Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR TENDON

Disusun Oleh :

NUR ISNA ROFIANA


P1337420215064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
KONSEP DASAR RUPTUR TENDON

I. RUPTUR TENDON
A. Pengertian
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang.
Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak dalam banyak
cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan menyebabkan terjadinya
gerakan. Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa.
Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan
karena tarikan yang melebihi kekuatan tendon.
Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon
merupakan jaringan fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang
menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.

B. Etiologi

Menurut Anderson Silvia Prince (1996) penyebab ruptur tendon diakibatkan oleh :

1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes

2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat

meningkatkan risiko pecah

3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,

tenis, basket dan sepak bola

4. Trauma benda tajam atau tumpul

5. Obesitas

C. Manifestasi Klinis

1. Nyeri yang hebat

2. Memar

3. Terdapat kelemahan
4. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena

5. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat

6. Ketidakmampuan untuk menanggung beban

7. Terdapat deformitas

D. Patofisiologi

Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak

langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang

salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum

siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha

bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan

daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

E. Faktor Resiko

1. Umur : 30-40 tahun

2. Jenis kelamin : >

3. Obesitas

4. Olahraga

5. Riwayat ruptur tendon sebelumnya

6. Penyakit tertentu seperti artritis, DM

F. Komplikasi

Komplikasi dari rupture tendon adalah infeksi. Infeksi adalah adanya suatu

organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, seperti

bakteri, virus, jamur dan akan memperparah kondisi yang dialami.


G. Pathway

H. Lokasi Ruptur Tendon

Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon :

1. Qudriceps

Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius

vastus, dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut (

patella ) untuk membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini

digunakan untuk memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari

, dan melompat

2. Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan

otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon

Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya

sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian

strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang

calcaneus. Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara

normal. Cidera karena olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah

biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.

3. Rotator cuff

Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum

tendon paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok

otot ini berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar

lengan, dan menjaga bahu keluar dari soket tersebut.

4. Bisep

Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke

arah bahu dengan menekuk siku.

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan yaitu :

1. Pergerakan otot, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai

cedera tendon.

2. Pemeriksaan dengan sinar-X

3. USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter, dan
kehadiran air mata.
4. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari degenerasi tendon,
dan MRI juga dapat membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis.
Teknik ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam
jutaan proton berjalan melalui tubuh.

J. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus
disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap
paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus.
2. Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut
biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya
menolak untuk dilakukan tindakan operasi.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian focus
Pada fase awal cidera, terlihat bengkak dan timbul memar pada area sekitar
luka. Pada kondisi yang telah lama dan pembengkakan telah berkurang, kondisi klinik
tidak begitu jelas dan hanya menyisakan suatu bekas trauma pada tendon walaupun
dengan melakukan pemeriksaan dapat mendeskripsikan kelainan pada tendon. Fase
kedua tinjau adanya keluhan nyeri tekan. Fase ketiga tinjau ketidakmampuan dan
nyeri hebat.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien rupture tendon adalah
1. Nyeri b.d kerusakan neuromuskuloskeletal
2. Resiko tinggi infeksi b.d port de entre luka pasca-bedah.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan tendon
4. Ansietas b.d kondisi fisik, perubahan peran keluarga, kondisi status
sosioekonomi.
C. Rencana keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Nyeri b.d agen injury NOC: NIC:
(biologi, kimia, fisik, Setelah dilakukan tindakan Lakukan pengkajian nyeri secara
psikologis), kerusakan keperawatan selama 1x24 komprehensif termasuk lokasi,
jaringan jam pasien tidak mengalami karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
DS: nyeri dengan criteria hasil: dan factor presipitasi
mengungkapkan secara Mampu mengontrol nyeri Observasi reaksi nonverbal dari
verbal Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
DO: berkurang dengan Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
posisi untuk menah- menggunakan manajemen menentukan
an nyeri, nyeri Ajarkan tentang teknik non-
tingkah laku berhati Mampu mengenali farmakologi: napas dalam, relaksasi,
-hati, nyeri(skala, intensitas, distraksi, kompres hangat atau dingin
gangguan tidur frekuensi, dan tanda Berikan analgetik untuk mengurangi
terfokus pada diri nyeri) nyeri
sendiri. Tingkatkan istirahat

2 Resiko infeksi NOC: NIC:


Factor-faktor resiko: Setelah dilakukan tindakan Pertahankan teknik aseptic
kerusakan jaringan keperawatan selama 2x24 Cuci tangan sebelum dan sesudah
dan peningkatan jam pasien tidak mengalami melakukan tindakan keperawatan
paparan lingkungan, infeksi dengan criteria hasil Gunakan baju, sarung tangan sebagai
tidak adekuat pertaha- Klien bebas dari tanda alat pelindung
nan sekunder (penur- dan gejala infeksi Monitor tanda gejala infeksi sistemik
unan Hb, leucopenia, Menunjukkan kemampuan dan local
penekanan respon in- untuk mencegah Inspeksi kulit dan membrane mukosa
flamasi) timbulnya infeksi terhadap kemerahan, panas, drainase.
malnutrisi perubahan Jumlah leukosit dalam Dorong istirahat
primer tidak adekuat batas normal Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
(kerusakankulit, trau- Menunjukkan perilaku gejala infeksi
ma jaringan, ganggu- hidup sehat
an peristaltic)
3 Gangguan mobilitas NOC: NIC:
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Monitoring vital sign sebelum atau
dengan: keperawatan selama 7x24 sesudah latihan dan lihat respon pasien
gangguan jam gangguan mobilitas saat latihan
metabolisme sel, fisik teratasi dengan criteria Konsultasikan dengan terapi fisik
pengobatan hasil: tentang rencana ambulasi sesuai
kurang support ling- Klien meningkat dalam dengan kebutuhan
kungan aktivitas fisik Kaji kemampuan pasien dalam
kehilangan integrit- Mengerti tujuan dan mobilisasi
as struktur tulang peningkatan mobilitas Latih pasien dalam pememnuhan
Memverbalisasikan peras- kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
aan dalam meningkatkan kemampuan
kekuatan dan kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat
berpindah mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
4 Ansietas b.d factor NOC: NIC:
keturunan, situasional, Setelah dilakukan asuhan Gunakan pendekatan menenangkan
stress, perubahan status selama 1x24 jam kecemasan Nyatakan dengan jelas harapan
kesehatan, perubahan klien teratasi dengan criteria terhadap perilaku pasien
konsep diri, hospitali- hasil: Libatkan keluarga untuk mendampingi
sasi d.d insomnia, Klien mampu meng- klien
kontak mata kurang, identifikasi dan meng- Instruksikan pada pasien untuk
kurang istirahat, irita- ungkapkan gejala cemas menggunakan teknik relaksasi
bilitas, takut, nyeri pe- Vital sign dalam batas Dengarkan dengan penuh perhatian
rut, penurunan TD, normal Identifikasi tingkat kecemasan
gangguan tidur, peni- Postur tubuh, ekspresi
Bantu pasien mengenal situasi yang
ngkatan tekanan darah, wajah, bahasa tubuh menimbulkan kecemasan
nadi, RR. menunjukkan berkurang-
nya kecemasan
D. EVALUASI

DX I
Mampu mengenali nyeri

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri


Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)

DX2
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat

DX 3
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Memverbalisasikan peras-aan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas

DX 4
Klien mampu meng-identifikasi dan meng-ungkapkan gejala cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukkan berkurang-nya
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, Drs.H (2002). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
V. sammarco. 2009. Perbaikan bedah tibialis anterior rupture tendon akut dan kronis. EGC:
Jakarta
Anderson Silvia Prince. (1996). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
http://yuliasayang2.blogspot.co.id/ di akses pada 9 Agustus 2017 pada pukul 16.30

Anda mungkin juga menyukai