Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI


SOFT TISSUE TUMOR (STT)
DI RSUD PEMANGKAT

DISUSUN OLEH :

WENI FUJIATI
NIM 201133070

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
2020/2021
1. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau
pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh
neoplasma dan non-neoplasma.
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif,
dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (price,
2006). STT adalah suatu benjolan atau pembengkakan
abnormal yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang
baru

2. Etiologi
1) Kondisi genetic
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen
adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor
jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting
dalam menentukan diagnosis.
2) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya
mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong
transformasi neoplastik.
3) infeksi
infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki
kekebalan tubuh yang lemah ini juga akan
meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4) Trauma
hubungan antara trauma dengan STT mungkin
hanya kebetulan saja. Trauma mungkin menarik
perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. Klasifikasi
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana
letak tumor atau benjolan tersebut berada. awal mulanya
gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. /anya sedikit penderita yang merasakan
sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf - saraf tepi.Tumor jinak jaringan
lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak
pernah menyebar ke tempat jauh. pada tahap awal, STT
biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak
yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. kadang
gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft
tissue tumor salah satunya pada ganglion menimbulkan
infeksi, kaku, nyeri, keloid, bau tak sedap serta terdapat
keterbatasan gerak , kerusakan serabut saraf atau
pembuluh darah (Erawati & dkk, 2018).

6. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Radiologi
3) EKG dan USG
4) Pemeriksaan X-ray
5) CT scan
6) Pemeriksaan MRI
7) Pemeriksaan hispatologis
a) Sitologi
b) Forsep biopsi
c) Memotong biopsy
d) Biopsi eksisi
7. Penatalaksanaan Medis
a) Bedah
mungkin cara ini sangat beresiko akan tetapi, para
ahli bedah mencapai angka keberhasilan yang
sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b) Kemoterapi
metode ini melakukan keperaatan penyakit
dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh
sel sel tumor tersebut. keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat
menggunakan cara kemoterapi ini.
c) Terapi radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan
radiasi yang bersumber dari radioaktif. kadang
radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal.
Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi
dan juga operasi pembedahan.
d) Penatalaksanaan keperawatan
a. perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. perawatan luka pada pasien
c. pemberian obat
d. amati ada atau tidaknya komplikasi atau
potensial yang akan terjadi setelah dilakukan
operasi.

I. PATHWAYS
II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
b) Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri,
kekakuan pada tangan atau kaki dalam beberapa
periode / waktu sebelum klien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan sendi
c) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi,
amati adanya kemerahan, pembengkakan, teraba
hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada
sendi. Catat jika terjadi keterbatasan gerak sendi,
krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi
digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
d) Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa
khawatir mengalami deformitas pada sendi-sendinya.
Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada
fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
e) Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan
sendi pada pagi hari. Keterbatasan fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan
pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan
yang hebat.
f) Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

g) Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan.
Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan bentuk
badan
h) Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan
yang adekuat: mual, anoreksia. Menghindari makanan
yang tinggi purin seperti: kacang-kacangan, daun
singkong, jeroan. Menghindari minum kopi
i) Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri. Ketergantungan
pada orang lain
j) Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya
sensai pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris.
k) Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai
pembekakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri
kronis dan kekakuan pada pagi hari.
l) Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada
mata dan membran mukosa.
m) Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran. (Istianah, 2017).

2. Masalah Keperawatan
1) nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
2) kerusakan integritas kulit b/d adanya luka post
operasi
3) resiko infeksi b/d luka post operasi
3. Perencanaan

No SDKI SLKI SIKI

1. D.0077 nyeri akut L. 08063 kontrol nyeri I. 08238 manajemen


berhuhungan dengan luka setelah dilakukan nyeri
post operasi tindakan keperawatan observasi
gejala dan tanda mayor: selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi,
S : - mengeluh nyeri diharapkan kontrol durasi, kualitas
O : - tampak meringis nyeri meningkat nyeri
gelisah dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala
gejala tanda minor : 1. melaporkan nyeri nyeri
O : fokus pada luka kontrol - Identifikasi respon
2. kemampuan nyeri non-verbal
mengenali nyeri
meningkat
3. kemampuan tehnik Terapeutik
non farmakologi - Berikan tehnik
meningkat nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur

edukasi
- Anjurkan
menggunakan
analgetik yang
tepat
- Anjurkan tehnik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
2. D.0192 gangguan L. 14130 I. 11353 perawatan
integritas kulit penyembuhan luka integritas kulit
berhubungan dengan luka setelah dilakukan observasi
post operasi tindakan keperawatan - Identifikasi
gejala dan tanda mayor : 3x24 jam diharapkan penyebab
O : kerusakan lapisan dan penyembuhan luka gangguan
jaringan pada kulit meningkat dengan integritas kulit
gejala dan tanda minor : kriteria hasil :
terapeutik
O : nyeri 1. penyatuan kulit
- Gunakan produk
meningkat
berbahan ringan
2. perkembangan pada kulit sekitar
jaringan granulasi - Hindari produk
meningkat berbahan dasar
nyeri menurun alkohol pada kulit
infeksi menurun kering
edukasi
- Anjurkan minum
air yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstream
3. D. 0142 resiko infeksi L. 14128 kontrol I. 12406 edukasi
berhubungan dengan resiko pencegahan infeksi
terpapar setelah dilakukan observasi
virus/makroorganisme tindakan keperawatan - Periksa kesiapam
faktor resiko selama 3x24 jam dan kemampuan
- Kerusakan integritas diharapkan kontrol menerima
kulit resiko meningkat informasi
dengan kriteria hasil :
terapeutik
1. mampu
- Siapkan materi
mengidentifikasi
cara mencegah
faktor resiko
resiko infeksi
meningkat edukasi
mampu mengontrol - Jelaskan tanda
resiko meningkat dangejala infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
- Anjurkan
penggunaan
antibiotik
- Ajarkan cara
mencuci tangan
yan benar

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat

mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus

dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah

kemampuan komunikasi yang efektif,kemampuan untuk

menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,

kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan

melakukan observasi sistematis,kemampuan


memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan

advokasi,dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga

tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang

mencakup pegetahuan tentang validasi rencana,

implementasi rencana, persiapan klien dan keluarga.

Fase kedua merupakan puncak implementasi

keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada fase

ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan

dengan reaksi klien. Fase ketiga merupakan terminasi

perawat-klien setelah implementasi keperawatan selesai

dilakukan (Asmadi, 2008).

5. Evaluasi keperawatan

Menurut sumber Asmadi, (2008 ) Evaluasi adalah

tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil

akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan


tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi

menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil,

klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.

Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam

siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang

(reassessment).

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif

berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan

segera setelah perawat mengimplementasikan rencana

keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan

evaluasi formatifini meliputi empat komponen yang

dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif(data

berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),

analisis data (pembandingan data dengan teori), dan

perencanaan (Asmadi, 2008).

6. Aplikasi pemikiran
Nyeri pasca bedah yang tidak hilang dapat menimbulkan
efek negatif terhadap fisiologis dan psikologi (Black &
Hawk, 2014). Dampak nyeri terhadap psikologi berupa
gangguan tidur dan sulit berhubungan dengan orang lain
karena perhatiannya berfokus pada nyeri. Nyeri yang
tidak teratasi akan menghambat penyembuhan. Pasien
dirawat di rumah sakit menjadi lebih lama dan
meningkatkan biaya perawatan rumah sakit (Black &
Hawk, 2014; Smeltzer et al., 2008).
Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat
mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat menghambat
transmisi impuls nyeri disistem saraf pusat, sehingga
sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada
sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf
yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat
mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry, 2011). Musik
terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi
denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi,
menghilangkan nyeri dan menurunkan tekanan darah
(Campbell, 2001 dalam Ucup, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical


nursing clinical management for positive outcomes.
(7th Ed). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Campbell, D. (2001). Music: Physician For Time to
Come. Wheaton: Quest Books. Chiang. L. (2012).
The Effect Of Music and Nature Sounds On Cancer
Pain and Anxiety In Hospice Cancer Patient,
Frances Payne Bolton School of Nursing Case
Western Reserve University. (Unpublished
Dissertation Paper).
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D. (2005). Soft Tissue Tumor
dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer (2010). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik). Jakarta selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik). Jakarta selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator
Diagnostik). Jakarta selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai