Moewardi, Surakarta
Dengan anamnesis kita dapat mengetahui kemungkinan gangguan keseimbangan. Penting untuk ditanyakan
onset, intensitas, lamanya serangan. Perlu ditanyakan apakah gangguan keseimbangan timbul saat
perubahan posisi tertentu. Adakah rasa tidak stabil, takut berjalan, atau bertambah buruk pada kegelapan.
Apakah disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, gangguan pendengaran, rasa penuh di telinga atau
2. Anamnesis
keluhan telinga berdenging. Bentuk serangan perlu ditanyakan apakah ringan atau dirasakan sangat berat,
bersifat episodik atau terus menerus. Selain itu perlu ditanyakan penyakit lain sebelumnya seperti
influenza, radang pada telinga, riwayat operasi telinga, pemakaian obat-obatan ototoksik, serta penyakit
penyerta seperti diabetes, hipertensi, gangguan vaskular lain serta riwayat trauma kepala.
2. Tekanan darah.
- Past pointing test, yaitu dengan merentangkan tangan kemudian diangkat tinggi dan
telunjuk menyentuh telunjuk dengan mata tertutup.
- Tes jari hidung, yaitu dalam posisi duduk pasien diminta menunjuk hidung dengan jari pada
keadaan mata terbuka dan tertutup.
Pemeriksaan
3.
Fisik 4. Tes proprioseptif, terdiri dari dua pemeriksaan yaitu:
- Tes Romberg, dilakukan dengan cara berdiri tegak dengan kaki rapat mata terbuka kemudian
mata tertutup. Dapat dipertajam dengan memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan dilipat
di dada, mata tertutup. Pada orang normal posisi ini dapat dilakukan dengan baik lebih dari 30 detik.
- Stepping test, berjalan 50 langkah ditempat, bila terdapat perubahan posisi melebihi 1 meter
dan badan berputar lebih dari 30° berarti sudah mengalami gangguan keseimbangan.
5. Pemeriksaan Neurotologi, terdiri dari pemeriksaan adanya nistagmus, pemeriksaan saraf kranial N
III, IV, VI, VII, IX.
- Darah rutin
- Lipid darah
- Gula darah
3. Audiometri Tutur
5. Posturografi.
Kriteria
5. Ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis
Diagnosis
6. Presbiastasis
Kerja
Diagnosis
7. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Banding
Tata
9.
Laksana
11. Kompetensi
Residen
Merah Kuning Hijau Biru
Diagnosis
https://e-employee.rsmoewardi.com/home 1/3
7/26/22, 9:21 AM Sistem Informasi Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
Pengelolaan Medis
Prosedur
1. Melakukan sendiri, cara ini dapat dilakukan pada pasien yang tidak memerlukan pengawasan atau
pada pasien yang tidak dalam serangan akut. Hasil terbaik bisa didapatkan bila latihan dilakukan 20-
30 menit tiap sesi sebanyak 2 sampai 3 kali setiap hari. Beberapa pasien mengalami perbaikan atau
berkurang gejala setelah 3-4 minggu terapi.
2. Rehabilitasi Vestibular, program ini dirancang untuk pasien dengan serangan akut atau
pengawasan selama latihan dilakukan. Biasanya terapi ini menggunakan beberapa alat bantu latihan
dengan frekwensi 1 atau 2 kali seminggu selama 60 menit tiap sesi dan dilakukan sebanyak 8 sampai
10 sesi. Latihan ini juga bertujuan untuk mencegah jatuh pada pasien usia lanjut.
3. Pelatihan Keseimbangan, terapi ini dirangcang untuk pasien dengan gangguan keseimbangan
12. Edukasi
ringan, kebanyakan dari mereka tidak mengeluhkan adanya vertigo. Prioritas utama dari program
ini adalah mencegah jatuh, melatih koordinasi gerakan, dan meningkatkan kemampuan melakukan
aktifitas sehari-hari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah beberapa tindakan terapi dapat memicu serangan
dan dirasakan makin memburuk dalam 1 atau 2 minggu terapi. Kita perlu menginformasikan dan
memotifasi pasien agar program terapi dapat berjalan seperti yang diharapkan. Memberikan edukasi
dan informasi kepada keluarga pasien serta melibatkannya dalam program akan memberikan hasil
yang lebih baik.
Tingkat
14. Terapi : I/II/III/IV
Evidens
15. Rekomendasi A
2. S. Hendradewi,dr.,Sp.THT-KL(K),Msi Med,FICS
8. Dewi Pratiwi,dr.,Sp.THT-KL,Mkes
Indikator
17. Pasien Sembuh
Medis
18. Kepustakaan
https://e-employee.rsmoewardi.com/home 2/3
7/26/22, 9:21 AM Sistem Informasi Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi, Surakarta
https://e-employee.rsmoewardi.com/home 3/3