Dosen Pengampu:
Ns, Nurhusna, S.Kep.,M., Kep
Disusun Oleh:
Santi alatifah
G1B121019
2
STEP I
MENGIDENTIFIKASI KATA SULIT
1. HEMIPARASE
2. Furosemid
3. Bisolvon
4. Ceftazidine
5. Digoksin
6. Stroke infark System karotis kanan
7. Aspilet
8. Nebulizer
9. GCS
Jawaban:
4
STEP II
RUMUSAN MASALAH
STEP III
MENGIDENTIFIKASI MASALAH
1. Dengan melakukan terapi dengan baik, maka pasien yang mengalami
hemiparesis dapat sembuh dengan baik. Ada yang mengalami perbaikan,
ada juga yang sampai benar-benar sembuh total. Hal tersebut tergantung
dari derajat keparahan sebelumnya dan intensitas terapi yang dilakukan.
Mengatasi masalah hemiparesis harus dilakukan berdasarkan
penyebabnya. Setelah penyebab utamanya teratasi baru dapat dilakukan
terapi rehabilitasi atau fisioterapi untuk mengembalikan kemampuan gerak
otot pasien. Bagian ilmu kedokteran yang berperan dalam hal ini adalah
rehabilitasi medik.
Kemampuan gerak otot yang dilatih dalam terapi rehabilitasi
meliputi kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus.
Kemampuan motorik kasar dapat berupa latihan ketahanan, kekuatan dan
pergerakan otot secara umum. Sedangkan pada kemampuan motorik halus,
pasien dilatih untuk melakukan aktivitas sehari-hari walaupun terbatas,
seperti membuka dan memakai baju, menulis, makan, serta memegang
benda tertentu. Terapi yang dapat diberikan dalam metode fisioterapi dapat
berupa:
- Stimulasi elektrik. Memberikan aliran listrik dalam batas wajar
langsung pada otot yang mengalami kelemahan untuk merangsang
pergerakan otot-otot yang lemah sehingga dapat memperbaiki
pergerakan otot
- Stimulasi kortikal. Memberikan rangsangan listrik ke daerah otak
yang mengalami kerusakan. Daerah otak yang diberikan
rangsangan listrik ini terdapat pada bagian korteks
- Suntik botox. Suntik botox dapat membantu merelaksasi otot-otot
pasien yang kaku atau mengalami spasme otot. Otot-otot yang kaku
tersebut dapat menghambat pasien untuk bergerak.
Selain membutuhkan terapi pada fisiknya, pasien yang sudah
mengalami hemiparesis juga membutuhkan terapi psikis oleh
psikiater agar tetap bersemangat dan tidak putus asa. Pasien yang
sudah mengalami hemiparesis cenderung merasa sudah tidak
6
berguna dan tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Terapi psikis
ini dapat berupa layanan konseling ataupun sharing session.
Dengan total skala yaitu 7 maka didapat tingkat kesadaran pasien yaitu
somnolen dimana merupakan kondisi mengantuk yang cukup dalam
namun masih bisa dibangunkan dengan menggunakan rangsangan. Ketika
rangsangan tersebut berhenti, maka pasien akan langsung tertidur kembali.
8
menjadi minimum dan membuat pengidapnya dapat mengalami penurunan
kesadaran. Penyebab pasien mengalami hemiparase kiri karena
berdasarkan kasus disebutkan bahwa pasien mengalami stroke infark
sistem karotis kanan. Jika kerusakan nya pada otak hemisfer dextra
kelumpuhannya pada ekstremitas sinistra kebalikannya kalau
kerusakannya pada otak hemisfer sinistra kelumpuhannya pada ekstremitas
dextra. Hemiparase adalah akibat yang ditimbulkan dari stroke yang
dialami pasien yang berupa kelemahan disalah satu otot yang
mengakitbatkan klien tidak mampu menggerakkan salah satu bagian
tubuhnya.
Data Objektif
Data Subjektif
TD 150/100 mmHg
3 jam SMRS klien dibangunkan tidak
bangun. N 98x/menit
RR 28x/menit
S 36 C
Keadaan menurun GCS (E 2 V1
M4) tampak lemah
Terapi farmakologis:
oksigen 8 L (NRM), IVDF Nacl 0,9% 14 tetes/menit nebulizer
dengan bisolvon 20 tetes (3x sehari) furosemid tablet 1 x 40 mg
via NUT,Aspilet tablet 1 x 80 mg via NGT, digoksin tablet 1 x
0,125 mg via NGT,dan ceftazidin 3 x gr.
I. PENGKAJIAN
a) Data Umum
Nama Inisial : Ny. R
Usia : 76 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :
Pekerjaan :-
Alamat :-
Suku Bangsa :-
Diagnosa Medis : Hemiparase Kiri e.c Storke Infark Sistem Karotis
Kanan
b) Keluhan Utama
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Kesadaran Somnolen (GCS E2 V1 M4) TTV
:
11
TD : 150/100mmHg Nadi : 98x/menit
RR : 28x/menit Suhu : 36 C
• Sistem Pernaafasan :
Respirasi : 28x/menit
Sekret : Terjadi penumpukan sputum
Konsistensi : Tidak terkaji
Warna : Tidak terkaji
Penggunaan Otot Bantu Nafas : -
Suara Nafas : Ronchi
Alat Bantu Nafas : Oksigen 8L (NRM)
• Sistem Kardiovaskular
TD : TD : 150/100mmHg
Nadi : 98x/menit
Keluhan Nyeri Dada : Tidak terkaji
Irama Jantung : Tidak terkaji
Suara Jnatung : Tidak terkaji
CRT : Tidak terkaji
Lain lain : Tidak terkaji
• Sistem Persyarafan
GCS E2 V1 M4
Refleks Psikologis : Tidak terkaji
Refleks Patologis : Tidak terkaji
12
• Sistem Integumen : Tidak terkaji
• Sistem Endokrin : Tidak terkaji
• Psikososial : Tidak terkaji Pemeriksaan Penunjang : Tidak
terkaji
Terapi :
• Oksigen 8 L (NRM)
• IVFD Nacl 0,9 % 14 tetes/menit
• Nebulizer dengan bisolvon 20 tetes ( 3x sehari)
• Furosemide tablet 1 x 40 mg via NGT
• Aspilet tablet 1 x 80 mg via NGT
• Digoksin tablet 1 x 0,125 mg via NGT ceftazidime 3 x 1 gr
ANALISA DATA
No Data Etiologi dx
1. Ds: Adanya Bersihan Jalan
Do: Peningkatan Nafas Tidak
Sputum Efektif
Peningkatan Sputum
Ronchi (+)
Penurunan Kesadaran
GCS E2 V1 M4
RR 28x/menit
Terpasang NRM
Terpasang Ngt
2. Ds: Hipertensi Resiko Perfusi
Do: Serebral Tidak
Efektif
Mengalami Penurunan
Kesadaran, Hemiparase
Kiri
TD 150/100 mmHg
13
GCS E2 V1 M4
RR 28 x/menit
HR 98x/menit
0
S 36 C
3. Ds: Gangguan Gangguan
Do : Neuromuskular Mobilitas Fisik
Mengalami Penurunan
Kesadaran, Hemiparase
Kiri
Tubuh Bagian
kiri lemah
Kedasaran Somnolen
GCS E2 V1 M4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
14
Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Tidak Efektif b.d keperawatan maka diharapkan Tindakan:
Adanya Peningkatan bersihan jalan napas membaik dengan Observasi:
Sputum kriteria hasil: □Monitor pola napas (frekuensi,
Produksi sputum menurun kedalaman, usaha napas)
Frekuensi napas membaik □ Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Pola nafas membaik gurgling, mengi, wheezing, ronchi
Batuk efektif kering)
□ Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik:
□ Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma servical)
□ Posisikan semi-fowler atau fowler
□ Berikan minum hangat
□ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
□ Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
□ Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
□ Keluarkan sumbatan benda
pada dengan forsep McGill □
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
□ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
15
□ Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
□ Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Terapeutik:
□ Atur internal pemantau respirasi
sesuai kondisi pasien
□ Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
□ Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Resiko Perfusi Serebral Setelah dilakukan tindakan A. Menejemen
Tidak Efektif b.d keperawatan diharapkan masalah 1. Peningkatan Tekanan
monitor tingkat kesadaran 2.
Hipertensi monitor Intrakranial (I. 06198)
16
17
ttv 3. monitor ICP (intrakranial Observasi
pressure dan CCP (serebral verkusion -Identifikasi penyebab peningkatan
Resiko perfusi serebral tidak efektif
tidak terjadi TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme,
edema serebral)
-Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
(mis. Tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
napas ireguler, kesadaran menurun) -
Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
-Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu
-Monitor PAWP, jika perlu
-Monitor PAP, jika perlu
-Monitor ICP (Intra Cranial Pressure),
jika tersedia
-Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
-Monitor gelombang ICP
-Monitor status pernapasan -Monitor
intake dan output cairan
-Monitor cairan serebro-spinalis (mis.
Warna, konsistensi)
Terapeutik
-Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang
-Berikan posisi semi fowler
-Hindari maneuver Valsava -
Cegah terjadinya kejang
-Hindari penggunaan PEEP
-Hindari pemberian cairan IV hipotonik
-Atur ventilator agar PaCO2 optimal
18
-Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan, jika perlu
-Kolaborasi pemberian diuretic osmosis,
jika perlu
-Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
jika perlu
19
. Pemantauan Tekanan Intrakranial
Observasi
-Observasi penyebab peningkatan TIK
(mis. Lesi menempati ruang, gangguan
metabolism, edema sereblal,
peningkatan tekanan vena, obstruksi
aliran cairan serebrospinal, hipertensi
intracranial idiopatik)
-Monitor peningkatan TD
-Monitor pelebaran tekanan nadi (selish
TDS dan TDD)
-Monitor penurunan frekuensi jantung
-Monitor ireguleritas irama jantung
-Monitor penurunan tingkat kesadaran
-Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil -Monitor
kadar CO2 dan pertahankan dalm
rentang yang diindikasikan -Monitor
tekanan perfusi serebral -Monitor
jumlah, kecepatan, dan karakteristik
drainase cairan serebrospinal
20
-Monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
-Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
-Kalibrasi transduser
-Pertahankan sterilitas system
pemantauan
-Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
-Bilas sitem pemantauan, jika
perlu -Atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan, jika
PERLU
21
jantung dan
tekanan darah
sebelum
melakukan atau
memulai
mobilisasi
- monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
6. Gerakan Terapiutik
tidak - fasilitasi aktivitas
terkoordinasi mobilisasi dengan
menurun (skala alat bantu
5) - fasilitasi
7. Gerakan melakukan
terbatas menurun pergerakan, jika
(skala 5)
ada
8. Kelema
han fisik - libatkan keluarga
menurun (skala untuk membantu
5)
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini -
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis, duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
22
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik secara umum
diakibatkan oleh aterotrombosis pembuluh darah serebral, baik yang besar
maupun yang kecil. Pada stroke iskemik penyumbatan bisa terjadi di
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Stroke iskemik
terjadi karena adanya obstruksi pada pembuluh yang mensuplai darah ke otak.
Hal yang mendasari terjadinya obstruksi adalah peningkatan deposit lemak
yang melapisi pembuluh darah atau biasa disebut sebagai ateroskelrosis.
4.2 Saran
A. Bagi pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat memahami mengenai Stroke Iskemik dan
konsep asuhan keperawatan sehingga dapat melalukan asuhan keperawatan
dengan benar pada pasien Stroke Iskemik.
B. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan pasien
serta keluarga mengenai penyakit Stroke Iskemik.
C. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan adanya makalah ini, petugas Kesehatan dapat
melakukan asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan lebih akurat
dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mendapatkan gambaran
yang menyeluruh tentang Stroke Iskemik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC
Rendy dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
25