Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PBL BLOK OSTEOCHONDROMA

(PROBLEM BASED LEARNING)


“ OSTEOCHONDROMA “

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal


Bedah Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
KELOMPOK V

Devi Cahyana, S. Kep NIM: 11194692110095


Haniah, S. Kep NIM: 11194692010102
Irfani Fikri, S. Kep NIM: 11194692110104
Normaliyanti, S. Kep NIM: 11194692110115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkatNya, laporan hasil diskusi Problem Based Learning (PBL)
ini dapat terselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Rifa’atul Mahmudah, S.Kep., Ns., MSN selaku dosen pembimbing dalam diskusi
PBL ini, sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut serta dalam
lancarnya pembuatan laporan hasil PBL ini.

Dalam diskusi kali ini, penulis membahas mengenai kasus seorang laki
laki usia 21 tahun, dirawat diruang orthopedi dengan keluhan nyeri pasca operasi
pengangkatan tumor. Hal ini sungguh sang penting mengingat penderita osteo
condroma yang langka.

Penulis ingin mengucapkan permintaan maaf apabila dalam laporan hasil


diskusi PBL ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan
sebuah laporan. Penulis membuka diri atas kritik dan saran dari para
pembaca, guna mengembangkan penulis dalam membuat laporan yang lebih
baik di masa depan. Semoga laporan hasil diskusi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Banjarmasin, 20 Januari 2022

Kelompok V
LATAR BELAKANG

Tumor tulang inisidensinya kurang dari 1% dari semua tumor-tumor yang


ada pada tubuh manusia. Tumor sendiri terjadi karena adanya pertumbuhan sel
baru, abnormal dan progresif. Tumor tulang dapat bersifat jinak dan ganas.
Tumor tulang dapat dibedakan menjadi primer dan sekunder, untuk tumor tulang
primer yaitu tumor yang berasal dari sel yang membentuk jaringan tulang sendiri,
sedangkan tulang tumor sekuder jika penyebarannya berasal dari organ tubuh
lain ke tulang.

Menurut klasifikasi WHO, lesi pada osteochondroma didefinisikan sebagai


penonjolan tulang yang muncul di bagian permukaan luar tulang, penonjolan
tulang ini ditutupi (diliputi) oleh cartilago. Tumor ini mengandung komponen
tulang (osteosit) dan tulang rawan (chondrosit).

Osteochondroma terjadi pada 3% populasi umum dan ini menyumbang


lebih dari 30% dari seluruh tumor jinak tulang dan 10-15% dari keseluruhan
tumor tulang. Osteochondroma biasanya ditemukan pada anak dan remaja dan
jarang pada infant dan bayi baru lahir. Pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan
histologis dapat menentukan staging tumor. Pemeriksaan radiologik merupakan
suatu pemeriksaan yang penting untuk menegakkan diagnosa tumor tulang.
Deteksi awal dini mempercepat untuk menentukkan terapi dan prognosis pasien
dengan diagnosis tumor tulang.
LAPORAN TUTORIAL KLINIK

JUMP 1 : KASUS

Laki-laki 21 tahun diruang perawatan orthopedic dengan diagnosa


osteokondroma. Hasil assessment awal jam 18:00 didapatkan data sebagai
berikut:

A. Anamnesa
1) Keluhan utama :
Pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan bekas luka post op
P : Luka operasi
Q : Saat diam dan beraktifvitas
R : Kaki sebelah kanan
S : Skala nyeri 6
T : Menetap
2) Riwayat penyakit sekarang :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah memiliki benjolan sejak
kecil dibagian bahu kiri, keluarga menganggap hanya benjolan biasa.
Setelah sekian lama benjolan semakin banyak. Pada bulan November 2021
pasien ingin melakukan vaksin disekolah tetapi perawat melihat adanya
benjolan dibahu sebelah kiri pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan dipuskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan pihak
puskesmas melakukan rujukan ke RSUD Ulin untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Pada tanggal 15 November 2021 pasien melakukan
pemeriksaan di poli klinik Orthopedi dan disarankan rawat inap. Setelah
rawat inap pasien dilakukan pemeriksaanlebih lanjut dan di diagnosa Osteo
Kondroma.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di Rs dengan penyakit
yang sama dan dilakukan operasi di scapula dan femur.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
seperti yang diderita pasien saat ini dan tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti Hipertensi,Daiabetes Melitus, dll dan tidak memiliki
riwayat penyakit menular seperti TB,Hepatitis dan penyakit menular laiinya.
5) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan :
Pasien seorang pelajar SMA dan belum bekerja

B. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
 Tampak sakit sedang
 BP : 120/80 mmHg
 P : 82 x/m teraba kuat
 RR : 22 x/m
 T : 36, 9
 SpO2 : 96% tanpa O2
 Kesadaran compos mentis, GCS 456
 TB 160 cm, BB 42 kg
JUMP 2 : HYPOTESIS

No. Data Fokus Etiologi Masalah


DS Luka Pasca OP Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada
kaki kanan bekas luka post op
P : Luka operasi
Q : Saat diam dan beraktifvitas
R : Kaki sebelah kanan
S : Skala nyeri 6
T : Menetap
Do
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak gelisah
3. Tampak terdapat luka
operasi
4. Pemeriksaan luka post op :
Look : terdapat adanya dua
lluka operasi pada tibia
1.
fibula kurang lebih 10 cm
Feel :
Move : pasien tampak
gelisah sambil menghindari
posisi yang menyebabkan
nyeri, move terjadi karena
adanya nyeri.
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x
/mnt
(Irama : Reguler )
Respirasi : 22 x
/mnt
(Irama : Reguler )
Temp : 36,9
0
C
2.2 PATHWAY

Radiasi sinar radio aktif,


keturunan, pajanan radiasi

Pertumbuhan abnormal
osteosit dan kondrosit

Defisit tulang

Pembengkakan Berjalan tidak


OSTEOCHONDR
tulang /sendi normal
OMA

Tumor membesar
Pergerakan yang Ada perasaan malu
menekan jaringan
saraf terbatas

GANGGUAN GANGGUAN
Menimbulkan rasa sakit CITRA TUBUH
MOBILITAS
FISIK
NYERI
JUMP 3 : PERENCANAAN

No
SDKI SLKI SIKI
.
1. Label : Nyeri akut b.d pasca Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
Op selama 3x24 jam diharapkan Mobilitas Observasi
Fisik Meningkat dengan Kriteria Hasil: 1. Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) 2. Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun 3. Monitor efek samping penggunaan
2. Ketegangan otot menurun Terapeutik
3. Frekuensi nadi membaik 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
4. Nafsu makan membaik mengurangi rasa nyeri
5. Pola tidur membaik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebeb, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
1. Kolborasi pemberian analgetik, jika
perlu
JUMP 4 : PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.1 Jauari 2022


1.2 LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


HEMATOLOGI
HB: 14.9 gr/dl 14,0-18,0

Lekosit : 7.9 ribu/ul 4.0-10.5


Eritrosit 5.04juta/ul 4.10-6. 00
Hematokrit 41.1 % 42.0- 52.0
Trombosit 440 ribu/ul 150-450
RDW-CV * 16.5 % 12,1-14.0
MCV,MCH,MCHC
MCV 81.5 fl 75.0-96.0
MCH* 29.6 pg 28.0-32.0
MCHC* 36.3% 33.0-37.0
HITUNG JENIS
Neutrophil % 58.8 % 050.0 – 81.0
Limfosit % 29.6 % 20.0 – 40.0
MID % 6.1 %
Neutrophil # 4.66 % 2.50 – 7.00
Limfosit #* 2.34 % 1.25 – 4.00
MID# 0.63
HEMOSTASIS
Hasil PT 11.9 9.9 – 13.5
INR 1.09
Control normal PT 11.4
Hail APTT 30.2 22.2 – 37.0
Control normal APPT 26.1
KIMIA
DIABETES
GDS 147mg/dl >200
HATI DAN PANKREAS
SGOT 25U/L 5 - 34
JUMP 5 : PERTANYAAN & KATA SULIT

A. Kata sulit:
1) osteochondroma : merupakan tumor tulang jinak yang kebanyakan
berkembang pada anak anak dan remaja
2) osteoid osteoma : adalah tumor tulang jinak yang sering ditemukan pada
tulang panjang
3) osteoblastoma : kanker yang bersarang di tulang belakang

B. Kata kunci
1) laki laki usia 21 tahun
2) keluhan nyeri pasca post op
3) tampak terdapat 2 luka jahitan pada tibia dan fibula

C. Pertanyaan
1) Penyebab dari osteochondroma ?
2) Sebutkan alasan mengapa osteochondroma biasanya ditemukan pada
usia 10 - 20 tahun ?
3) penyebab dari osteochondroma?
4) 4)klasifikasi apa saja dari osteochondroma ?
5) komplikasi dari osteochondroma ?
6) penalataksanaan apa yang dapat dilakukan pada pasien
osteochondroma?
JUMP 6 : (Jawaban Analisis Pertanyaan dan kata kunci)

A. Kata sulit:
1) Osteochondroma : merupakan tumor tulang jinak yang kebanyakan
berkembang pada anak anak dan remaja
2) osteoid osteoma : adalah tumor tulang jinak yang sering ditemukan
pada tulang Panjang
3) osteoblastoma : kanker yang bersarang di tulang belakang
4) Condro sarcoma: merupakan salah jenis kanker ganas yang dapat
menyerang tubuh.

B. Pertanyaan:
1) penyebab dari osteochondroma ?
Jawab:Tumor osteochondroma tunggal dan ganda ini disebabkan oleh
mutasi pada dua gen. Khususnya mutasi kuman pada gen EXT1 dan
EXT2. Gen ini terletak pada kromosom 8 dan 11. Sayangnya, bagaimana
cacat gen ini terjadi masih kurang dipahami.
2) sebutkan alasan mengapa osteochondroma biasanya ditemukan pada usia
10 - 20 tahun ?
Jawab:
Pertumbuhan osteochondroma berawal pada masa bayi dan biasanya
pertama kali terlihat pada usia 6−20 tahun, sehingga penyakit ini lebih
sering terdiagnosis pada usia dekade kedua dan ketiga. Namun, apabila
terjadi di atas usia 50 tahun maka dapat dicurigai merupakan kondisi
sekunder, seperti penyakit Paget tulang, infark tulang, atau akibat tindakan
radiasi sebelumnya
3) Klasifikasi apa saja dari osteochondroma ?
Jawab:
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel.
1. Primer
2. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak :
 Osteoblastoma
 Osteoid Osteoma
 Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
Ganas : Osteosarkoma
3. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak :
 Kondroblastoma
 Kondromiksoid Fibroma
 Enkondroma
 Osteochondroma
Ganas :
 Kondrosarkoma
4. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
5. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas :
 Multiple Myelom
 Sarkoma Ewing
 Sarkoma Sel Retikulum
6. Tumor lain-lain
Jinak : Giant cell tumor
Ganas : Adamantinoma dan Kordoma
7. Sekunder/Metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari
tumor di bagian tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.
4) Komplikasi dari osteochondroma ?
Jawab:
1. Penekanan pada saraf (lebih sering n.poplitea)
2. Penekanan pada pembuluh darah, menimbulkan pseudo aneurisma
pada a.poplitea dan a.femoralis
3. Penekanan tulang sekitar
4. Fraktur patologis
5. Inflamasi bursa pada daerah lesi
5) Penalataksanaan apa yang dapat dilakukan pada pasien osteochondroma?
Jawab:
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi
pengangkatan tumor
JUMP 7 : TINJAUAN TEORITIS

LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOCHONDROMA

A. Definisi
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal (Wong. 2003: 595).
Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya
penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostoksis yang muncul dari
metasfisis, penonjolan tulang ini ditutupi oleh cartilago hialin. Tonjolan ini
menyebabkan suatu pembengkakan atau gumpalan dan mirip seperti
kembang kol (cauliflower appeareance). Tumor ini berasal dari komponen
tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). (Sjamjuhidayat &
Wim de Jong. 2005.) Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous)
merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya
menyerang usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang
sebagai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa
benjolan. (Meyer WH; 1998; Osteosarcoma : Clinical features and Evolving
Surgical and Chemotheraputic Strategies).
Osteochondroma merupakan tumor yang bersifat jinak, berasal dari
komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (kondrosit). Tumor ini
sering mengenai tulang panjang di daerah metafisis terutama di daerah
sekitar lutut. Tumor ini terutama ditemukan pada remaja yang
pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Lokasi osteochondroma
biasanya pada daerah metafisis tulang panjang terutama disekitar sendi lutut
(articulatio genu), khususnya femur distal, tibia proksimal dan humerus
proksimal. Juga dapat ditemukan pada tulang scapula dan ilium. (Rasjad,
Choiruddin. 2003)
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-
Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

C. Klasifikasi
Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel.
1. Primer
2. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
3. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : - Kondroblastoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteochondroma
Ganas : - Kondrosarkoma
4. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
5. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
- Sarkoma Ewing
- Sarkoma Sel Retikulum
6. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
7. Sekunder/Metastatik
Tumor Tulang Metastatik merupakan tumor tulang yang berasal dari tumor
di bagian tubuh lain yang telah menyebar ke tulang.

D. Manifestasi Klinis
Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secara
kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama dan
membesar.
1. Bila tumor ini menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akan
menimbulkan rasa sakit. Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur
patologis pada tangkai tumor, terutama pada bagian tangkai tipis. Kadang
bursa dapat tumbuh diatas tumor (bursa exotica)
2. Bila mengalami inflamasi pasien dapat mengeluh bengkak dan sakit.
Apabila timbul rasa sakit tanpa adanya fraktur,bursitis, atau penekanan
pada saraf dan tumor terus tumbuh setelah lempeng epifisis menutup maka
harus dicurigai adanya keganasan.
3. Osteokondroma dapat menyebabkan timbulnya pseudo aneurisma
terutama pada a.poplitea dan a.femoralis disebabkan karena fraktur pada
tangkai tumor di daerah distal femur atau proximal tibia.
4. Osteokondroma yang besar pada kolumna vertebralis dapat menyebabkan
angulasi kyfosis danmenimbulkan gejala spondylolitesis. Pada herediter
multipel exositosis keluhan dapat berupa massa yang multipel dan tidak
nyeri dekat persendian.

E. Patofisiologi
Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang (osteosit)
dan sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan abnormal
iniawalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang dengan
korteks dan spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar maka
akan tampak sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengan komponen
osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai
bunganya. Tumor akan tumbuh dari metafisis, tetapi adanya pertumbuhan
tulang yang semakin memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke
diafisis tulang. Pertumbuhan ini membawa ke bentuk klasik “coat hanger”
variasi dari osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi terdekat.
F. Pathway

Radiasi sinar radio aktif,


keturunan, pajanan radiasi

Pertumbuhan abnormal
osteosit dan kondrosit

Defisit tulang

Pembengkakan Berjalan tidak


OSTEOCHONDRO
tulang /sendi normal
MA
Tumor membesar
Pergerakan yang Ada perasaan malu
menekan jaringan
saraf terbatas

GANGGUAN
GANGGUAN
Menimbulkan rasa sakit CITRA TUBUH
MOBILITAS
FISIK
NYERI
A. Komplikasi
1. Penekanan pada saraf (lebih sering n.poplitea)
2. Penekanan pada pembuluh darah, menimbulkan pseudo aneurisma pada
a.poplitea dan a.femoralis
3. Penekanan tulang sekitar
4. Fraktur patologis
5. Inflamasi bursa pada daerah lesi

B. Pemeriksaan diagnostik
1. CT-Scan
2. MRI
3. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi
setelah eksesi tumor. (Rasjad, 2003).

C. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi
pengangkatan tumor
a. Pembedahan
Pembedahan osteochondroma terutama pada kasus yang bergejala.
Tindakan harus dilakukan dengan mengangkat seluruh lesi disertai
jaringan tulang rawan dan perikondrium untuk mencegah risiko
rekurensi. Diseksi dilakukan hingga mencapai batas dasar lesi dan
korteks dari tulang dasar.

D. Konsep asuhan keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal darimproses keperawatan. Tujuan
pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus
mengenai kesehata klien. Tahap pengkajian dari proses keperawatan
merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga
aktivitas atas dasar yaitu : Pertama, mengumpulkan data secara
sistematis; Kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan
Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali (Asmadi, 2008). Adapun langkah-langkah dalam pengkajian
pada anak dengan Osteosarkoma menurut Wong (2008), adalah
sebagai berikut :
b. Identitas Klien
a) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, suku
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan identitas orang tua.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki
atau tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan
biasanya di daerah tulang panjang.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini dahulunya
3) Riwayat Keluarga
Apakah di keluarga klien pernah mengalami seperti ini sebelumnya.
c) Pemeriksaan fisik
Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pemeriksaan fisik pada
pasien anak dengan Osteosarkoma yaitu :
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya
rontok, tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada
edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak
ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu
pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping
hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi
stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada
gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax :
Inspeksi : Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dada simetris.
PalpasI : Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal
premitus).
Perkusi : Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi : Bunyi pernapasnya vesikuler.
i. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
j. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi :Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram
pada abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani
k. Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses
berwarna kehijauan karena bercampur dengan empedu dan bersifat
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat
oleh usus.

l. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang.
Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena
adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya
benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
m. Sistem Persyarafan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen cedera fisik (D.0077)
2. Gangguan Mobilitas b.d proses pasca pembedahan (D.0054)
3. Gangguan citra tubuh b.d proses penyakit (D.0083)
F. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan 1x12 jam diharapkan Tingkat nyeri Menurun Observasi:
dengan Agen dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
cedera fisik Tingkat Nyeri (L.08066) nyeri
(D.0077) 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Gelisah menurun (5). 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Ketegangan otot menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5. Frekuensi nadi membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6. Pola nafas membaik (dari 2 (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. TD meningkat (5) 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan nalgetic

Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan nalgetic secara tepat
5. Ajarkan nalge nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian nalgetic, jika perlu


2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Mobilitas b.d 3x24 jam diharapkan Mobilitas Fisik Meningkat Observasi
proses pasca dengan Kriteria Hasil: 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
pembedahan Mobilitas Fisik (L.05042) 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(D.0054) 1. pergerakan ekstrimitas meningkat (5) 3. Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
2. kekuatan otot meningkat (5) mobilisasi
3. ROM meningkat (5) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
4. Gerak keterbatasan menurun (5)
5. Kelemahan fisik menurun (5) Terapeutik

1. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat bantu


2. Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
tubuh b.d perawatan diharapkan citra tubuh klien meningkat 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
proses Kriteria hasil : perkembangan
penyakit a. Klien menerima tubunya 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelami, dan umur terkait citra
(D.0053) tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
1. Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan
penuwaan
4. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh
(mis.luka, penyakit, pembedahan)
5. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
6. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepad keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
2. Anjurka mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan alat bantu( mis. Pakaian , wig,
kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung( mis. Kelompok
sebaya).
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
6. Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
7. Latih pengungkapan kemampuan diri kepad orang lain maupun
kelompok
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005

Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai