0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan11 halaman
Laporan ini memberikan ringkasan tentang kebutuhan aman dan nyaman pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Laporan ini menjelaskan konsep kebutuhan aman dan nyaman, faktor yang mempengaruhinya, gangguan sistem saraf, dan rencana asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui pengkajian dan pemeriksaan pasien.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang kebutuhan aman dan nyaman pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Laporan ini menjelaskan konsep kebutuhan aman dan nyaman, faktor yang mempengaruhinya, gangguan sistem saraf, dan rencana asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui pengkajian dan pemeriksaan pasien.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang kebutuhan aman dan nyaman pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Laporan ini menjelaskan konsep kebutuhan aman dan nyaman, faktor yang mempengaruhinya, gangguan sistem saraf, dan rencana asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui pengkajian dan pemeriksaan pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN
Disusun Oleh: WITNA HASTITI 2211040085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2022 A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman 1. Definisi Nyeri Kronis Nyeri kronik merupakan salah satu keluhan yang sering ditemui pada praktik klinis sehari-hari. Nyeri kronik adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang nyata ataupun tidak nyata selama 3-6 bulan sesudah onset atau setelah melewati masa penyembuhan. Hal ini dirasakan secara kontinu dan terus berlangsung selama bertahun- tahun.1-2 Nyeri kronik dialami oleh 10% populasi dunia, sebanyak 1 dari 10 orang dewasa terdiagnosis kasus baru setiap tahunnya (Yusak, 2018). Manajemen nyeri kronik umumnya diawali dengan terapi konservatif seperti misalnya: terapi farmakologis dan fisioterapi. Jika terapi konservatif tidak dapat mencapai derajat pengurangan nyeri yang diharapkan, maka dibutuhkan modalitas lain berupa tindakan intervensi nyeri.8 Prosedur ini tidak hanya sebagai terapi kuratif, namun juga dapat dipakai sebagai tindakan diagnostik (Yusak, 2018). 2. Anatomi Fisiologi Trigeminal 3. Faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem saraf a. Faktor keturunan atau genetik. b. Masalah pasokan darah (gangguan vaskuler). c. Cedera atau trauma, terutama pada kepala (cedera otak) dan sumsum tulang belakang (cedera tulang belakang). d. Masalah yang muncul pada saat lahir (kongenital). e. Masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau psikosis. f. Paparan zat beracun, seperti karbon monoksida, arsenik, atau timah. g. Rusak atau matinya sel saraf yang menyebabkan hilangnya fungsi secara bertahap (degeneratif), seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis (MS), Amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit Alzheimer, penyakit Huntington, dan neuropati perifer. h. Infeksi, seperti penyakit abses otak. i. Penggunaan berlebihan atau penarikan obat-obatan resep dan nonbebas, obat-obatan terlarang, atau alkohol. j. Jaringan sel yang abnormal (tumor atau kanker). k. Disfungsi tiroid, baik tiroid terlalu aktif maupun kurang aktif. l. Gula darah tinggi (diabetes) atau gula darah rendah (hipoglikemia). m. Masalah elektrolit, kekurangan nutrisi, seperti vitamin B1 (tiamin) atau defisiensi vitamin B12. n. Sindrom Guillain-Barre. 4. Macam-macam gangguan yang terjadi pada sistem saraf a. Stroke Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terganggu atau berkurang, sehingga jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Kondisi ini menyebabkan sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit. b. Alzheimer Penyakit Alzheimer adalah kelainan progresif yang menyebabkan sel- sel otak merosot atau mati. Penyakit ini merupakan penyebab umum dari demensia, yang dapat memengaruhi ingatan, pemikiran, dan perilaku penderitanya. c. Parkinson Penyakit Parkinson adalah gangguan yang terjadi ketika sel-sel saraf tidak menghasilkan cukup dopamin, yaitu bahan kimia yang berperan penting dalam mengontrol otot dan gerakan. d. Multiple sclerosis Multiple sclerosis adalah penyakit kronis yang memengaruhi saraf pusat. Kondisi ini ditandai dengan kerusakan pada selaput mielin, yaitu selubung pelindung yang mengelilingi serabut saraf di otak dan sumsum tulang belakang. e. Epilepsi Epilepsi adalah kondisi yang ditandai dengan kejang yang berulang atau kambuhan. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya gangguan aktivitas listrik di otak. f. Bell’s palsy Bell’s palsy adalah kondisi lemah atau lumpuh pada satu sisi wajah secara tiba-tiba. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan atau kerusakan ada saraf di wajah. Biasanya, kondisi ini hanya sementara dan bisa pulih dalam jangka waktu tertentu. g. Neuropati perifer Neuropati perifer adalah penyakit yang terjadi akibat kerusakan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang (saraf tepi/perifer). Kondisi ini menyebabkan kelemahan, mati rasa, dan nyeri, yang biasanya terjadi di tangan dan kaki, tetapi juga dapat memengaruhi area lain dari tubuh. h. Tumor otak Tumor otak adalah gumpalan sel abnormal yang tumbuh di otak. Gumpalan ini bisa jinak, tetapi bisa juga ganas atau disebut dengan kanker otak. Kondisi ini bisa merusak otak Anda, sehingga dapat mempengaruhi fungsi normalnya. B. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat Keperawatan 1. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Perawat menanyakan kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail kepada pasien, disamping itu juga diperlukan untuk pengkajian mengenai keluhan yang dirasakan meliputi lama timbulnya. Selain itu kaji tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan dan juga suhu tubuh 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Mulai kapan dimulai nyeri, skala nyeri, lokasi, intensitas, kualitas, gejala yang menyertai perjalanan nyeri dan pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Skala nyeri yang digunakan adalah 0-5 / 0-10. Keterangan: 0 = tidak nyeri 1-3 = nyeri ringan 4-6 = nyeri sedang 7-9 = nyeri berat terkontrol 10 = nyeri berat tidak terkontrol 3. Riwayat Penyakit Terdahulu Pengalaman penyakit di masa lalu. Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya, perawat harus mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan keluhan terkait 4. Riwayat Penyakit Keluarga Dalam riwayat penyakit keluarga, perawat mengkaji keluarga meliputi penyakit menular atau menahun yang disebabkan oleh nyeri. Selain itu perawat juga menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga. b. Pemeriksaan Fisik (Data Fokus) 1. Provocate Perawat pengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian- bagian tubuh yang cidera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus mengeksplor perasaan klien dan menyatakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri 2. Quality Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mengungkapkan nyeri dengan kalimat- kalimat tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, tertusuk, dan lain-lain. Dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan 3. Region Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi : a) Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial b) Posisi atau lokasi nyeri Nyeri superficial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien, sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (visceral) lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori yang berhubungan dengan lokasi : a. Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya b. Nyeri terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik c. Nyeri radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir d. Reffered pain (nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang nyeri 4. Skala Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien. 5. Time Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul, berapa lama, bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul 6. Perilaku Non Verbal Bebrapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati seperti ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dan lain-lain 7. Faktor Presipitasi Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan yaitu, suhu ekstrim, kegiatan sehari-hari, stressor fisik dan emosi. c. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala pasien serta keadaan rambut pasien 2. Mata Bentuk simetris atau tidak, konjumgtiva anemis atau tidak, ada nyeri atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak 3. Hidung Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan di daerah polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan pembengkakan 4. Telinga Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infeksi atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan telinga untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi di sekitar telinga 5. Mulut Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk pemeriksaan mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau adanya gigi kotor dan berlubang. 6. Leher Ada lesi atau tidak, ada pembengkakan kelenjar getah bening atau tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak. 7. Dada Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara paru, suara jantung. Inspeksi : normal. Tujuan untuk mengetahui bentuk dada Perkusi : sonor/resonan Palpasi : kesimetrisan dada Auskultasi : terdengar suara lapang paru normal 8. Abdomen Ada lesi atau tidak, bising usus Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan Auskultasi : tidak terdengar bising usus Palpasi : nyeri tekan pada abdomen Perkusi : normal tidak ada gangguan 9. Integument Warna kulit : sawo matang Keadaan kulit : kering Turgor kulit : normal 10. Genetalia Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia. d. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen 2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal 3) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya 2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul a. Diagnosa 1 : Nyeri Akut 1) Definisi Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan secara tiba-tiba atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan 2) Batasan Karakteristik a. Tampak meringis b. Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri) c. Gelisah d. Sulit tidur e. Frekuensi nadi meningkat f. Tekanan darah meningkat g. Pola nafas berubah h. Proses berpikir terganggu i. Berfokus pada diri sendiri j. Menarik diri 3) Faktor yang Berhubungan a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) b. Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan) c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan fisik berlebihan b. Diagnosa 2 : Hambatan Mobilitas Fisik 1) Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. 2) Batasan Karakteristik a. Mengeluh sulit menggerakan b. Nyeri saat bergerak c. Sendi kaku d. Kekuatan otot menurun e. ROM menurun 3) Faktor yang Berhubungan a. Kerusakan integritas struktur tulang b. Perubahan metabolisme c. Ketidakbugaran fisik d. Penurunan kendali otot e. Penurunan massa otot f. Penurunan kekuatan otot g. Keterlambatan perkembangan h. Kekakuan sendi i. Kontraktur j. Malnutrisi k. Gangguan muskoleskeletal l. Gangguan neuromuskular m. Nyeri n. kecemasan 3. Perencanaan
Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Memonitor TTV dan 1. Mengetahui KU
keperawatan 3x24 jam mengkaji KU pasien dan perkembangan diharapkan nyeri dapat 2. Mengkaji skala nyeri pasien teratasi dengan KH: pasien 2. Mengetahui skala 1.Skala nyeri dalam rentang 3. Ajarkan teknik relaksasi nyeri pasien 1-3 nafas dalam 3. Membantu pasien 2. TTV dalam rentang 4. Memberi posisi nyaman dalam mengontrol normal 5. Kolaborasi dengan nyeri dan membantu 3. Mengatakan rasa nyaman dokter dalam pemberian mengurangi nyeri telah berkurang obat 4. Agar pasien rileks 4. Melaporkan bahwa nyeri 5. Memberikan berkurang kenyamanan pada pasien
2 Setelah dilakukan perawatan Memonitor TTV.
3x dalam 24 jam. Pasien Jika tidak dapat bergerak mampu. karena nyeri, kaji mengenai nyeri tersebut Kaji aktivitas a. Dapat melakukan yang dapat dilakukan dan aktifitas mandiri tidak. b. Tidak ada Beri pasien pakaian yang ketergantungan terhadap longgar dan tidak orang lain mengekang c. Tidak melaporkan nyeri Bantu pasien untuk saat bergerak menggunakan alas kaki yang memfalitasi untuk bergerakdan mencegah cedera. Sediakan tempat tidur yang rendah dan sesuai Dorong pasien untuk duduk di tempat tidur di samping tempat tidur(menjuntai), atau di kurssi, sebagaimana yang dapat di tolerasnsi pasien. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk memfasilitasipenyesuaian sikap tubuh Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi sesuaikebutuhan pasien. Instruksikan ketersediaan perangkat pendukung jika sesuai Bantu pasien untuk berpindah sesuai kebutuhan Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana cara mengubah posisi dan beribantuan jika perlu.