Kelas : B D3 Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan dan
identitas keluarga penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Psikososial
1. Nyeri b/d abses Tujuan : 1. Kaji nyeri dengan skala 0-4 1. Nyeri merupakan respons
tulang, 2. Atur posisi imobillisasi pada subjektif yang dapat dikaji
Nyeri berkurang,
pertumbuhan daerah nyeri sendi atau nyeri dengan menggunakan skala
hilang, atau teratasi.
tulang baru dan ditulang yang mengalami nyeri. Klien melaporkan nyeri
pengeluaran pus. infeksi biasanya di atas tingkat
hilang , atau teratasi. 3. Bantu klien dalam cidera.
mengidentifikasi factor 2. Mobilisasi yang adekuat dapat
Kriteria Hasil :
pencetus. mengurangi nyeri pada daerah
Secara subjektif, klien 4. Jelaskan dan Bantu klien nyeri sendi atau nyeri ditulang
melaporkan nyeri terkait dengan tindakan pada yang mengalami infeksi.
berkurang nyeri nonfarmakologi dan 3. Nyeri dipengaruhi oleh
subjektif, klien noninvasif. kecemasan, pergerakan sendi.
melaporkan nyeri 5. Ajarkan relaksasi : teknik 4. Pendekatan dengan
berkuran mengurangi ketegangan otot menggunakan relaksasi dan
rangka yang dapat mengurangi tingkatan nonfarmakologi lain
intensitas nyeri dan menunjukkan keefektifan
meningkatkan ralaksasi dalam mengurangi nyeri.
masase. 5. Teknik ini melancarkan
6. Ajarkan metode distraksi peredaran darah sehingga
selama nyeri akut. kebutuhan 02 pada jaringan
7. Beri kesempatan waktu terpenuhi dan nyeri
istirahat bila terasa nyeri dan berkurang.
beri posisi yang nyaman ( mis; 6. Mengalihkan perhatian klien
ketika tidur, punggung klien terhadap nyeri ke hal-hal yang
diberi bantal kecil ). menyenangkan.
7. Istirahat merelaksasikan
semua jaringan sehingga
8. Tingkatkan pengetahuan
meningkatkan kenyamanan.
tentang penyebab nyeri
8. Pengetahuan tersebut
hubungkan dengan beberapa
membantu mengurangi dan
lama nyeri akan berlangsung.
dapat membantu
9. Kolaborasi pemberian
meningkatkan kepatuhan
analgetik
klien terhadap rencana
terapeutik
9. Analgesic memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk
integritas jaringan 2. Lakukan perawatan luka : memberi informasi tentag
Integritas jaringan
b/d proses Lakukan perawatan luka intervensi perawatan luka,
membaik secara
pembentukan dengan teknik steril. alat, dan jenis larutan apa
optimal.
tulang baru, 3. Kaji keadaan luka dengan yang akan digunakan.
pengeluaran pus teknik membuka balutan dan 2. Perawat luka dengan teknik
tirah baring lama mengurangi stimulus nyeri, steril dapat mengurangi
Kriteria Hasil :
dan penekanan bila perban melekat kuat, kontaminasi kuman
lokal. Pertumbuhan jaringan peran diguyur dengan NaCl. langsung kearel luka.
meningkat, keadaan 4. Lakukan pembilasan luka dari 3. Menejemen membuka luka
luka membaik, arah dalam keluar dengan dengan mengguyur larutan
pengeluaran pus pada caira NaCl. NaCl keperban dapat
luka tidak ada lagi, 5. Tutup luka dengan kasa steril mengurangi stimulus nyeri
luka menutup. atau kompres dengan NaCl dan dapat menghindari
yang dicampur dengan terjadinya pendarahan pada
antibiotic. luka osteomielitis konis
akibat perban yang kering
oleh pus.
6. Lakukan nekrotomi pada
4. Teknik menbuang jaringan
jaringan yang sudah mati.
dan kuman diareal luka
7. Rawat luka setiap hari atau
sehingga keluar dari areal
setiap kali bila pembalut basah
luka.
atau kotor.
5. NaCl merupakan larutan
8. Hindari pemakaian peralatan
fisiologis yang lebih mudah
perawatan luka yang sudah
diabsorpsi oleh jaringan
kontak dengan klien
daripada larutan antiseptic.
osteomielitis, jangan
NaCl yang dicampur dengan
digunakan lagi untuk
antibiotic dapat
melakukan perawatan luka
mempercepat penyembuhan
pada klien lain.
luka akibat infeksi
9. Gunakan perban elastis dan
osteomielitis.
gips pada luka yang disertai
kerusakan tulang atau
pembengkakan sendi 6. Jaringan nekrotik dapat
10. Evaluasi perban elastis menghambat menyembuhan
terhadap resolusi edema luka.
11. Evaluasi kerusakan jaringan
dan perkembangan
7. Memberi rasa nyaman pada
pertumbuhan jaringan dan
klien dan dapat membantu
lakukan perubahan intervensi
meningkatkan pertumbuhan
bila pada waktu yang
ditetapkan tidak ada jaringan luka.
perkembangan pertumbuhan
jaringan yang optimal.
8. Pengendalian infeksi
12. Kolaborasi dengan tim bedah
nosokomial dengan
untuk bedah perbaikan pada
menghindari kontaminasi
kerusakan jaringan agar
langsung dari perawatan
tingkat kesembuhan dapat
luka yang tidak steril.
dipercepat.
9. Pada klien osteomielitis
dengan kerusakan tulang,
13. Pemeriksaan kulur cairan stabilitas formasi tulang
( pus ) yang keluar dari luka. sangat stabil. Gips dan
perban elastis dapat
membantu memfiksasi dan
14. Pemberian mengimobilisasi sehingga
antibiotik/antimikroba
dapat mengurangi nyeri.
10. Pemasangan perban elastis
yang terlalu kuat dapat
menyebabkan edema pada
daerah distal dan juga
menambah nyeri pada klien.
11. Adanya batasan waktu
selama 7X24 jam dalam
melakukan perawatan luka
klien osteomielitis menjadi
tolak ukur keberhasilan
intervensi yang diberikan.
Apabila masih belum
mencapai criteria hasil,
sebaikya mengkaji ulang
factor-faktor yang
menghmbat pertumbuhan
jaringan luka.
12. Bedah perbaikan terutama
pada klien fraktur terbuka
luas sehingga menjadi pintu
masuk kuman yang ideal.
Bedah perbaikan biasanya
dilakukan setelah masalah
infeksi osteomielitis teratasi.
13. Manajemen untuk
menentukan antimikroba
yang sesuai dengan kuman
yang sensitive atau resisten
terhadap beberapa jenis
antibiotic.
14. Antimikroba yang sesuai
dengan hasil kultur ( reaksi
sensitive ) dapat membunuh
atau mematikan kuman
yang menginvasi jaringan
tulang.