K Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Cemas
pada Pasien CHFdi RSUP
Adam Malik
Oleh
Angres Munthe
142500097
Nim : 142500097
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Tn. K Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Cemas pada
Pasien CHF di RSUP Adam Malik” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam
pengujian substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah dianjurkan kepada
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan
dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan atau
paksaan dari pihak manapun serta bersedia menerima sanki akademik jika ternyata
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Angres Munthe
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn. K Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman: Cemas pada Pasien CHF di RSUP Adam Malik”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu, dengan sabar menguji dan memberikan saran kepada penulis.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep. Ns, M.Kep, Sp KMB, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumater Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Prodi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.
7. Yang paling saya sayangi, kepada kedua orang tua saya, Bapak T. Munthe dan Ibu M.
Hutasoit dan kakak adik saya yang saya kasihi Lusiana Munthe, Maine Munthe,
Jeremia Munthe, Ronny Munthe, beserta seluruh keluarga yang tidak lelah memberi
motivasi, dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang, serta mendoakan penulis
sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.
8.Teman-teman saya Tafrina Purba, Naomi Munthe, Oni Sitanggang, Diniya Lubis,
Veny Ines Tinambunan, Predi Simanullang dan seluruh teman-teman mahasiswa
Angres Munthe
Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................3
1.3 Manfaat..................................................................................................4
Bab II Pengelolaan Kasus
2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman
2.1.1 Definisi Aman Nyaman…………...............................................5
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aman Nyaman………….....6
2.2 Konsep Dasar Cemas
2.2.1 Definisi Cemas……………………………………………….....7
2.2.2 Etiologi Cemas….........................................................................8
2.2.3 Tingkatan Cemas……................................................................10
2.2.4 Mekanisme Koping untuk Mengatasi Cemas………………….15
2.3 Konsep Dasar CHF
2.3.1 Definisi CHF…………………………………………………..16
2.3.2 Etiologi CHF…………………………………………………..16
2.3.3 Klasifikasi CHF………………………………………………..17
2.3.4 Manifestasi Klinik……………………………………………..18
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang………………………………………..19
2.3.6 Penatalaksanaan……………………………………………….20
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian……………………………………………………..21
2.4.2 Analisa Data…………………………………………………...22
2.4.3 Rumusan Masalah……………………………………………..23
2.4.4 Perencanaan……………………………………………………24
2.5 Asuhan Keperawatan Kasus
2.5.1 Pengkajian……………………………………………………..26
2.5.2 Analisa Data………………………………………………..….38
2.5.3 Rumusan Masalah……………………………………………..38
PENDAHULUAN
kesehatan pada tahun 2013 prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter di
Indonesia didapati 0,13%, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3%.
Berdasarkan hasil pencatatan rumah sakit ditahun 2007 pada Sistem Informasi rumah
sakit menunjukkan case fatality rate tertinggi pada gagal jantung sebesar 13,42%.
nya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut
data WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal jantung mempengaruhi lebih dari
20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan usia dan sekitar 6-10% lebih
banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi
peningkatan penderita gagal jantung mencapai 23 juta jiwa didunia.Gagal jantung juga
menjadi masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara
kecemasan. Pada pasien yang didiagnosa mengalami penyakit CHF akan timbul rasa
ketegangan meningkat. Tanda-tanda vital (nadi, pernapasan dan tekanan darah) akan
naik dan bahkan pasien juga bisa merasakan ketakutan. Para pasien mengekspresikan
ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi
berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai adanya kekhawatiran karena
tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow &
Durand, 2006). Kecemasan sangat menganggu homeostatis dan fungsi individu, karena
itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).
pemenuhan kebutuhan aman nyaman. Dimana penderita CHF akan merasa khawatir
akan keadaannya, gelisah karena selalu memikirkan penyakitnya. Bahkan pasien dapat
merasa ketakutan karena takut penyakitnya akan merenggut nyawanya. Kebutuhan akan
oksigen juga dapat mengganggu kenyamanan pada pasien CHF, karena pasien CHF
dipersepsikan berbeda pada setiap orang.Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa
nyaman bila tidak ada gangguan dalam hidupnya.Dalam konteks keperawatan, perawat
harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.Gangguan rasa nyaman yang dialami
ketidaknyamanan yang dihadapi klien adalah cemas (Potter & Perry, 2001).
Pasien gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan depresi.Hampir semua
pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika rusak maka
pasien sering memiliki ketakutan yang berlebihan karena cacat permanen dan kematian
memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998).Saat ini Congestive Hearth
Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya
kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung yang
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami CHF dengan
kecemasan.
Manfaat
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan
c. Bagi penulis
PENGELOLAAN KASUS
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) mengungkapkan kenyamanan/ rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan trasenden (keadaan tentang suatu yang
melebihi masalah). Kenyamanan mesti dipandang secara holistic yang mencakup empat
aspek yaitu:
a. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan.
b. Status Mobilisasi
d. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang
penyakit.
e. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi,
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan
kecelakaan.
sebelumnya.
i. Status Nutrisi
j. Usia
k. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri
l. Kebudayaan
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.
Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan
terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak
takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala
bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David A.
Tomb, 1993).
Respons yang timbul cemas yaitu khawatir, gelisah tidak tenang dan dapat
disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut
mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami.Kapasitas cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan
a. Peristiwa traumatic
kejiwaan. Bila terjadi kurang dari satu bulan disebut reaksi stress akut. Namun
bila terjadi lebih dari satu bulan disebut gangguan stress pasca trauma.
b. Konflik emosional
baik.Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
d. Frustasi
Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
h. Medikasi
2. Faktor Presipitasi
yang meliputi, sumber internal dan eksternal. Sumber internal, meliputi kegagalan
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber onternal dan eksternal. Sumber
Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa baik
ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panic.
1. Cemas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
melindungi diri sendiri. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari cemas ringan adalah
sebagai berikut:
e. Rajin e. Mempertimbangkan
informasi.
f. Tingkat pembelajaran
informal.
f. Kewaspadaan dan
ketegangan
meningkat.
g. Sering berkemih,
punggung.
respons takut dan distress. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari ansietas berat
berteriak. h. Egosentris.
i. Meremas tangan,
gemetar.
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
j. Mengharapkan hasil
yang buruk.
k. Kaget, takut.
l. Lelah.
terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk mengatasi
cemas ringan cenderung tetap dominan ketika cemas menghebat. Cemas tingkat sering
ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat cemas sedang dan berat
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk
berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas maka mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptive terhadap stres.
2.3.1Defenisi CHF
CHF adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelaina struktur
atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
CHF adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan (Price & Wilson, 2005).
respon mekanis.
g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi
ventrikel kanan.
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa dan beberapa jam.
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara
adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal
jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel
kiri.Gagal jantung kana juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri
pulmonary primer.
1. Derajat 1: Tanpa keluhan, anda masih bisa melakuikan aktifitas fisik sehari-hari tanpa
3. Derajat 3: Sedang, aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas,
4. Derajat 4: Berat, tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktifitas walaupun
aktifitas ringan.
(Nanda, 2016).
2. Kongesti jaringan
3. Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan sesak
nafas.
4. Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum
hepatojugular.
2. Kriteria Minor. Edema ekstremitas, batuk malam hari, dipnea d’effort, hepatomegali,
efusi pleura, penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal, takikardia (>120/menit).
pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/ struktur katup, atau area penurunan
kontraktilitas ventrikuler.
4. Kateterisasi jantung pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10mmHg atau
dilatasi atau hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
terapi diuretic.
8. Oksimetri nadi saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
9. AGD Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau
10. BUN dan kreatinin peningkatan BUN menunjukkan penurunab fungsi ginjal.
jantung dan kontraktilitas miokard dan menurunkan retensi garam dan air
1. Tirah baring untuk gagal jantung kongestif tahap akut dan sulit disembuhkan.
menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung dan menghilangkan ansietas.
sirkulasi sentral, menurunakn aliran balik vena dan tekanan pengisian serta
sebaliknya.
5. Terapi nitrit obat utama untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload..
2.4.1 Pengkajian
usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluh, akurat,
A. Faktor predisposisi:
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide,
seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super
• Teori Interpersonal
dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat.
• Teori Perilaku
• Kajian Biologis
B. Faktor Presipitasi
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
C. Perilaku
secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari ansietas. Identitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas.
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang
serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry,
2005).
komunitas, terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial, atau proses
tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
2.4.4 Perencanaan
Tindakan keperawatan
Jadi pendengar yang baik, hangat dan responsif.Beri waktu yang cukup pada klien
klien latihan relaksasi untuk mengingat control dan rasa percaya diri.
2. Latihan relaksasi:
Tujuan tindakan untuk klien: Klien mampu memiliki pola nafas yang efektif.
Tindakan keperawatan
2.5.1 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Ruangan/kamar : CVCU
Golongan darah :O
Tanggal operasi :-
A. Propocative/Palliative
B. Quantitiy/Quality.
2. Bagaimana dilihat: Klien terlihat murung dan diam. Klien tampak gelisah,
tegang.
C. Severity
Keluarga klien mengatakan Tn. K merasa khawatir dengan kondisinya saat ini.
4. Alergi
1. Orang tua
2. Saudara kandung
yang serius.
3. Penyakit keturanan
jiwa.
Diabetes Melitus.
6. Penyebab meninggal
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
b. Ideal diri
c. Harga diri
Klien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah untuk ketiga orang anaknya.
e. Identitas diri.
Klien mengatakan kalau dirinya seorang kepala keluarga sudah tidak mampu
keluarganya.
2.Hubungan Sosial
adalah istri dan anaknya karena mereka selalu setia menemani, merawat
dan menjaganya.
keluarga
3. Spiritual
b. Kegiatan ibadah
b. Tingkah laku. Klien selalu memikirkan penyakitnya dan bahkan klien pun
d. Mood dan Afek. Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu
e. Proses pikir. Klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah
mengalami kematian.
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
Pernapasan : 40 kali/menit
Temperatur : 36,5oC
BB : 50 kg
TB : 150 cm
lurus
b. Wajah
c. Mata
pasien.
d. Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi: Tulang hidung simetris dan posisi
septum,ditengah.
pasien.
baik.
Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan pada gusi dan gigi pasien.
g. Leher
h. Pemeriksaan integumen
Klien berkeringat terlihat di telapak tangan klien, dahi klien dan teraba dingin.
i. Pemeriksaan thoraks/dada
j. Pemeriksaan abdomen
k. Pemeriksaan jantung
sinistra.
m. Pemeriksaan neurologi
1. Nervus Olfaktorius (N I)
(N VI)
4. Nervus Trigeminus (N V)
Pasien dapat menggangkat kedua bahu bersamaan dan tetapi tidak dapat
kekanan dan kekiri dan dapat menahan tekanan yang diberikan kepada
klien.
Pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat mengerakkan lidah kesegala arah.
n. Fungsi motorik
o. Fungsi sensorik
tumpul.
Tes panas dingin : Pasien dapat membedakan rasa panas dan rasa dingin.
f. Waktu pemberian makan : Waktu pemberikan makan pasien pagi pukul 7.00 WIB,
g. Jumlah dan jenis makan : Jumlah makanan 5-6 sendok makan jenis makanan
nasi bubur
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan terlihat pendek dan
bersih
3. Pola kegiatan/aktivitas
Pasien mandi dengan bantuan total dari perawat dan keluarga. Pada saat
makan pasien butuh bantuan keluarga yaitu disuapi oleh istrinya. Pada
saat eliminasi urine pasien menggunakan kateter urin. Pada saat ganti
X. POLA ELIMINASI
a. BAB
Riwayat perdarahan :-
b. BAK
2. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelabihan retensi air, K,
NO DATA Masalah
keadaannya.
TD: 140/90
HR: 100x/menit.
RR: 40x/menit.
kecemasannya.
Kriteria Hasil:
b. Mengidentifikasi jenis
kecemasan klien.
c. Mengajarkan klien
teknik relaksasi.
klien. kecemasannya.
b. Melatih klien
mengontrol cemas.
mengerutkan otot-otot.
c. Menganjurkan klien
melakukan teknik
tersebut saat
merasakan cemas.
mengendalikan
kecemasan dengan
melakukan teknik
hypnosis 5 jari.
perlahan-lahan.
rasakan ketegangan
menghempaskan secara
perlahan.
bapak.
ke jari kellingking,
bayangkan
PENUTUP
KESIMPULAN
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih
banyak terjadi.Semua orang juga tentunya pernah mengalami ansietas atau kecemasan,
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang
SARAN
memberikan dampak yang positif dan juga negatif.Jiwa dan diri anda sangatlah
berharga.
Medika.
Mediaction Jogja.
Perry dan Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ransun, D, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping pada
www.depkes.go.id>download>general.
CATATAN PERKEMBANGAN
dengan klien.
HR: 90x/menit
RR: 26x/menit.
P: Intervensi dilanjutkan.
kecemasannya.
baik.
TD:130/80 mmHg
HR: 84x/menit
RR: 26x/menit
A: Klien mampu
kecemasan.
P: Intervensi dilanjutkan.
P: Intervensi dihentikan.