Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR PELVIS

DISUSUN OLEH :
YUDITYA WIDIARTA 18.0601.0038

PRODI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
A. DEFINISI

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasanyeri,


pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa. Sehingga fraktur pelvis dapat dikatakan sebagai trauma tulang rawan
pada pelvis yang disebabkan oleh ruda paksa, misal : kecelakaan, benturan hebat
yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, dan lain-lain.

Fraktur pelvis merupakan 5 % dari seluruh fraktur. 2/3 trauma pelvis terjadi akibat
kecelakaan lalu lintas. 10% diantaranya disertai trauma pada alat-alat dalam rongga
panggul seperti uretra, buli-buli, rektum serta pembuluh darah.

B. ETIOLOGI

1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada


tempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia.
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).

C. PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak.

Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga


medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS

Fraktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipel yang dapat
mengenai organ-organ lain dalam panggul. Keluhan berupa gejala pembengkakan,
deformitas serta perdarahan subkutan sekitar panggul. Penderita datang dalam
keadaan anemia dan syok karena perdarahan yang hebat.

Pengkajian awal yang perlu dilakukan adalah riwayat kecelakaan sehingga luasnya
trauma tumpul dapat diperkirakan. Sedangkan untuk trauma penetrasi, pengkajian
yang perlu dilakukan adalah posisi masuknya dan kedalaman. Klien dapat
menunjukkan trauma abdomen akut. Pada kedua tipe trauma terjadi hemoragi baik
baik internal maupun eksternal. Jika terjadi rupture perineum, manifestasi peritonitis
berisiko muncul,seluruh drainase abdomen perlu dikaji untuk mengetahui isi drainase
tersebut.

Bilas abdomen umumnya dilakukan untuk mengkaji adanya perdarahan diseluruh


abdomen yang mengalami luka, dengan cara memasukkan cairan kristaloid ke dalam
rongga peritoneum diikuti dengan paracentesis (rainase isi abdomen).Catat dan
dokumentasikan warna dan jumlah drainase.

F. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan operatif bila ditemukan kerusakan alat – alat dalam rongga


panggul.
2. Stabilisasi fraktur panggul, misalnya:

a) Fraktur avulsi atau stabil diatasi dengan pengobatan konservatif seperti


istirahat, traksi, pelvic sling.
b) Fraktur tidak stabil diatasi dengan fiksasi eksterna atau dengan operasi yang
dikembangkan oleh grup ASIF.

Berdasarkan klasifikasi Tipe:

1. Fraktur Tipe A: hanya membutuhkan istirahat ditempat tidur yang


dikombinasikan dengan traksi tungkai bawah. Dalam 4-6 minggu pasien
akan lebih nyaman dan bisa menggunakan penopang.
2. Fraktur Tipe B:

a) Fraktur tipe open book

Jika celah kurang dari 2.5cm, diterapi dengan cara beristirahat ditempat tidur, kain
gendongan posterior atau korset elastis. Jika celah lebih dari 2.5cm dapat ditutup
dengan membaringkan pasien dengan cara miring dan menekan ala ossis ilii
menggunakan fiksasi luar dengan pen pada kedua ala ossis ilii.
b) Fraktur tipe close book

Beristirahat ditempat tidur selama sekitar 6 minggu tanpa fiksasi apapun bisa
dilakukan, akan tetapi bila ada perbedaan panjang kaki melebihi 1.5cm atau terdapat
deformitas pelvis yang nyata maka perlu dilakukan reduksi dengan menggunakan
pen pada krista iliaka.

3. Fraktur Tipe C

Sangat berbahaya dan sulit diterapi. Dapat dilakukan reduksi dengan traksi kerangka
yang dikombinasikan fiksator luar dan perlu istirahat ditempat tidur sekurang –
kurangnya 10 minggu. Kalau reduksi belum tercapai, maka dilakukan reduksi secara
terbuka dan mengikatnya dengan satu atau lebih plat kompresi dinamis.

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a) Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi :

1. Aktivitas/istirahat

Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera,
fraktur itu sendiri, atau trjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).

2. Sirkulasi

Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas),


atau hipotensi (kehingan darah)

3. Neurosensori

Gejala : Hilang gerak/sensasi,spasme otot, Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda : Demormitas local; angulasi abnormal, pemendakan, ratotasi, krepitasi (bunyi


berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi).

4. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin terlokalisasi pada ara
jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.

5. Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : Lingkungan cidera


Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-8 hari,
panggul/pelvis 6-7 hari, lain-lainya 4 hari bila memerlukan perawatan dirumah sakit

6. Rencana pemulangan :

Membutuhkan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/pemeliharaan


rumah.

b) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas struktur
tulang, gangguan metabolisme sel, kerusakan muskuloskletal dan neuromuskuler,
nyeri.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan, prosedur infasif, pertahanan primer yang tidak adekuat (kerusakan
kulit, trauma jaringan).

c) Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut (00132)
Definisi : sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang timbul
dari kerusakan jaringan aktual atau potensial atau penggambaran dari kerusakan
(International association for the study of pain); yang terjadi tiba-tiba atau secara
pelan-pelan dari intensitas ringan hingga berat dengan diantisipasi atau dapat
diprediksi dan dalam waktu kurang dari 6 bulan.

Defining characteristics :

a. Perubahan respirasi (normalnya 12-20x/menit).


b. Laporan secara verbal dari pasien.

NOC (Nursing Outcome Classifications) :


a. Comfort level (tingkat kenyamanan).
Definisi : Perasaan fisik dan psikologi yang tenang
Indikator :
1. Melaporkan kesejahteraan fisik.
2. Melaporkan kepuasan dengan kontrol gejala.
3. Melaporkan kesejahteraan psikologis.
4. Mengekspresikan kepuasan dengan kontrol nyeri.
b. Pain Control (kontrol nyeri)
Definisi : Tindakan seseorang untuk mengatasi nyeri
Indikator :
1. Mengenal penyebab nyeri.
2. Mengenal onset nyeri.
3. Menggunakan tindakan pencegahan.
4. Menggunakan pertolongan non-analgetik.
5. Menggunakan analgetik dengan tepat.
6. Mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan.
7. Menggunakan sumber-sumber yang ada.
8. Mengenal gejala nyeri.
9. Melaporkan gejala-gejala kepada tenaga kesehatan professional.
10. Melaporkan kontrol nyeri

c. Pain Level (Tingkat nyeri)


Definisi : Gambaran nyeri atau nyeri yang ditunjukkan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien
dengan gangguan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria :
1. Melaporkan nyeri berkurang.
2. Tidak menununjukkan ekspersi wajah menahan nyeri.
3. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
4. Tidak mual.
5. Tanda vital dalam rentang normal

Nursing Intervention Classification (NIC) Pain Acute Intervensi


a. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri.
d. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu
makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran.
e. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan.
f. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
g. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (ex: relaksasi, guided imagery, terapi
musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase, TENS, hipnotis, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresusure).
h. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
i. Modifikasi kontrol nyeri sesuai respon pasien.
j. Kolaborasi : Beri analgetik sesuai dengan indikasi

2. Gangguan mobilitas fisik (00085)


Definisi : keterbatasan pada kemandirian, pergerakan fisik dari tubuh dengan maksud tertentu
atau dari salah satu atau lebih dari ekstremitas.
Defining characteristics :
a. Keterbatasan pergerakan.
b. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan gerak yang benar
Faktor yang berhubungan :
a. Intoleransi aktivitas.
b. Kehilangan integritas dari struktur tulang.
c. Gangguan musculoskeletal.
d. Nyeri.
e. Pembatasan bergerak sesuai medikasi dari medis

NOC (Nursing Outcome Classifications):


a. Joint Movement : Active, Range of Motion pada sendi.
b. Mobility Level : Kemampuan untuk bergerak dengan tujuan tertentu.
c. Transfer performance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria
hasil
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik.
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah alat bantu.
d. Memperagakan penggunaan untuk mobilisasi (walker).
Nursing Intervention Classification (NIC) Gangguan Mobilitas Fisik.
a. Perawatan Bed Rest
Definisi: dukungan kenyamanan dan keamanan dan pencegahan komplikasi pada pasien
yang tidak mampu untuk turun dari tempat tidur
Aktivitas
1. Jelaskan alasan mengapa pasien perlu bed rest.
2. Jaga linen kasur tetap bersih, kering dan bebas dari kerutan.
3. Gunakan perlengkapan pelindung bagi pasien pada bed.
4. Monitor kondisi kulit.
5. Melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif.
6. Tingkatkan kebersihan.
7. Bantu aktivitas sehari-hari pasien.
8. Monitor fungsi perkemihan.
9. Monitor terhadap konstipasi.
10. Monitor status pernafasan

b. Pengaturan posisi
Definisi: penentuan penempatan pasien atau bagian tubuh pasien untuk mendukung fisik dan
psikologis yang baik
Aktivitas
1. Membantu pasien dalam perubahan posisi.
2. Monitor status oksigen/pernafasan sebelum dan setelah perubahan posisi dilakukan.
3. Pemberian dukungan pada bagian tubuh yang perlu diimobilisasikan.
4. Fasilitasi posisi yang mendukung ventilasi/perfusi.
5. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif.
6. Cegah penempatan pasien pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri.
7. Minimalkan gesekan ketika positioning.
8. Posisikan pasien pada posisi yang mendukung drainase perkemihan.
9. Posisikan pada posisi yang dapat mencegah penekanan pada luka.
10. Instruksikan pasien terkait bagaimana postur yang baik.
11. Atur jadwal perubahan posisi pada pasien

3. Resiko infeksi (00004


Definisi : terjadi peningkatan resiko terhadap terjangkitnya organisme patogenik
Faktor resiko :
a. Pertahanan primer yang inadekuat (kerusakan kulit, jaringan traumatis.
b. Prosedur invasive.
c. Trauma

NOC (Nursing Outcome Classifications):


a. Immune Status : ketahanan (natural dan didapat) yang adekuat terhadap antigen
eksternal dan internal.
b. Knowledge : Infection control, Peningkatan pemahaman mengenai pencegahan
dan kontrol infeksi.
c. Risk control : Tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi ancaman kesehatan
yang aktual, personal, dan modifikasi setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
c. Jumlah leukosit dalam batas normal.
d. Menunjukkan perilaku hidup sehatStatus imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam
batas normal

Nursing Intervention Classification (NIC) Resiko Infeksi.


a. Kontrol Infeksi
Definisi: Meminimalkan paparan dan transmisi agen infeksi Aktivitas
1. Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh pasien
2. Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
3. Gunakan sarung tangan steril
4. Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
5. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
6. Anjurkan istirahat
7. Berikan terapi antibiotik

b. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


Definisi: Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko
Aktivitas
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
2. Monitor angka granulosit, WBC dan hasil yang berbeda
3. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
4. Berikan perawatan kulit yang tepat pada area edematous
5. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, atau drainase
6. Ispeksi kondisi luka
7. Dukungan masukkan nutrisi yang cukup
8. Dukungan masukan cairan
9. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

c. Skin surveillance/pengawasan terhadap kulit


Definisi: Mengkoleksi dan menganalisis data pasien untuk mempertahankan
integritas kulit dan membran mukosa
Aktivitas
1. Mengamati ekstremitas terhadap kemerahan, panas, bengkak, tekanan, tekstur, edema
dan ulserasi
2. Mengamati kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas yang ekstrim,
atau drainase
3. Monitor terhadap sumber penekanan dan friksi/geseka
4. Monitor terhadap infeksi

d. Perawatan luka
Definisi: Mencegah komplikasi luka dan meningkatkan kesembuhan
Aktivitas
1. Monitor karakteristik luka meliputi drainase, warna, ukuran dan bau
2. Pertahankan teknik steril dalam perawatan luka
3. Inspeksi luka setiap melakukan pergantian dreesing
4. Atur posisi untuk mencegah tekanan pada daerah luka
5. Tingkatkan intake cairan
6. Ajarkan pada pasien/anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka
7. Ajarkan pada pasien/anggota keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
8. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan penampakannya.
H. DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather.2009. Nursing Diagnoses : Definitions and Classification 2009-2011.


USA : Wiley-Blackwell.
Johnson, M., Mass, M., Moorhead, S., 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) second
Edition. Missouri : Mosby
Dochterman, Joanne M., Bulecheck, Gloria N.2003.Nursing Intervention classification (NIC)
4th Edition. Missouri : Mosby.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai