Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI


SOFT TISSUE TUMOR (STT)

DISUSUN OLEH :

EMIL NUR WIDIA


NIM 2350321009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
I. Konsep Dasar
1. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan
yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-
neoplasma.
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel
selnya tidak tumbuh seperti kanker (price, 2006). STT adalah suatu
benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel yang baru

2. Etiologi
1) Kondisi genetic
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah
faktor predisposisi untuk beberapa tumor jarinan lunak.
Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen
radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3) infeksi
infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki
kekebalan tubuh yang lemah ini juga akan meningkatkan
kemungkinan terkenanya STT.
4) Trauma
hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya
kebetulan saja. Trauma mungkin menarik perhatian medis
ke pra-luka yang ada.
3. Klasifikasi

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak
tumor atau benjolan tersebut berada. awal mulanya gejala berupa
adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. /anya
sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat
perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf - saraf tepi.Tumor jinak jaringan lunak
biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh. pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan
gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau
benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak.

5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft tissue
tumor salah satunya pada ganglion menimbulkan infeksi, kaku,
nyeri, keloid, bau tak sedap serta terdapat keterbatasan gerak ,
kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah (Erawati & dkk,
2018).

6. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Radiologi
3) EKG dan USG
4) Pemeriksaan X-ray
5) CT scan
6) Pemeriksaan MRI
7) Pemeriksaan hispatologis
a) Sitologi
b) Forsep biopsi
c) Memotong biopsy
d) Biopsi eksisi
7. Penatalaksanaan Medis
a) Bedah
mungkin cara ini sangat beresiko akan tetapi, para ahli
bedah mencapai angka keberhasilan yang sangat
memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b) Kemoterapi
metode ini melakukan keperaatan penyakit dengan
menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor
tersebut. keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat
menggunakan cara kemoterapi ini.
c) Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi
yang bersumber dari radioaktif. kadang radiasi yang
diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
pembedahan.
d) Penatalaksanaan keperawatan
a. perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. perawatan luka pada pasien
c. pemberian obat
d. amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang
akan terjadi setelah dilakukan operasi.
II. WOC
III. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b) Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada
tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi
c) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya
kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan
bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat
jika terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika
terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
d) Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir
mengalami deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan
pada kegiatan sehari-hari.
e) Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi
pada pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah
keletihan dan kelelahan yang hebat.
f) Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

g) Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman
konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
h) Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang
adekuat: mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi
purin seperti: kacang-kacangan, daun singkong, jeroan.
Menghindari minum kopi
i) Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain
j) Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada
jari tangan, pembengkakan sendi simetris.
k) Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada
pagi hari.
l) Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
m) Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran. (Istianah, 2017).

2. Masalah Keperawatan
1) nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
2) kerusakan integritas kulit b/d adanya luka post operasi
3) resiko infeksi b/d luka post operasi
3. Perencanaan

No SDKI SLKI SIKI

1. D.0077 nyeri akut L. 08063 kontrol nyeri I. 08238 manajemen nyeri


berhuhungan dengan luka post setelah dilakukan tindakan observasi
operasi keperawatan selama 3x24 - Identifikasi lokasi,
gejala dan tanda mayor: jam diharapkan kontrol durasi, kualitas nyeri
S : - mengeluh nyeri nyeri meningkat dengan - Identifikasi skala
O : - tampak meringis gelisah kriteria hasil : nyeri
gejala tanda minor : 1. melaporkan nyeri - Identifikasi respon
O : fokus pada luka kontrol nyeri non-verbal
2. kemampuan mengenali
nyeri meningkat Terapeutik
3. kemampuan tehnik non - Berikan tehnik
farmakologi meningkat nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur

edukasi
- Anjurkan
menggunakan
analgetik yang tepat
- Anjurkan tehnik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
2. D.0192 gangguan integritas L. 14130 penyembuhan I. 11353 perawatan integritas
kulit berhubungan dengan luka
post operasi luka kulit
gejala dan tanda mayor : setelah dilakukan tindakan observasi
O : kerusakan lapisan dan keperawatan 3x24 jam - Identifikasi penyebab
jaringan pada kulit diharapkan penyembuhan gangguan integritas
gejala dan tanda minor : luka meningkat dengan kulit
O : nyeri kriteria hasil :
terapeutik
1. penyatuan kulit
- Gunakan produk
meningkat
berbahan ringan pada
2. perkembangan jaringan
kulit sekitar
granulasi meningkat
- Hindari produk
nyeri menurun
berbahan dasar
infeksi menurun
alkohol pada kulit
kering
edukasi
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu
ekstream
3. D. 0142 resiko infeksi L. 14128 kontrol resiko I. 12406 edukasi pencegahan
berhubungan dengan terpapar setelah dilakukan tindakan infeksi
virus/makroorganisme keperawatan selama 3x24 observasi
faktor resiko jam diharapkan kontrol - Periksa kesiapam
- Kerusakan integritas resiko meningkat dengan dan kemampuan
kulit kriteria hasil : menerima informasi
1. mampu
terapeutik
mengidentifikasi faktor
- Siapkan materi cara
resiko meningkat
mampu mengontrol resiko mencegah resiko
meningkat infeksi
edukasi
- Jelaskan tanda
dangejala infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
- Anjurkan penggunaan
antibiotik
- Ajarkan cara mencuci
tangan yan benar

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan

asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna

membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap

implementasi adalah kemampuan komunikasi yang

efektif,kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya

dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,

kemampuan melakukan observasi sistematis,kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,dan

kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase

pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pegetahuan

tentang validasi rencana, implementasi rencana, persiapan klien


dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi

keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat

menyimpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Fase

ketiga merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi

keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).

5. Evaluasi keperawatan

Menurut sumber Asmadi, (2008 ) Evaluasi adalah tahap akhir

dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang

sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan

klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi

menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa

keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien

akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari

pengkajian ulang (reassessment).

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses

keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif

ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan

rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi


formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah

SOAP, yakni subjektif(data berupa keluhan klien), objektif (data

hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan

teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).

6. Aplikasi pemikiran
Nyeri pasca bedah yang tidak hilang dapat menimbulkan efek
negatif terhadap fisiologis dan psikologi (Black & Hawk, 2014).
Dampak nyeri terhadap psikologi berupa gangguan tidur dan sulit
berhubungan dengan orang lain karena perhatiannya berfokus pada
nyeri. Nyeri yang tidak teratasi akan menghambat penyembuhan.
Pasien dirawat di rumah sakit menjadi lebih lama dan
meningkatkan biaya perawatan rumah sakit (Black & Hawk, 2014;
Smeltzer et al., 2008).
Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat
mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi
impuls nyeri disistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat
berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan
dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot
tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry,
2011). Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan
frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi,
menghilangkan nyeri dan menurunkan tekanan darah (Campbell,
2001 dalam Ucup, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical nursing clinical


management for positive outcomes. (7th Ed). St. Louis,
Missouri: Elsevier Saunders.
Campbell, D. (2001). Music: Physician For Time to Come.
Wheaton: Quest Books. Chiang. L. (2012). The Effect Of
Music and Nature Sounds On Cancer Pain and Anxiety In
Hospice Cancer Patient, Frances Payne Bolton School of
Nursing Case Western Reserve University. (Unpublished
Dissertation Paper).
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D. (2005). Soft Tissue Tumor dalam
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer (2010). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta
selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta
selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta
selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai