DISUSUN OLEH :
SOFYA NURUL FAIZAH MR
1. PENGERTIAN
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman baik
secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, & Subu, 2015).
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang senang,
kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual, lingkungan serta
sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual (PPNI,
2016).
2. KLASIFIKASI
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa nyaman
dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik sampai
dengan kurang dari enam bulan.
b) Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya
sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.
c) Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang tidak
nyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada seluruh
bagian perut yang bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.
3. ETIOLOGI
a) Gejala penyakit.
b) Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan
pengetahuan).
d) Kurangnya privasi.
e) Gangguan stimulasi lingkungan.
f) Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
g) Gangguan adaptasi kehamilan.
Keterangan:
Faktor yang mempengaruhi gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien fraktur
femur disebabkan oleh
a) Emosi Kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi
dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
b) Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klien selalu merasa
tidak aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang
dialaminya.
c) Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap
rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
d) Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak
dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
e) Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan
dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
5. PATOFISIOLOGI
Gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien fraktur femur dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan mengalami nyeri akut dan juga dapat menyebabkan gangguan aktifitas
pada orang yang mengalami patah tulang akibat gangguan mobilitas fisik dan gangguan
sirkulasi darah dapat berpengaruh pada integritasi kulit seseorang yang mengalami fraktur
FRAKTUR FEMUR
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kaji kronologi dari mekanisme trauma pada gangguan rasa aman dan nyaman pada
penyakit fraktur femur. Sering didapatkan keluhan nyeri pada luka terbuka.
a) Look: Pada gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien fraktur terbuka terlihat
adanya luka terbuka dengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan
jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka pada ada fragmen tulang
yang keluar dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan beresiko meningkat
pada respon syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat
yang mengantaran pada resiko tinggi infeksi. Pada fraktur tertutup sering ditemukan
kehilangan fungsi deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot,
krepitasi, pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat ada
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa setelah cidera.
b) Feel: adanya keluhan nyeri tekan dan krepitasi
c) Move: daerah tungkai yang patah tidak boleh di gerakkan, karena akan memberi
respon trauma pada jaringan lunak di sekitar ujung fragmen tulang yang patah
(Muttaqin, 2015).
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan penanganan gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien fraktur femur
dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal
pada gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien fraktur menurut (Muttaqin, 2015) :
a) Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
b) Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara di perban.
c) Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya boleh
dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk mengembalikan
tulang ke posisi semula.
d) Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari kedua
posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil.
e) Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
f) Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.
10. KOMPLIKASI
Menurut Sulistyaningsih (2016) komplikasi gangguan aman dan nyaman pada pasien
fraktur post ORIF yaitu:
a) Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF, nyeri yang
sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
b) Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat proses
pembedahan.
c) Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala nyeri otot,
nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat kelelahan sistem
muskuloskeletal.
d) Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga sering kali dirasakan.
11. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian keperawatan
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalahmasalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1) Data Subjektif
a. Anamnesa
1) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri
saat beraktivitas / mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.
3) Riwayat Penyakit Sekarang Pada klien fraktur / patah tulang dapat
disebabkan oleh trauma / kecelakaan, degeneratif dan pathologis
yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang
mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna
kulit dan kesemutan.
4) Riwayat Penyakit Dahulu Pada klien fraktur pernah mengalami
kejadian patah tulang atau tidak sebelumnya dan ada / tidaknya klien
mengalami pembedahan perbaikan dan pernah menderita
osteoporosis sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga klien ada / tidak yang
menderita osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain
yang sifatnya menurun dan menular.
b. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus fraktur akan
timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus
menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulangnya.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus
mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit
b) Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d ketidaknyamanan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan aktifitas
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi darah
c) Intervensi keperawatan
d) Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada klien dilakukan selama tiga hari berturut-turut
dan data yang didapatkan pada hari pertama pada klien didapatkan GCS 4-5-6
dengan kesadaran composmentis,luka nampak baik,luka pada kaki kanan bagian
paha, TD:140/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:24 x/menit , S:36,70C dengan skala
nyeri 6 dan pada hari ke 2 dan 3 nyeri berkurang dengan skala nyeri 5.
Menurut teori Nursalam (2016) evaluasi merupakan sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan sistemik pada status kesehatan klien. Perawat dapat
menentukan efektifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dangan
melihat dan mengukur perkembangan klien.