwa NSAID hanya menghasilkan manfaat yang relatif kecil

pada orang dengan LBP dan mungkin tidak lebih efektif daripada parasetamol

sebagai analgesik sederhana. NSAID juga dikaitkan dengan reaksi merugikan

yang serius dibandingkan dengan parasetamol, termasuk gangguan pada

sistem gastrointestinal.
Penelitian yang dipresentasikan adalah untuk menyelidiki kemanjuran

parasetamol dan dexketoprofen pada LBP akut di UGD. Morfin menurunkan

intensitas nyeri 15 mm lebih dari dexke-toprofen dengan kurangnya

signifikansi statistik, dan 11 mm lebih dari parasetamol pada menit ke-15.

Meskipun tidak ada perbedaan antara morfin dan paracatemol pada menit

ke-30, morfin mengurangi rasa sakit 11 mm lebih banyak dari dexke-toprofen

dengan signifikansi statistik, tetapi kurangnya signifikansi klinis. Pasien dalam

kelompok morfin juga membutuhkan lebih sedikit obat penyelamatan tetapi

mengalami lebih banyak efek samping.


kesimpulan
Tiga kelompok pengobatan, parasetamol intravena, dexketoprofen
intravena, dan morfin intravena yang dibandingkan, tidak saling unggul
untuk pengobatan LBP akut di UGD.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai