Anda di halaman 1dari 13

Nama : Zaenal Alim

Kelas : B D3 Keperawatan

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan dan
identitas keluarga penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Psikososial

3. Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien


1. Persepsi dan Manajemen Kesehatan
2. Nutrisi – Metabolik
3. Eliminasi
4. Aktivitas – Latihan
5. Istirahat – Tidur
6. Seksual – Reproduksi
4. Riwayat Psikologi
1. Kognitif – Persepsi
2. Koping – Toleransi Stress
5. Riwayat Sosial
1. Persepsi Diri – Konsep Diri
2. Peran – Hubungan
6. Riwayat Spiritual
1. Nilai Kepercayaan
7. Pemeriksaan Fisik
1). Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya
pus dari sinus disertai nyeri.
2). Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3). Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4). Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5). Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6). Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.(Lukman &NurmaNingsih, 2009).
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
o Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).
o Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).
o Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi
septikimia.

 B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami


kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.
 B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal,
tidak ada mundur.
 B3 (Brain)
 Kepala     : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan tidak ada sakit kepala).
 Leher       : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
 Wajah         : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
 Mata        : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtivaanemis.
 Telinga    : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
 Hidung     : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
 Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
 Status mental  : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
 Pemeriksaan saraf cranial :
ü  Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
ü  Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
ü  Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
ü  Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot
wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan.
ü  Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
ü  Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
ü  Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
ü  Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
ü  Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
 Pemeriksaan reflex      : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.
 B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan
berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system
ini.
 B5 (Bowel). Inspeksi abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-
anus: Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,tidak ada kesulitan
defekasi.Pola nutrisi dan metabolisme.:Klien osteomielitis harus mengonsumsi
nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin
C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi
terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat,
terauma kalsium atau protein. Masalah nyeri pada osteomielitismenebabkan klien
kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi:
Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
 B6 (Bone). Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan
pengeluaran pus
2. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan proses pembentukan
tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan penekanan lokal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan, penurunan kemampuan tonus otot, demam dan malaise.
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan
pergerakan.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

Keperawatan Kriteria Hasil

1. Nyeri b/d abses Tujuan : 1. Kaji nyeri dengan skala 0-4 1. Nyeri merupakan respons
tulang, 2. Atur posisi imobillisasi pada subjektif yang dapat dikaji
Nyeri berkurang,
pertumbuhan daerah nyeri sendi atau nyeri dengan menggunakan skala
hilang, atau teratasi.
tulang baru dan ditulang yang mengalami nyeri. Klien melaporkan nyeri
pengeluaran pus. infeksi biasanya di atas tingkat
hilang , atau teratasi. 3. Bantu klien dalam cidera.
mengidentifikasi factor 2. Mobilisasi yang adekuat dapat
Kriteria Hasil :
pencetus. mengurangi nyeri pada daerah
Secara subjektif, klien 4. Jelaskan dan Bantu klien nyeri sendi atau nyeri ditulang
melaporkan nyeri terkait dengan tindakan pada yang mengalami infeksi.
berkurang nyeri nonfarmakologi dan 3. Nyeri dipengaruhi oleh
subjektif, klien noninvasif. kecemasan, pergerakan sendi.
melaporkan nyeri 5. Ajarkan relaksasi : teknik 4. Pendekatan dengan
berkuran mengurangi ketegangan otot menggunakan relaksasi dan
rangka yang dapat mengurangi tingkatan nonfarmakologi lain
intensitas nyeri dan menunjukkan keefektifan
meningkatkan ralaksasi dalam mengurangi nyeri.
masase. 5. Teknik ini melancarkan
6. Ajarkan metode distraksi peredaran darah sehingga
selama nyeri akut. kebutuhan 02 pada jaringan
7. Beri kesempatan waktu terpenuhi dan nyeri
istirahat bila terasa nyeri dan berkurang.
beri posisi yang nyaman ( mis; 6. Mengalihkan perhatian klien
ketika tidur, punggung klien terhadap nyeri ke hal-hal yang
diberi bantal kecil ). menyenangkan.
7. Istirahat merelaksasikan
semua jaringan sehingga
8. Tingkatkan pengetahuan
meningkatkan kenyamanan.
tentang penyebab nyeri
8. Pengetahuan tersebut
hubungkan dengan beberapa
membantu mengurangi dan
lama nyeri akan berlangsung.
dapat membantu
9. Kolaborasi pemberian
meningkatkan kepatuhan
analgetik
klien terhadap rencana
terapeutik
9. Analgesic memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk
integritas jaringan 2. Lakukan perawatan luka : memberi informasi tentag
Integritas jaringan
b/d proses Lakukan perawatan luka intervensi perawatan luka,
membaik secara
pembentukan dengan teknik steril. alat, dan jenis larutan apa
optimal.
tulang baru, 3. Kaji keadaan luka dengan yang akan digunakan.
pengeluaran pus teknik membuka balutan dan 2. Perawat luka dengan teknik
tirah baring lama mengurangi stimulus nyeri, steril dapat mengurangi
Kriteria Hasil :
dan penekanan bila perban melekat kuat, kontaminasi kuman
lokal. Pertumbuhan jaringan peran diguyur dengan NaCl. langsung kearel luka.
meningkat, keadaan 4. Lakukan pembilasan luka dari 3. Menejemen membuka luka
luka membaik, arah dalam keluar dengan dengan mengguyur larutan
pengeluaran pus pada caira NaCl. NaCl keperban dapat
luka tidak ada lagi, 5. Tutup luka dengan kasa steril mengurangi stimulus nyeri
luka menutup. atau kompres dengan NaCl dan dapat menghindari
yang dicampur dengan terjadinya pendarahan pada
antibiotic. luka osteomielitis konis
akibat perban yang kering
oleh pus.
6. Lakukan nekrotomi pada
4. Teknik menbuang jaringan
jaringan yang sudah mati.
dan kuman diareal luka
7. Rawat luka setiap hari atau
sehingga keluar dari areal
setiap kali bila pembalut basah
luka.
atau kotor.
5. NaCl merupakan larutan
8. Hindari pemakaian peralatan
fisiologis yang lebih mudah
perawatan luka yang sudah
diabsorpsi oleh jaringan
kontak dengan klien
daripada larutan antiseptic.
osteomielitis, jangan
NaCl yang dicampur dengan
digunakan lagi untuk
antibiotic dapat
melakukan perawatan luka
mempercepat penyembuhan
pada klien lain.
luka akibat infeksi
9. Gunakan perban elastis dan
osteomielitis.
gips pada luka yang disertai
kerusakan tulang atau
pembengkakan sendi 6. Jaringan nekrotik dapat
10. Evaluasi perban elastis menghambat menyembuhan
terhadap resolusi edema luka.
11. Evaluasi kerusakan jaringan
dan perkembangan
7. Memberi rasa nyaman pada
pertumbuhan jaringan dan
klien dan dapat membantu
lakukan perubahan intervensi
meningkatkan pertumbuhan
bila pada waktu yang
ditetapkan tidak ada jaringan luka.
perkembangan pertumbuhan
jaringan yang optimal.
8. Pengendalian infeksi
12. Kolaborasi dengan tim bedah
nosokomial dengan
untuk bedah perbaikan pada
menghindari kontaminasi
kerusakan jaringan agar
langsung dari perawatan
tingkat kesembuhan dapat
luka yang tidak steril.
dipercepat.
9. Pada klien osteomielitis
dengan kerusakan tulang,
13. Pemeriksaan kulur cairan stabilitas formasi tulang
( pus ) yang keluar dari luka. sangat stabil. Gips dan
perban elastis dapat
membantu memfiksasi dan
14. Pemberian mengimobilisasi sehingga
antibiotik/antimikroba
dapat mengurangi nyeri.
10. Pemasangan perban elastis
yang terlalu kuat dapat
menyebabkan edema pada
daerah distal dan juga
menambah nyeri pada klien.
11. Adanya batasan waktu
selama 7X24 jam dalam
melakukan perawatan luka
klien osteomielitis menjadi
tolak ukur keberhasilan
intervensi yang diberikan.
Apabila masih belum
mencapai criteria hasil,
sebaikya mengkaji ulang
factor-faktor yang
menghmbat pertumbuhan
jaringan luka.
12. Bedah perbaikan terutama
pada klien fraktur terbuka
luas sehingga menjadi pintu
masuk kuman yang ideal.
Bedah perbaikan biasanya
dilakukan setelah masalah
infeksi osteomielitis teratasi.
13. Manajemen untuk
menentukan antimikroba
yang sesuai dengan kuman
yang sensitive atau resisten
terhadap beberapa jenis
antibiotic.
14. Antimikroba yang sesuai
dengan hasil kultur ( reaksi
sensitive ) dapat membunuh
atau mematikan kuman
yang menginvasi jaringan

tulang.

3. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Pantau persentase jumlah 1. Mengidentifikasi kemajuan


dari kebutuhan makanan yang dikonsumsi atau penyimpangan dari
Keseimbangan nutrisi
tubuh b/d setiap kali makan, timbang BB sasaran yang diharapkan
terpenuhi
penurunan nafsu tiap hari, catat hasil 2. Bau yang tidak
makan, penurunan pemerikasaan protein total, menyenangkan dapat
kemampuan tonus albumin, osmolalitas. mempengaruhi nafsu makan.
otot, demam dan 2. Berikan perawatan mulut setiap 3. Ahli diet adalah spesialisasi
malaise. Kriteria Hasil : 6 jam. Pertahan kan kesegaran dalam hal nutrisi yang dapat
ruangan. membantu klien yang dapat
Klien
3. Rujuk kepada ahli diet untuk memenuhi kebutuhan kalori
mendemonstrasikan
membantu makanan yang dapat dan kebutuhan nutrisi sesuai
asupan makanan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan keadaan sakitnya,
adekuat untuk
selama sakit. usia, tinggi, dan BB-nya.
memenuhi kebutuhan
4. Dorong klien mengkonsumsi 4. Peningkatan suhu tubuh
dan metabolisme
makanan lunak tinggi kalori meningkatkan metabolisme,
tubuh, peningkatan
tinggi protein asupan protein yang adekuat,
asupan makanan, tidak
5. Berikan makanan lunak dengan vitamin, mineral dan kalori
ada penurunan BB
porsi sedikit tapi sering yang untuk aktivitas anabolic dan
lebih lanjut,
mudah dicerna jika ada sesak sintesis antibody.
menyatakan perasaan
nafas berat. 5. Makanan lunak dengan porsi
sejahtera.
sedikit tetapi sering akan
mengurangi sensasi nyeri
sehingga mempermudah
proses menelan.

4. Resiko tinggi Tujuan: 1. Pertahankan tirah 1. Meningkatkan stabilitas,


trauma b/d baring/ekstremitas. Berikan menurunkan kemungkinan
Resiko tinggi trauma
penurunan sokongan sendi di atas dan di gangguan posisi atau
berhubungan dengan
kemampuan bawah fraktur bila penyembuhan.
penurunan kemampuan
pergerakan bergerak/membaik. 2. Tempat tidur lembut atau
pergerakan
2. Letakkan papan di bawah lentur dapat membuat
tempat tidur atau tempatkan deformasi gips yang masih
pasien pada tempat tidur basah, mematahkan gips yang
Kriteria Hasil :
ortopedik. sudah kering, atau
Pasien dapat mempengaruhi dengan
menunjukan mekanika Pasien Dengan Gips/bebat penarikan traksi.
tubuh yang 1. Sokong fraktur dengan bantal 3. Mencegah gerakan yang tidak
meningkatkan atau gulungan selimut. perlu dan perubahan posisi.
stabilitas pada sisi Pertahankan posisi netral pada Posisi yang tepat dari bantal
fraktur. bagian yang sakit dengan bantal juga dapat mencegah tekanan
pasir, pembebat, gulungan deformitas pada gips yang
trokanter, papan kaki. kering.
2. Tugaskan petugas yang cukup 4. Gips panggul/tubuh atau
untuk membalik pasien. multipel dapat membuat berat
Hindari menggunakan papan dan tidak praktis secara
abduksi untuk mebalik pasien ekstrem. Kegagalan untuk
dengan gips spika. menyokong ekstremitas yang
3. Evaluasi pembebat digips dapat menyebabkan
ekstremitas terhadap resolusi gips patah.
edema. 5. Pembebat koaptasi (contoh
Pasien Dengan Traksi jepitan Jones-Sugar) mungkin
dugunakan untuk memberikan
imobilisasi fraktur dimana
4. Pertahankan posisi/intregitas pembengkakan jaringan
traksi (contoh: Buck, Dunlop, berlebihan. Seiring dengan
Pearson, Russel) berkurangnya edema,
5. Yakinkan bahwa semua klem penilaian kembali pembebat
berfungsi. Minyaki katrol dan atau penggunaan gips plester
periksa tali tehadap tegangan. mubgkin diperlukan untuk
Amankan dan tutup ikatkan mempertahankan kesejajaran
dengan plester perekat. fraktur.

6. Pertahankan katrol tidak 6. Traksi memungkinkan


terhambat dengtan beban penarikan pada aksis panjang
bebas menggantung; hindari fraktur tulang dan mengatasi
mengangkat/menghilangkan tegangan otot/pemendekan
berat. untuk memudahkan
7. Bantu meletakkan beban di posisi/penyatuan. Traksi
bawah roda tempat tidur bila tulang (pen, kawat, jepitan)
diindikasikan. memungkinkan penggunaan
8. Kaji ulang tahanan yang berat lebih besar untuk
mungkin timbul karena terapi, penarikan traksi daripada
contoh pergelangan tidak digunakan untuk jaringan
menekuk/duduk dengan traksi kulit.
Bruck atau tidak memutar di 7. Yakinkan bahwa susunan
bawah pergelangan dengan traksi berfungsi dengan tepat
traksi Russe untuk menghindari interupsi
9. Kaji intregritas alat fiksasi penyambungan fraktur.
eksternal

8. Jumlah beban traksi optimal


10. Kolaborasi untuk mengkaji dipertahankan. Catatan:
ulang foto/evaluasi. Memastikan gerakan bebas
beban selama mengganti
posisi pasien menghindari
11. Kolaborasi dalam pemberian/
penarikan beban berlebihan
pertahankan stimulasi listrik
tiba-tiba pada fraktur yang
bila digunakan.
menimbulkan nyeri dan
spasme otot.
9. Membantu posisi tepat pasien
dan fungsi traksi dengan
memberikan keseimbangan
timabal balik.
10. Mempertahankan intregritas
tarikan traksi.
11. Traksi Hoffman memberikan
stabilisasi dan sokongan kaku
untuk tulang fraktur tanpa
menggunakan katrol, tali, atau
beban, memungkinkan
mobilitas/kenyamanan pasien
lebih besar dan memudahkan
perawatan luka. Kurang atau
berlebihannya keketatan
klem/ikatan dapat mengubah
tekanan kerangka,
menyebabkan kesalahan
posisi.
12. Memberikan bukti visual
mulainya pembentukan
kalus/proses penyembuhan
untuk menentukan tingkat
aktivitas dan kebutuhan
perubahan/tambahan terapi.
13. Mungkin diindikasikan untuk
meninngkatkan pertumbuhan
tulang pada keterlambatan
penyembuhan/tidak menyatu.
5. Hambatan Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam
mobilitas fisik b/d penurunan dalam melakukan mengantisipasi dan
Klien dapat
penurunan mobilisasi. merencanakan pertemuan
menunjukkan cara
kemampuan 2. Hindari apa yang tidak dapat untuk kebutuhan individual.
melakukan mobilisasi
pergerakan. dilakukan klien dan bantu bila 2. Klien dalam keadaan cemas
secara optimal.
perlu. dan tergantung sehingga hal
Atur posisi fisiologis meliputi: ini dilakukan untuk mencegah
3. Kaji kesejajaran dan tingkat frustasi dan menjaga harga
Kriteria Hasil :
kenyamanan selama klien diri klien.
Klien mampu berbaring sesuai dengan daerah 3. Memberikan data dasar
melakukan aktivitas spondilitis. tentang kesejajaran tubuh dan
perawatan diri sesuai 4. Atur posisi terlentang dan kenyamanan klien untuk
dengan tingkat letakkan gulungan perencanaan selanjutnya.
kemampuan, handuk/bantal di area bagian 4. Mengurangi kemungkinan
mengidentifikasi bawah punggung yang sakit stimulus nyeri, kontraktur
individu/masyarakat dengan menjaga kondisi sendi dan memungkinkan
yang dapat membantu, curvature tulang belakan g untuk pergerakan optimal
klien terhindar dari dalam kondisi optimal. pada ekstremitas atas.
cedera. 5. Sokong kaki bawah yang 5. Posisi optimal untuk
mengalami paraplegia dengan mencegah footdrop yang
bantal dengan posisi jari-jari sering terjadi akibat kondisi
menghadap langit. kaki yang jatuh.(posisi
6. Lakukan latihan ROM ekstensi) terlalu lama di
7. Ajak klien untuk berfikir positif tempat tidur. Adanya bantala
terhadap kelemahan yang kan mencegah terjadinya
dimilikinya. Berikan klien rotasi luar kaki dan
motivasi dan izinkan klien mengurangi tekanan pada jari-
melakukan tugas, memberi jari kaki.
umpan balik positif atas 6. Latihan yang efektif dan
usahanya. berkesinambungan akan
mencegah terjadinya
kontraktur sendi dan atropi
otot.
7. Klien memerlukan empati.
Tetapi perlu juga mengetahui
bahwa dirinya harus
menjalani perawatan yang
konsisten. Hal tersebut dapat
meningkatkan harga diri,
memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk
terus.
6 Defisit perawatan Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan tingkat 1. Mebantu mengantisipasi dan
diri b/d penurunan penurunan dalam skala 0-4 merencanakan pertemuan
Perawatan diri klien
kemampuan untuk melakukan aktivitas untuk kebutuhan individual.
dapat terpenuhi
pergerakan hidup sehari-hari. 2. Klien dalam keadaan cemas
2. Hindari apa yang tidak dapat dan tergantung. Ini dilakukan
dilakukan klien dan bantu bila untuk mencegah frustasi dan
Kriteria Hasil :
perlu. menjaga harga diri klien.
Klien dapat 3. Ajak klien untuk berpikir positif 3. Klien memerlukan empati.
menunjukkan tentang kelemahan yang Tetapi perlu juga mengetahui
perubahan gaya hidup dimilikinya. Berikan klien bahwa dirinya harus
untuk kebutuhan motivasi dan izinkan klien menjalani perawatan yang
merawat diri, klien melakukan tugas, beri umpan konsisten. Hal tersebut dapat
mampu melakukan balik positif. meningkatkan harga diri,
aktivitas perawatan 4. Rencanakan tindakan untuk memandirikan klien, dan
diri, klien mampu penurunan gerakan pada sisi menganjurkan klien untuk
melakukan aktivitas yang sakit, seperti tempatkan terus mencoba.
perawatan diri sesuai makanan dan alat di dekat klien. 4. Klien akan lebih mudah
dengan tingkat 5. Identifikasi kebiasaan defekasi. mengambil peralatan yang
kemampuan, Anjurkan klien untuk minum diperlukan karena levih ekat
mengidentifikasi dan meningkatkan latihan. dengan sisi yang sakit.
individu masyarakat 5. Meningkatkan latihan dapat
yang dapat membantu membantu mencegah
konstipasi.
D. IMPLEMENTASI
Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas
terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi, dan pemahaman mengenai program pengobatan.
E. (Brunner, suddarth. 2001)
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1. Mengalamiperedaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
c. Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstrimitas yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut

Anda mungkin juga menyukai