Anda di halaman 1dari 8

Laporan Penelitian

EFEKTIVITAS BETAHISTINE PADA PENURUNAN SKOR DAN


SUB SKOR DIZZINESS HANDICAP INVENTORY PENDERITA
GANGGUAN VESTIBULER PERIFER
Christin Rony Nayoan,
KSM KTHT – KL RSUD . UNDATA PALU

ABSTRAK

Latar belakang : Pusing berputar adalah salah satu gejala dari Gangguan Vestibuler
Perifer (GVP) yang sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya dengan kekuatan
pengaruhnya dapat dinilai dari derajat sedang sampai berat. Salah satu alat mengukur
kulaitas hidup penderita GVP adalah dengan kuesioner Dizziness Handicap Inventory
(DHI). Tujuan terapi GVP kualitas hidup optimal dengan salah satu pilihan terapi
simptomatis menggunakan obat betahistine.
Tujuan : Mengetahui efektifitas betahistine terhadap penurunan skor dan sub skor DHI.
Metode : Penelitian intervensi, pretest and posttest design, di Klinik THT-KL, CDC
RSUP Dr. Kariadi, RSUD Dr.Soetrasno Rembang pada Bulan September 2015 – Juni
2016. Penderita GVP diminta menjawab kuesioner DHI pre test dan diberikan betahistine
12 mg/8 jam. Setelah 2 minggu pemberian obat dilakukan penilaian skor DHI post test.
Analisis uji komparatif menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil : Jumlah subyek penelitian betahistine 24 orang. Skor DHI pasca test lebih rendah
dibanding pre test dengan nilai kemaknaan p < 0,05. Nilai sub skor DHI pasca test juga
lebih rendah disbanding pre test dengan nilai kemaknaan p < 0,05.
Simpulan : Betahistine terbukti efektif menurunkan skor DHI dan sub skor penderita
GVP.
Kata Kunci : Gangguan vestibuler perifer, Betahistine, Dizziness Handicap Inventory.

ABSTRACT
Background: Vertigo is one and most uncomforting symptom of Peripheral vestibular
disorder because its affecting the quality of life from moderate to severe. Dizziness
Handicap Inventory (DHI) is one of the questionnaire method to assess the quality of life
in Peripheral vestibular disorder patient. Aim of the Treatment is to achieved optimal
quality of life by using symptomatic treatment like betahistine.
Objective: To know the effectiveness of betahistine in reducing DHI score and sub score.
Methods: This was intervention study with pretest and posttest design, at ENT-HNS Clinic,
CDC Dr. Kariadi Hospital and Dr.Soetrasno Hospital Rembang. Data was collected from
September 2015 to June 2016. Subject filled out the DHI pre-test questionnaire, received
betahistine 12 mg / 8 hours. After 2 weeks of drug administration, subject filled out a post
test questionnaire of DHI.
Results: Subjects was 24 people. Result showed that DHI score and sub score of post test
is lower than pre test with significance value of p < 0.05.
Conclusion: Betahistine shown to be effective in lowering the DHI score and sub score
Keywords: Peripheral Vestibular Disorder, Betahistine, Dizziness Handicap Inventory

1
Korespondensi : Christin Rony Nayoan, KSM KTHT – KL RSUD UNDATA PALU
Email : ch.nayoan@yahoo.com.

PENDAHULUAN

Gangguan pada sistem vestibuler metode penilaiannya adalah Dizziness


perifer yang disebabkan oleh perubahan Handycap Inventory (DHI).7
pada kepekaan dari reseptor vestibuler DHI pertamas kali diperkenalkan
terhadap akselerasi linier dan anguler, oleh Jacobson dan Newman (1990) sebagai
abnormalitas yang asimetris dalam aktivitas kuesioner yang berguna untuk menilai
vestibuler sentral atau perubahan dalam kemampuan fisik yang berhubungan
mencapai Vestibulo Oculer Ratio disebut dengan keluhan pusing dan gangguannya
dengan Gangguan Vestibuler Perifer terhadap aspek emosi dan fungsional. DHI
(GVP).1 Gejalanya biasanya timbul telah banyak diadaptasi ke beberapa bahasa
mendadak setelah perubahan posisi atau antara lain bahasa Swedia, Belanda, Jepang
gerakan kepala, dengan rasa berputar yang dan China.
hebat atau yang sering disebut vertigo, DHI memuat 25 jenis pertanyaan
disertai mual, muntah, berkeringat, dapat penilaian dengan nilai skor 0 - 100, yang
disertai telinga berdenging, kurang meliputi 7 penilaian fisik, 9 penilaian
pendengaran dan tidak disertai gejala fungsional, dan 9 penilaian emosional. DHI
neurologik fokal. telah tervalidasi pada beberapa penelitian
Angka prevalensi GVP adalah 5 % dan terbukti memiliki keterkaitan dengan
pada populasi dewasa dalam satu tahun.4 berat ringannya gejala vertigo dan dapat
Insidensinya meningkat setiap tahunnya, mengukur perubahan atau perbaikan
lebih sering terjadi pada wanita (2,7 : 1) dan gejala.9
angka kejadiannya meningkat seiring Terapi GVP mengupayakan
peningkatan usia.5 Data kunjungan rawat tercapainya kualitas hidup yang optimal
jalan RSUP Dr.Kariadi Semarang pada sesuai dengan perjalanan penyakitnya yaitu
tahun 2013, tercatat 255 penderita dengan dengan mengurangi atau menghilangkan
keluhan vertigo, sebanyak 134 penderita sensasi vertigo dengan efek samping yang
menjalani pemeriksaan vestibulometri di minimal. Pilihan terapi meliputi terapi
Clinic Diagnostic Centre – Telinga Hidung kausatif, simptomatik, rehabilitatif,
Tenggorok (CDC – THT) dan 63 penderita menghindari faktor pencetus dan perubahan
dengan diagnosis Benigna Paroxysmal gaya hidup.3 Terapi simptomatik biasanya
Positional Vertigo (BPPV). dengan obat penekan vestibular (vestibulo –
Gejala GVP dapat mempengaruhi suppressant) diberikan pada fase akut
kualitas hidup penderitanya dari derajat dengan tujuan meringankan gejala vegetatif
sedang sampai berat (80 %). Gangguan tanpa menganggu proses kompensasi.10
yang timbul meliputi gangguan fisik, fungsi Golongan obat penekan vestibular
dan emosi penderitanya.6 Penilaian secara yang sudah dikenal luas dan masuk dalam
objektif terhadap berat ringannya gejala Formularium Nasional 2013 yaitu golongan
GVP cukup sulit sehingga dikembangkan antikolinergik, antihistamine dan
metode kuesioner untuk dapat menilai benzodiazepine. Salah satu jenis obat
kualitas keluhan tersebut. Salah satu tersebut adalah betahistine, yang

2
direkomendasikan oleh Persatuan Ahli 6 – 24 mg perkali pemberian, waktu paruh
Saraf Indonesia sebagai pilihan obat 3 - 4 jam, diberikan 2 – 3 kali perhari. 11
penekan vestibular karena cara kerjanya Harga eceran tertinggi betahistine Rp.
berbeda dan dapat mempercepat 1250 / tablet.12 Mekanisme kerja betahistine
3
kompensasi. Betahistine merupakan dapat dilihat pada gambar 1.
golongan histaminik dengan dosis lazim

Gambar 1. Mekanisme kerja betahistine


Penelitian Cirek dan Scholtz melaporkan Dr.Soetrasno Rembang periode Bulan
kombinasi cinnarizine dan dimenhidrinate September 2015 – Juni 2016. Subyek
lebih cepat mengurangi gejala vertigo penelitian adalah penderita GVP,
dibandingkan betahistine. Novotny kooperatif, usia antara 18 -60 tahun dan
melaporkan hal yang berbeda yaitu tidak bersedia mengikuti penelitian. Kriteria
terdapat perbedaan bermakna antara eksklusi adalah penderita GVP yang sedang
pemberian kombinasi cinnarizine dan mendapat terapi obat penekan vestibular,
dimenhidrinate dibandingkan betahistine memiliki reaksi alergi dengan obat
untuk mengurangi gejala vertigo pada betahistine, mengkonsumsi obat golongan
sindroma meniere.15 antikolinergik, antidepresan, antihistamine
Tujuan penelitian ini adalah untuk generasi pertama, memiliki kontraindikasi
membuktikan efektifitas betahistine pemberian betahistine, dan menderita DM
terhadap penurunan skor dan sub skor DHI dan hipertensi. Penderita GVP yang
penderita gangguan vestibuler perifer. memenuhi kriteria inklusi diminta
kesediaannya menandatangani formulir
METODE persetujuan lalu dilakukan pencatatan usia,
Penelitian intervensi dengan jenis kelamin, anamnesis, pemeriksaan fisik
rancangan pretest and posttest design. rutin, pemeriksaan telinga standard dan
Keluaran penelitian skor dan sub skor DHI. vestibulometri. Setiap penderita GVP
Penelitian dilakukan di Klinik THT-KL, diberikan terapi kausatif, terapi rehabilitatif
CDC RSUP Dr. Kariadi, Klinik THT dan menghindari faktor pencetus serta
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) perubahan pola hidup. Penderita mengisi

3
kuesioner DHI sebelum pemberian obat oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran FK
(pre test). Kemudian setiap penderita Undip/RSUP Dr. Kariadi Semarang.
diberikan satu jenis obat betahistine 12 mg,
diminum 3 kali sehari dan diberikan HASIL
untuk 1 minggu. (21 butir). Pada akhir Penelitian ini dilakukan pada bulan
minggu kedua penderita akan diwawancarai September 2015 sampai dengan Juni 2016
lagi untuk mengisi kuesioner DHI setelah di klinik THT-KL, CDC RSUP Dr. Kariadi
pemberian obat (pasca test). Semarang dan Klinik THT RSUD
///Analisis deskriptif dilakukan Dr.Soetrasno Rembang dengan jumlah
untuk data demografis penderita. Uji subyek penelitian sebanyak 24 orang. Tidak
normalitas data menggunakan uji Saphiro- ada subyek penelitian yang drop out dan
Wilk. Analisis uji komparatif menggunakan semua data lengkap. Karakteristik subyek
uji t – berpasangan (uji parametrik) atau uji penelitian yaitu distribusi jenis kelamin,
Wilcoxon (uji non parametrik) Perhitungan usia, jenis GVP, serta persentase kelompok
statistik menggunakan program komputer betahistine sebelum perlakuan dapat dilihat
SPSS.Protokol penelitian telah disetujui pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian


Variabel Betahistine
n=24

Jenis kelamin
Laki-laki 5 (20,8 %)
Perempuan 19 (79,2 %)
Usia
21 - 30 tahun 4 (16,6 %)
31 - 40 tahun 4 (16,6 %)
41 - 50 tahun 9 (37,6%)
51 - 60 tahun 7 ( 29,2 %)
Jenis GVP
BPPV 12 ( 50 %)
Sindrome 11 ( 45,8 %)
Meniere
Labirintitis 1 ( 4,2 %)
Neuronitis 0 ( 0%)
vestibularis
Lama Keluhan
(dalam minggu)
Median 12
Min-maks 1-104
Gejala penyerta
Pusing
dipengaruhi 12 ( 50 %)
posisi
tinitus 11 ( 45,8 %)
otorhea 1 ( 4,2 %)

4
Skor DHI
pre test
mean±SB
DHI total 41,2 ± 14,9
Subskor E 11,2 ± 6,7
Subskor F 15,8 ± 8,0
Subskor P 12,9 ± 5,9

Tabel 1 menunjukkan bahwa subyek skor E 11,2 ± 6,7, sub skor F 15,8 ± 8,0 dan
yang mendapatkan betahistine sebanyak 24 subskor P 12,9 ± 5,9.
orang. Rerata Skor DHI pre test pada Untuk kelompok betahistine rata – rata
kelompok betahistine 41,2 ± 4,9. Skor DHI skor DHI pre test 41,2 dan pasca test 8,3.
pasca test pada kedua kelompok mengalami Skor DHI pada masing – masing kelompok
penurunan. Sedangkan untuk sub skor DHI meliputi skor DHI total dan ketiga sub
pada kelompok betahistine pre test pada sub
skornya ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi skor DHI pada kelompok betahistine pre test dan pasca test
Betahistine
Rerata ± SB
Pre test Pasca test
Skor DHI 41,2 ± 14,9 8,3 ± 4,5
Sub Skor Emosi (E) 11,2 ± 6,7 1,5 ± 2,0
Sub Skor Fungsional (F) 15,8 ± 8,0 3,2 ± 2,2
Sub Skor Fisik (P) 12,9 ± 5,9 3,5 ± 2,7
Kelompok betahistine menunjukkan rendah dibanding pre test dengan rerata
skor DHI pasca test lebih rendah daripada selisih yaitu 9,7 dan 12,6 serta 9,3 secara
pre test, dengan rerata selisih 32,9 ± 14,3 berurutan. Nilai signifikansi pada ketiga
dan nilai p < 0,05. Nilai sub skor E, sub sub skor tersebut adalah p < 0,05. Hasil
skor F dan sub skor P pasca test juga lebih analisis tersebut ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Analisis betahistine terhadap penurunan skor DHI penderita GVP


Rerata Selisih ± SB
Variabel Rerata ± SB Nilai p*
( IK 95 %)
DHI total pre test - 41,2 ±14,9 0,000 32,9 ± 14,3
DHI total pasca test 8,3 ± 4,5 (26,9 – 38,9)
Sub skor E pre test - 11, 2 ± 6,7 0,000 9,7 ± 5,9
Sub skor E pasca test 1,5 ± 2,0 (7,2 – 12,2)
Sub skor F pre test - 15, 8 ± 8,0 0,000 12,6 ± 8,7
Sub skor F pasca test 3,2 ± 2,2 (8,9 – 16,3 )
Sub skor P pre test - 12,9 ± 5,9 0,000 9,3 ± 5,6
Sub skor P pasca test 3,5 ± 2,7 ( 6,9 – 11,7)
*p < 0,05(signifikan) , uji Wilcoxon

5
Efek samping yang paling oleh 3 orang sedangkan 21 orang tidak
dikeluhkan adalah mengantuk, dikeluhkan memberikan keluhan apapun.

PEMBAHASAN jumlah sindrom meniere, 56 % dari


populasi vertigo vestibular perifer.18 Pada
Subyek penelitian sebanyak 24 penelitian ini mendapatkan 3 jenis GVP
orang. Karakteristik subyek penelitian yaitu BPPV, sindrom meniere dan
seperti jenis kelamin, usia, jenis GVP, labirintitis. Semua subyek dalam penelitian
lama keluhan, gejala dan skor DHI ini mengeluhkan pusing berputar sebagai
disajikan pada tabel.1. Frekuensi jenis gejala utama (50 %) sesuai dengan jenis
kelamin pada penelitian ini didapatkan gangguan vestibuler perifer yang terbanyak
20,8 % laki-laki dan 74,8 % perempuan. pada penelitian ini.
Proporsi jenis kelamin ini memang lebih Lama keluhan subyek pada
banyak pada wanita, hampir sama dengan penelitian ini memberikan nilai median 12
penelitian yang dilakukan Albera, dkk minggu, dengan minimal keluhan 1 minggu
(2003) mendapatkan proporsi jenis kelamin dan maksimal keluhan 104 minggu.
laki-laki 48 % dan perempuan 52 %. 16 Berbeda dengan penelitian Mira, dkk
Penelitian Mira, dkk (2003) juga (2003) mendapatkan rata-rata lama keluhan
mendapatkan proporsi jenis kelamin 41,6 % pada penelitian mereka adalah 31,6 dan 32,
dan perempuan 58,4 %.17 Penelitian Lai 5 bulan.17
YT, dkk (2011) memberikan ratio jenis Betahistine efektif menurunkan skor
kelamin laki-laki banding perempuan 1 : DHI penderita GVP, yang ditunjukkan pada
1,96 dan dominan di semua kelompok penurunan skor DHI total antara pre test
usia.18 Sebagian besar data penelitian dan post test dan juga ditunjukkan dari tiap
epidemiologi mengenai vertigo sub skor yaitu sub skor emosi, sub skor
menunjukkan bahwa prevalensi vertigo fungsional dan sub skor fisik. (p < 0,05).
lebih banyak pada wanita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Banyak penelitian epidemiologi betahistine dapat digunakan sebagai terapi
yang menyebutkan bahwa prevalensi tunggal untuk menurunkan keluhan vertigo.
vertigo sangat erat berhubungan dengan Rerata selisih antara DHI total pre
usia. Penelitian ini menemukan jumlah test dan pasca test adalah 32,9 ± 14,3. Nilai
subyek penelitian terbanyak adalah pada rerata selisih tersebut lebih tinggi daripada
kelompok umur 41 – 50 tahun (37,6 %), nilai rerata DHI pada penelitian Albera, dkk
lebih banyak dari kelompok usia 51-60 (2003) yaitu 24,3 ± 20,1. Perbedaan nilai
tahun. Hasil yang berbeda dibandingkan rerata tersebut dikarenakan Albera, dkk
penelitian Bajenaru (2014) mendapatkan menilai DHI pada 4 minggu terapi
gambaran demografis usia vertigo betahistine dengan dosis betahistine 16 mg,
terbanyak pada kelompok usia 50-59 tahun 3 kali sehari. 16 Perbedaan tersebut
(66 dari 245 sampel).19 menunjukkan bahwa pada 2 minggu terapi
Gangguan vestibuler perifer yang betahistine sudah dapat menurunkan gejala
paling banyak didapatkan adalah sindrom vertigo yang ditunjukkan dengan penurunan
meniere (45,8 %). Serupa dengan penelitian skor DHI, dan penambahan waktu
Mira, dkk ( 2003) yang mendapatkan

6
pemberian terapi betahistine akan makin
menurunkan gejala vertigo. Hasil penelitian SARAN
Kiroglu (2014) yang melaporkan bahwa Saran dari penelitian ini adalah dibutuhkan
dimenhidrinate dan betahistine sama efektif penelitian lebih lanjut menggunakan sampel
menurunkan gejala nystagmus pada pasien dari jenis gangguan vestibuler yang sama,
vertigo dengan cara yang berbeda sehingga menggunakan instrumen pengukuran yang
dimenhidrinate dan betahistine tidak dapat berbeda dan obyektif serta menganalisis
dikombinasikan.20 Penelitian ini dapat faktor berpengaruh.
merekomendasikan pemberian betahistine
untuk menggantikan dimenhidrinate pada
terapi GVP ketika penderita GVP tidak DAFTAR PUSTAKA
dapat mentoleransi efek samping 1. Bauer CA, Konrad HR. Peripheral vestibuler
dimenhidrinate. disorders. In: Bayley BJ, Johnson JT,
Newlands SD, editors. Head and neck surgery -
Efek samping yang terjadi paling otolaryngology. Fourth ed: Lippincott Williams
banyak adalah mengantuk pada 3 orang and Wilkins; 2006. p. 2296-302.
tetapi tidak menyebabkan drop out, 2. Lai P, Pothier D, Rutka J. Balance disorders.
In: Lee KJ, Chan Y, Das S, editors. Essential
sedangkan 21 orang lain dari subyek otolaryngology head and neck surgery. Tenth
penelitian tidak memberikan keluhan efek ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 102-7.
samping apapun. Seperti penelitian Albera 3. PERDOSSI PDSSI. Pedoman tata laksana
vertigo. Terapi farmakologi vertigo. Jakarta:
(2003) dengan pemberian betahistine PERDOSSI; 2012. p. 205-13.
selama 8 minggu didapatkan 4 dari 29 4. Petruci AG, Dispenza F, Stefano AD.
Epidemiology of dizziness. In: Dispenza F,
subyek mengeluhkan adanya efek samping Stefano AD, editors. Tetxtbook of vertigo
tetapi tidak menyebabkan drop out. 16 diagnosis and management. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher; 2014. p. 26-37.
Keterbatasan penelitian ini hanya 5. Neuhauser HK, Lempert T. Vertigo :
epidemiologic aspects. Seminars in
menilai perbaikan gejala vertigo Neurology; Berlin, Germany: Robert Koch
menggunakan skor DHI yang sifatnyanya Institut; 2009. p. 473-81.
subyektif. Peneliti tidak menganalisis faktor 6. Voorde MT, Loonen HJVdZ, Leeuwen RBV.
Dizziness impairs health related quality of life.
– faktor lain yang mempengaruhi keluhan Qual Life Res. 2012(21):961-6.
vertigo seperti lama keluhan, faktor 7. Gans R. Vestubular rehabilitation therapy. In:
metabolik tubuh dan tekanan darah. Dispenza F, Stefano AD, editors. Textbook of
vertigo diagnosis and management. New Delhi:
Jaypee brothers medical publisher; 2014. p.
Konflik kepentingan 245-58.
8. Goto F, Tsutsumi T, Ogawa K. The Japanese
Peneliti menyatakan tidak ada version of the dizziness handicap inventory as
konflik kepentingan dari pihak manapun an index of treatment sucess: exploratory factor
analysis. Acta Oto Laryngologica.
dalam penelitian ini. 2011;2011(131):817-25.
9. Mutlu B, Serbetcioglu B. Discussion of the
SIMPULAN dizziness handicap inventory. Journal of
vestibular research 2013;23:271-7.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah 10. Yacovino DA, Hain TC. Medical management
of vertigo. In: Dispenza F, Stefano AD, editors.
Betahistine terbukti efektif menurunkan
Textbook of vertigo diagnosis and
skor dan sub skor DHI penderita gangguan management. New Delhi: Jaypee Brothers
vestibuler perifer. Medical Publisher; 2014. p. 219-36.

7
11. Katzung BG. Histamine, serotonin and the 16. Albera R, Ciufofolotti R, Cicco MD, Benedittis
ergot alkaloid. In: Katzung BG, Masters SB, GD, Grazioli I, Melzi G, et al. Double blind,
Trevor AJ, editors. Basic and clinical randomized multicenter study comparing the
pharmacology. China: The McGraw-Hill effect of betahistine and flunarizine on the
companies; 2009. dizziness handicap in patients with recurrent
12. NO.092/MENKES/SK/II/2012 KMR. Harga vestibular vertigo. Acta Otolaryngol.
eceran tertinggi obat generik tahun 2012. In: 2003;123:588-93.
Kesehatan, editor. Jakarta: Kementerian 17. Mira E, Guidetti G, Ghilardi PL, Fattori B,
Kesehatan 2012. p. 1-29. Malaninno N, Maiolino L. Betahistine
13. Cirek Z, Schwarz M, Baumann W, Novotny M. dihydrochloride in the treatment of the
Efficacy and tolerability of fixed combination peripheral vestibular vertigo. Eur Arch
of cinnarizine and dimenhydrinate versus Otorhinolaryngol. 2003;260:73-7.
betahistine in the treatment of otogenic 18. Lai Y-T, wang T-C, Chuang L-J, Chen M-H,
vertigo : a double blind randomised clinical Wang P-C. Epidemiology of vertigo-a
study. Clin Drug Invest. 2005;25(6):377-89. nastional survey. Otolaryngol Head and Neck
14. Scholtz AW, Steindl R, Burchardi N, Bognar- Surg. 2011;145:110-6.
Steinberg I, Baumann W. Comparison of the 19. Bajenaru O, Roceanu AM, Albu S, Zainea V,
theraupetic efficacyof a fixed low dose Pascu A, Gabriela M, et al. Effects and
combination of cinnarizine and dimenhydrinate tolerability of betahistine in patients with
with betahistine in vestibular neuritis : a vestibular vertigo : results from the romanian
randomized, double-blind, non-inferiority contigent of the OSVaLD study. International
study. Clin Drug Invest. 2012;32(6):387-99. Journal of General Medicine. 2014;7:531-8.
15. Novotny M, Kostrica R. Fixed combination of 20. Kiroglu MM, Dagkiran M, Ozdemir S,
cinnarizine and dimenhydrinate versus Surmelioglu O, Tarkan O. The effects of
betahistine dimesylate in the treatment of betahistine and dimenhydrinate on caloric test
meniere's disease: a randomized, double blind, parameters; slow phase velocity of nystagmus.
parallel group clinical study. Int Tinnitus J. The journal of international advanced otology.
2002;8(2):115-23. 2014;10(1):68-71.

Anda mungkin juga menyukai