Anda di halaman 1dari 55

Asuhan Keperawatan Tn.

K Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Cemas
pada Pasien CHFdi RSUP
Adam Malik

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi D-III Keperawatan

Oleh
Angres Munthe
142500097

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Angres Munthe

Nim : 142500097

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Tn. K Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Cemas pada
Pasien CHF di RSUP Adam Malik” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam
pengujian substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah dianjurkan kepada
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan
dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan atau
paksaan dari pihak manapun serta bersedia menerima sanki akademik jika ternyata
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Juli 2017

Angres Munthe

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn. K Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman: Cemas pada Pasien CHF di RSUP Adam Malik”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan
arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu, dengan sabar menguji dan memberikan saran kepada penulis.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep. Ns, M.Kep, Sp KMB, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Keperawatan Universitas Sumater Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Prodi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.
7. Yang paling saya sayangi, kepada kedua orang tua saya, Bapak T. Munthe dan Ibu M.
Hutasoit dan kakak adik saya yang saya kasihi Lusiana Munthe, Maine Munthe,
Jeremia Munthe, Ronny Munthe, beserta seluruh keluarga yang tidak lelah memberi
motivasi, dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang, serta mendoakan penulis
sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.
8.Teman-teman saya Tafrina Purba, Naomi Munthe, Oni Sitanggang, Diniya Lubis,
Veny Ines Tinambunan, Predi Simanullang dan seluruh teman-teman mahasiswa

Universitas Sumatera Utara


Program studi DIII Keperawatan stambuk 2014 yang telah mendukung dan memberi
motivasi selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman satu bimbingan dengan saya Meriana. Desy Sitanggang, Fiqih, yang
selalu memberikan dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna.Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.Harapan penulis semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2017

Angres Munthe

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................3
1.3 Manfaat..................................................................................................4
Bab II Pengelolaan Kasus
2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman
2.1.1 Definisi Aman Nyaman…………...............................................5
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aman Nyaman………….....6
2.2 Konsep Dasar Cemas
2.2.1 Definisi Cemas……………………………………………….....7
2.2.2 Etiologi Cemas….........................................................................8
2.2.3 Tingkatan Cemas……................................................................10
2.2.4 Mekanisme Koping untuk Mengatasi Cemas………………….15
2.3 Konsep Dasar CHF
2.3.1 Definisi CHF…………………………………………………..16
2.3.2 Etiologi CHF…………………………………………………..16
2.3.3 Klasifikasi CHF………………………………………………..17
2.3.4 Manifestasi Klinik……………………………………………..18
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang………………………………………..19
2.3.6 Penatalaksanaan……………………………………………….20
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian……………………………………………………..21
2.4.2 Analisa Data…………………………………………………...22
2.4.3 Rumusan Masalah……………………………………………..23
2.4.4 Perencanaan……………………………………………………24
2.5 Asuhan Keperawatan Kasus
2.5.1 Pengkajian……………………………………………………..26
2.5.2 Analisa Data………………………………………………..….38
2.5.3 Rumusan Masalah……………………………………………..38

Universitas Sumatera Utara


2.5.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional………………………39
2.5.5 Implementasi dan Evaluasi…………………………………….41
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan..........................................................................................46
3.2 Saran.....................................................................................................46
Daftar Pustaka......................................................................................................47
Lampiran

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut riset kesehatan dasar (RISKESDAS) yang dikeluarkan oleh kementrian

kesehatan pada tahun 2013 prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dokter di

Indonesia didapati 0,13%, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3%.

Berdasarkan hasil pencatatan rumah sakit ditahun 2007 pada Sistem Informasi rumah

sakit menunjukkan case fatality rate tertinggi pada gagal jantung sebesar 13,42%.

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk didalam-

nya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut

data WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal jantung mempengaruhi lebih dari

20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan usia dan sekitar 6-10% lebih

banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi

peningkatan penderita gagal jantung mencapai 23 juta jiwa didunia.Gagal jantung juga

menjadi masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara

berkembang seperti Indonesia.

Seseorang yang sedang mengidap penyakit tertentu, biasanya akan merasakan

kecemasan. Pada pasien yang didiagnosa mengalami penyakit CHF akan timbul rasa

seperti tidak nyaman, mudah tersinggung, mulai berkeringat, kewaspadaan dan

ketegangan meningkat. Tanda-tanda vital (nadi, pernapasan dan tekanan darah) akan

naik dan bahkan pasien juga bisa merasakan ketakutan. Para pasien mengekspresikan

ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi

dan memungkiri kenyataan (Black & Hwaks, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang

berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai adanya kekhawatiran karena

tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow &

Durand, 2006). Kecemasan sangat menganggu homeostatis dan fungsi individu, karena

itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).

Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar.Diperkirakan 20% dari populasi dunia

menderita kecemasan (Gail, 2002).

Seseorang yang menderita CHF cenderung mengalami gangguan dalam

pemenuhan kebutuhan aman nyaman. Dimana penderita CHF akan merasa khawatir

akan keadaannya, gelisah karena selalu memikirkan penyakitnya. Bahkan pasien dapat

merasa ketakutan karena takut penyakitnya akan merenggut nyawanya. Kebutuhan akan

oksigen juga dapat mengganggu kenyamanan pada pasien CHF, karena pasien CHF

cenderung mengalami sesak nafas (Videbeck, 2008).

Setiap individu membutuhkan rasa aman nyaman.Kebutuhan rasa nyaman ini

dipersepsikan berbeda pada setiap orang.Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa

nyaman bila tidak ada gangguan dalam hidupnya.Dalam konteks keperawatan, perawat

harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.Gangguan rasa nyaman yang dialami

klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.Salah satu kondisi

ketidaknyamanan yang dihadapi klien adalah cemas (Potter & Perry, 2001).

Pasien gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan depresi.Hampir semua

pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika rusak maka

kesehatan terancam.Ketika penyakitnya meningkat dan manifestasinya memburuk,

pasien sering memiliki ketakutan yang berlebihan karena cacat permanen dan kematian

(Djoni Ransun, dkk, 2013).

Universitas Sumatera Utara


CHF (Congestive Hearth Failure) adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998).Saat ini Congestive Hearth

Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya

penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko

kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung yang

ringan akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami CHF dengan

gangguan rasa aman nyaman: cemas di RSUP Adam Malik.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. K dengan kecemasan.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. K dengan kecemasan.

c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. K dengan

kecemasan.

d. Mampu melakukan implementasi pada Tn. K dengan kecemasan.

e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. K dengan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara


1.3 MANFAAT

Manfaat

a. Bagi institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan

praktek pelayanan keperawatan khususnya pada klien kecemasan.

b. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan

keperawatan gangguan rasa aman nyaman: cemas pada pasien CHF.

c. Bagi penulis

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

khususnya di bidang kejiwaan pada pasien cemas.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman

2.1.1 Defenisi Aman Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga

keadaan aman dan tentram (Potter & perry, 2006).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang

tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya

(Carpenito, Linda Jual, 2000).

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) mengungkapkan kenyamanan/ rasa

nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-

hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan trasenden (keadaan tentang suatu yang

melebihi masalah). Kenyamanan mesti dipandang secara holistic yang mencakup empat

aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan social.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang

meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia

seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsure alamiah lainnya.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

Universitas Sumatera Utara


(Yusuf, 2005).

a. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan

dan kenyamanan.

b. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun

memudahkan terjadinya resiko injury.

c. Gangguan Persepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan

penciuman dan penglihatan.

d. Keadaan Imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang

penyakit.

e. Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi,

dan kurang tidur.

f. Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan

kecelakaan.

g. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi

sebelumnya.

h. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

i. Status Nutrisi

Universitas Sumatera Utara


Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan

penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.

j. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan

lansiamempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

k. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri

dan tingkat kenyamanannya.

l. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri

dan tingkat kenyamanan yang mereka punyai.

2.2 Konsep Dasar Cemas

2.2.1 Definisi Cemas

Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.

Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan

terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak

pasti dan berdaya (Kusumawati & Hartono, 2010).

Cemas berbeda dengan gangguan cemas.Ansietas (cemas) adalah suatu perasaan

takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala

fisiologis, sedangkan pada gangguan cemas terkandung unsur penderitaan yang

bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David A.

Tomb, 1993).

Respons yang timbul cemas yaitu khawatir, gelisah tidak tenang dan dapat

disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

Universitas Sumatera Utara


dalam hubungan interpersonal.Cemas berbeda dengan rasa takut yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.Cemas adalah respon emosional

terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut

mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami.Kapasitas cemas diperlukan untuk

bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan

(Riyadi & Purwanto, 2009).

2.2.2 Etiologi Cemas

Pembagian etiologi cemas (Kusumawati & Hartono, 2010)

1. Faktor Predisposisi (Pendukung)

Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Peristiwa traumatic

Peristiwa traumatic mengakibatkan korban berisiko besar mengalami gangguan

kejiwaan. Bila terjadi kurang dari satu bulan disebut reaksi stress akut. Namun

bila terjadi lebih dari satu bulan disebut gangguan stress pasca trauma.

b. Konflik emosional

Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan

baik.Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat

menimbulkan kecemasan pada individu.

c. Gangguan konsep diri

Konsep diri yang terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

d. Frustasi

Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan

yang berdampak terhadap ego.

Universitas Sumatera Utara


e. Gangguan fisik

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman

terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

f. Pola mekanisme koping keluarga

Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan

mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena

pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

g. Riwayat gangguan kecemasan

Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons

individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

h. Medikasi

Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan

neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktifitas

neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2. Faktor Presipitasi

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

yang meliputi, sumber internal dan eksternal. Sumber internal, meliputi kegagalan

mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis

normal (misalnya: hamil). Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi

virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber onternal dan eksternal. Sumber

internal adalah kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat

kerja, penyesuaian terhadap peran baru.Berbagai ancaman terhadap integritas fisik

Universitas Sumatera Utara


juga dapat mengancam harga diri.Sumber eksternal adalah kehilangan orang yang

dicintai, perceraian, tekanan kelompok, social budaya.

2.2.3 Tingkatan Cemas

Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,

yang bergantung pada tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa baik

individu melakukan koping terhadap cemas.Menurut Peplau dalam (Videbeck, 2008)

ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan

panic.

1. Cemas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan

perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan

perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan

melindungi diri sendiri. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari cemas ringan adalah

sebagai berikut:

Respon Fisik Respon Kognitif Respons emosional

a. Ketegangan otot a. Lapang persepsi luas a. Perilaku otomatis.

ringan. b. Terlihat tenang, percaya b. Sedikit tidak sadar.

b. Sadar akan diri. c. Aktivitas menyendiri.

lingkungan. c. Perasaan gagal sedikit. d. Terstimulasi.

c. Rileks atau sedikit d. Waspada dan e. Tenang.

gelisah. memperhatikan banyak

d. Penuh perhatian. hal.

e. Rajin e. Mempertimbangkan

informasi.

f. Tingkat pembelajaran

informal.

Universitas Sumatera Utara


2. Cemas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang

benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut (Videbeck,

2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:

Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

a. Ketegangan otot a. Lapang persepsi a. Tidak nyaman.

sedang. menurun. b. Mudah tersinggung.

b. Tanda-tanda vital b. Tidak perhatian secara c. Kepercayaan diri

meningkat. selektif. goyah.

c. Pupil dilatasi, mulai c. Fokus terhadap d. Tidak sabar.

Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

berkeringat. stimulus meningkat. e. Gembira.

d. Sering mondar- d. Rentang perhatian

mandir, memukul menurun.

tangan. e. Penyelesaian masalah

e. Suara berubah: menurun.

bergetar, nada suara f. Pembelajaran terjadi

tinggi. dengan memfokuskan.

f. Kewaspadaan dan

ketegangan

meningkat.

g. Sering berkemih,

sakit kepala, pola

tidur berubah, nyeri

punggung.

Universitas Sumatera Utara


3. Cemas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan

respons takut dan distress. Menurut (Videbeck, 2008), respons dari ansietas berat

adalah sebagai berikut:

Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

a. Ketegangan otot a. Lapang persepsi a. Sangat cemas.

berat. terbatas. b. Agitasi.

b. Hiperventilasi. b. Proses berpikir c. Takut.

c. Kontak mata buruk. terpecah-pecah. d. Bingung.

d. Pengeluaran c. Sulit berpikir. e. Merasa tidak

Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

keringat meningkat. d. Penyelesaian masalah adekuat.

e. Bicara cepat, nada buruk. f. Menarik diri.

suara tinggi. e. Tidak mampu g. Penyangkalan.

f. Tindakan tanpa mempertimbangkan h. Ingin bebas.

tujuan dan informasi.

serampangan. f. Hanya memerhatikan

g. Rahang menegang, ancaman.

mengertakan gigi. g. Preokupasi dengan

h. Mondar-mandir, pikiran sendiri.

berteriak. h. Egosentris.

i. Meremas tangan,

gemetar.

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya

control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut

(Videbeck, 2008), respons dari panik adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

a. Flight, fight, atau a. Persepsi sangat sempit. a. Merasa terbebani.

freeze. b. Pikiran tidak logis, b. Merasa tidak

b. Ketegangan otot terganggu. mampu, tidak

sangat berat. c. Kepribadian kacau. berdaya.

c. Agitasi motorik d. Tidak dapat c. Lepas kendali.

kasar. menyelesaikan masalah. d. Mengamuk, putus

d. Pupil dilatasi e. Fokus pada pikiran asa

.Respons Fisik Respons Kognitif Respons Emosional

e. Tanda-tanda vital sendiri. e. Marah, sangat takut

f. Tidak dapat tidur. f. Tidak rasional. f. Menghasilkan hasil

g. Hormon stress dan g. Sulit memahami yang buruk.

neurotransmitter stimulus eksternal. g. Kaget, takut.

berkurang. h. Halusinasi, waham, ilusi h. Mengharapkan

h. Wajah menyeringai, mungkin terjadi. hasil yang buruk.

mulut ternganga. i. Marah, sangat takut.

j. Mengharapkan hasil

yang buruk.

k. Kaget, takut.

l. Lelah.

Gambar berikut adalah rentang respon cemas:

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Mekanisme Koping untuk Mengatasi Cemas.

Menurut (Riyadi & Purwanto, 2009) ketika mengalami cemas, individu

menggunakann berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan

ketidakmampuan mengatasi cemas secara kontruktif merupakan penyebab utama

terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk mengatasi

cemas ringan cenderung tetap dominan ketika cemas menghebat. Cemas tingkat sering

ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat cemas sedang dan berat

menimbulkan dua jenis mekanisme koping:

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada

tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis.

a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah, menghilangkan atau mengatasi

hambatan pemenuhan fisik.

b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk

memindahkan seseorang dari sumber stress.

c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,

mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

Universitas Sumatera Utara


2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi cemas ringan dan sedang tetapi jika

berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi

realitas maka mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptive terhadap stres.

2.3 Konsep Dasar CHF

2.3.1Defenisi CHF

CHF adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak

nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelaina struktur

atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang

mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolic)

dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)

(Sudoyo dkk, 2009).

CHF adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu

memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism jaringan (Price & Wilson, 2005).

2.3.2 Etiologi CHF

Mekanisme fisiologi yang menyebabkan gagal jantung menurut (Faqih,

2007)mencakup keadaan-keadaan yang :

a. Meningkatkan preload : regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel.

b. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hipertensi sistemik.

c. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati.

d. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup atrioventrikuler,

perikarditifekonstriktif, tamponade jantung.

e. Gangguan sirkulasi : aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang memulai

respon mekanis.

Universitas Sumatera Utara


f. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung

untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat.

g. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi

ventrikel kanan.

2.3.3 Klasifikasi CHF

Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala (Morton, 2012).

1. Gagal jantung akut

Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa dan beberapa jam.

2. Gagal jantung kronik

Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan

menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya:

1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau

mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikasikan menjadi

disfungsi sistolik dan diastolic.

2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara

adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal

jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel

kiri.Gagal jantung kana juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri

pulmonary primer.

Klasifikasi gagal jantung menurut derajat sakitnya:

1. Derajat 1: Tanpa keluhan, anda masih bisa melakuikan aktifitas fisik sehari-hari tanpa

disertai kelelahan ataupun sesak nafas.

Universitas Sumatera Utara


2. Derajat 2: Ringan, aktifitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas,

tetapi jika aktifitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang.

3. Derajat 3: Sedang, aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas,

tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentika.

4. Derajat 4: Berat, tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat

istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktifitas walaupun

aktifitas ringan.

(Nanda, 2016).

2.3.4 Manifestasi Klinik

1. Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)

2. Kongesti jaringan

3. Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan sesak

nafas.

4. Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum

dan penambahan berat badan.

5. Penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan,

intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.

Menurut (Sudoyo, dkk2009)

1. Kriteria Major. Paroksimalnocturnal dispnea, distensi vena leher, ronki paru,

kardiomegali,edema paru akut, gallop S3. Peninggian vena jugularis, refluks

hepatojugular.

2. Kriteria Minor. Edema ekstremitas, batuk malam hari, dipnea d’effort, hepatomegali,

efusi pleura, penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal, takikardia (>120/menit).

3. Major atau Minor. Penurunan BB> 4.5 kg dalam 5 hari pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


2.3.5 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Bararah & Taqiyyah, 2013) adalah :

1.EKG dapat ditemukan kelainan primer jantung(iskemik, hipertrofi ventrikel,gangguan

irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut(infark miokard, emboli paru).

2. Scan jantung tindakan penyutikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.

3. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple) dapat menunjukkan dimensi

pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/ struktur katup, atau area penurunan

kontraktilitas ventrikuler.

4. Kateterisasi jantung pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10mmHg atau

pulmonary arterial wedge pressure >12mmHg dalam keadaan istirahat. Curah

jantung lebih rendah dari 2,71/menit/m2 luas permukaan tubuh.

5. Rongent dada dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan

dilatasi atau hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.

6. Enzim hepar meningkat dalam gagal/ kongestif hepar.

7. Elektrolit mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,

terapi diuretic.

8. Oksimetri nadi saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung

kongestif akut menjadi kronis.

9. AGD Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau

hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

10. BUN dan kreatinin peningkatan BUN menunjukkan penurunab fungsi ginjal.

Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

11. Pemeriksaan tiroid peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitasi

tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung.

Universitas Sumatera Utara


2.3.6 Penatalaksanaan

Penatalakasanan bertujuan untuk menurunkan kerja jantung meningkatkan curah

jantung dan kontraktilitas miokard dan menurunkan retensi garam dan air

penatalaksanan meliputi: (Aspani & Renny, 2015)

1. Tirah baring untuk gagal jantung kongestif tahap akut dan sulit disembuhkan.

2. Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung.

3. Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut, vaspodilatasi perifer,

menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung dan menghilangkan ansietas.

4. Reduksi volume darah sirkulasi untuk memindahkan volume darah dari

sirkulasi sentral, menurunakn aliran balik vena dan tekanan pengisian serta

sebaliknya.

menciptakan masalah hemodinamik dengan segera, dengan metode plebotomi.

5. Terapi nitrit obat utama untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload..

6. Terapi digitalis untuk meningkatkan kontraktilitas inotropik memperlambat frekuensi

ventrikel, peningkatan efisiensi jantunh.

7. Inotropik Positif diberikan dopamine dan dobutamin.

8. Dengan konterpulasi balon intraaorta atau pompa PBIA.

2.4. Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yaitu

usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi

pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluh, akurat,

singkat dan berkesinambungan (Muttaqin,2009).

A. Faktor predisposisi:

Universitas Sumatera Utara


• Teori Psikoanalitik

Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide,

ego, dan super ego.

Ide melambangkan dorongan insting dan impuls primitive.Super ego

mencerminkan hatinurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super

ego.Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang

perlu segera diatasi.

• Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan juga

dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.Individu

dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat.

• Teori Perilaku

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

• Kajian Biologis

Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.

B. Faktor Presipitasi

Bersumber dari eksternal dan internal seperti:

Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari.

Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan

integritas fungsi social.

C. Perilaku

Universitas Sumatera Utara


Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku

secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya

mempertahankan diri dari ansietas. Identitas perilaku akan meningkat sejalan dengan

peningkatan ansietas.

(Dalami dkk, 2009).

2.4.2 Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan

klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil

konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang

perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya

serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry,

2005).

2.4.3 Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga

komunitas, terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial, atau proses

kehidupan (Potter, 2005).

NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik

tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau

potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.Semua diagnosa keperawatan harus

didukung oleh data dimana menurut NANDA diartikan sebagai definisi

karakteristik.Definisi karakteristik dinamakan tanda dan gejala.Tanda dan gejala adalah

Universitas Sumatera Utara


sesuatu yang dirasakan klien.Masalah yang mungkin muncul pada Tn. K adalah

kecemasan dan pola nafas tidak efektif.

2.4.4 Perencanaan

(Dalami Ernawati, dkk, 2010).

1. Tindakan keperawatan untuk klien adalah sebagai berikut:

Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:

a. Klien mampu menjalin hubungan saling percaya.

b. Klien mampu mengenali cemasnya.

c. Klien mampu memperluas kesadarannya terhadap perkembangan cemas.

d. Klien mampu menggunakan tekhnik relaksasi.

Tindakan keperawatan

a. Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya.

Jadi pendengar yang baik, hangat dan responsif.Beri waktu yang cukup pada klien

untuk berespon.Beri dukungan pada klien mengekspresikan dirinya.

b. Membantu dirinya untuk mengenal ansietasnya.

Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya.Kaitkan


perilaku klien dengan perasaannya. Validasi kesimpulan dan asumsi klien.
c. Memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas.
Bantu klien menjelaskan situasi dan interaksi yang mendahului

ansietas.Bersama klien tinjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang

dapat mengancam dan menimbulkan konflik.Kaitkan pengalaman sekarang

dengan pengalaman masa lalu klien yang relevan.

d. Meningkatkan respon relaksasi.

Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat ansietas klien. Ajarkan

klien latihan relaksasi untuk mengingat control dan rasa percaya diri.

Universitas Sumatera Utara


1. Pengalihan situasi

2. Latihan relaksasi:

a. Tarik napas dalam

b. Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot

3. Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)

2. Tindakan keperawatan pada pasien pola nafas tidak efektif.

Tujuan tindakan untuk klien: Klien mampu memiliki pola nafas yang efektif.

Tindakan keperawatan

a. Monitor keadaan pernafasan, dan frekuensi serta ekspansi dada.

b. Monitor respirasi dan status O2.

c. Monitor TD, nadi, suhu, dan pernafasan.

d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.

f. Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA.

Universitas Sumatera Utara


2.5 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

2.5.1 Pengkajian

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 52 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun V, Kec. Air Putih, Kab. Batu Bara.

Tanggal masuk RS : 22 Januari 2017

No. register : 02.03.01.201700001487.001

Ruangan/kamar : CVCU

Golongan darah :O

Tanggal pengkajian : 3 Mei 2017

Tanggal operasi :-

Diagnose medis : CHF

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan nyeri di hati dan panas di ulu hati.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Propocative/Palliative

Universitas Sumatera Utara


1. Apa penyebabnya: Klien sering memikirkan tentang kesehatannya yang

semakin parah yang dapat merenggut nyawanya.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan: Keluarga yang mendampingi

menyemangati dan menghibur klien.

B. Quantitiy/Quality.

1. Bagaimana dirasakan: Keluarga klien mengatakan Tn. K masih sering terlihat

murung dan kadang tidak mau berbicara.Klien mengatakan tidak nyaman

dank lien mengatakan merasa cemas dengan penyakitnya.

2. Bagaimana dilihat: Klien terlihat murung dan diam. Klien tampak gelisah,

berkeringat, klien selal bertanya tentang penyakitnya, ekspresi wajah tampak

tegang.

C. Severity

Keluarga klien mengatakan Tn. K merasa khawatir dengan kondisinya saat ini.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi.

2. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan

Pasien mengatakan sudah pernah berobat ke Rumah Sakit.

3. Pernah dirawat atau pernah dioperasi

Pasien mengatakan belum pernah dioperasi.

4. Alergi

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi

Universitas Sumatera Utara


V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Orang tua

Pasien mengatakan orang tua klien memiliki penyakit Diabetes Melitus.

2. Saudara kandung

Pasien mengatakan saudara kandung pasien tidak pernah mengalami penyakit

yang serius.

3. Penyakit keturanan

Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga

4. Anggota keluarga yang menggalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa.

5. Anggota keluarga yang meninggal

Pasien mengatakan ibu kandung sudah meninggal di sebabkan penyakit

Diabetes Melitus.

6. Penyebab meninggal

Pasien mengatakan ibunya meninggal dikarenakan sakit DM.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

1. Konsep Diri

a. Gambaran diri

Klien kurang menerima kondisinya saat ini.

b. Ideal diri

Klien mengatakan sudah gagal menjadi kepala keluarga.

c. Harga diri

Klien mengatakan tidak menerima keadaannya sekarang.

Universitas Sumatera Utara


d. Peran diri

Klien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah untuk ketiga orang anaknya.

e. Identitas diri.

Klien mengatakan kalau dirinya seorang kepala keluarga sudah tidak mampu

melakukan apa-apa dan berfikir kalau dirinya hanya dapat menyusahkan

keluarganya.

2.Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti

Pasien mengatakan orang yang berarti dan berpegaruh dalam hidupnya

adalah istri dan anaknya karena mereka selalu setia menemani, merawat

dan menjaganya.

b. Hubungan dengan keluarga

Pasien mengatakan ia memiliki hubungan yang baik dengan semua

keluarga

c. Hubungan dengan orang lain.

Pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan orang lain

d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Pasien mengatakan ia tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan

dan berinteraksi dengan orang lain

3. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Pasien beragama islam, dalam kehidupan sehari-hari pasien mengikuti

nilai dan keyakinan yang sesuai dengan agama

b. Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan selama sakit pasien jarang beribadah (sholat).

Universitas Sumatera Utara


VII. STATUS MENTAL DAN EMOSI

a. Penampilan. Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.

b. Tingkah laku. Klien selalu memikirkan penyakitnya dan bahkan klien pun

menanyakan tentang kematiannya.

c. Pola komunikasi. Dalam berkomunikasi kalien lebih sering diam.

d. Mood dan Afek. Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu

mengeluh akan keadaannya.

e. Proses pikir. Klien selalu memikirkan tentang apa yang akan dialaminya setelah

mengalami kematian.

f. Persepsi. Klien mengalami penurunan perhatian.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Pasien tampak lemas dan cemas, pasien juga terlihat gelisah.

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Pernapasan : 40 kali/menit

Nadi : 100 kali/menit

Temperatur : 36,5oC

BB : 50 kg

TB : 150 cm

3. Pemeriksaan head to toe

a. Kepala dan rambut

Bentuk : Bulat dan simetris.

Kulit kepala :Kulit kepala pasien bersih..

Universitas Sumatera Utara


Penyebaran rambut :Penyebaran rambut merata di kepala, rambut

lurus

Bau : Rambut pasien tidak berbau.

Warna rambut : Warna rambut klien berwarna hitam.

b. Wajah

Warna kulit : Warna kulit pasien normal.

Struktur wajah : Struktur wajah simetris.

c. Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan : Struktur mata pasien lengkap dan simetris

antara mata kanan dan mata kiri.

Palpebra : Tidak ada edema pada palpebra.

Konjungtivadan sclera : Konjungtiva pasien tidak anemis dan sklera

klien berwarna putih.

Pupil : Pupil pasien isikor kanan dan kiri.

Corneadan iris : Tidak terjadi pengapuran katarak pada

mata klien dan tidak ada peradangan pada mata

pasien.

Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan.

d. Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi: Tulang hidung simetris dan posisi

septum,ditengah.

Lubang hidung :Lubang hidung bersih dan simetris.

Cuping hidung : Tidak ada pergerakan cuping hidung pada

pasien.

Universitas Sumatera Utara


e. Telinga

Bentuk telinga : Bentuk telinga pasien normal.

Ukuran telinga :Ukuran telinga pasien simetris kiri dan kanan.

Lubang telinga : Lubang telinga pasien tidak ada kelainan.

Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki ketajaman pendengaran yang

baik.

f. Mulut dan faring

Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab.

Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan pada gusi dan gigi pasien.

Keadaan lidah : Tidak ada kelainan pada lidah pasien.

Orofaring : Tidak ada kelainan orofaring pada pasien.

g. Leher

Posisi trakea : Posisi trakea pasien normal.

Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid.

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis.

Denyut nadi karotis : Denyut nadi karotis pasien teraba.

h. Pemeriksaan integumen

Kebersihan : Kebersihan kulit pasien terjaga.

Kehangatan : Ekstremitas pasien teraba dingin.

Warna : Warna kulit pasien pucat.

Kelembaban : Kelembapan kulit pasien teraba hangat.

Klien berkeringat terlihat di telapak tangan klien, dahi klien dan teraba dingin.

i. Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi thoraks : Normal

Universitas Sumatera Utara


Pernafasan (frekuensi, irama) : 40 x/ menit, cepat

Tanda kesulitan bernafas : Pasien ada sesak.

Suara tambahan : Bunyi ronchi.

j. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi (bentuk,benjolan) : Normal

Auskultasi : Pada saat di auskultasi peristaltic pasien

10x/menit dan tidak ada suara tambahan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

k. Pemeriksaan jantung

Inspeksi : Iktus kordis terlihat di ICS VII linea aksilaris anterior

Palpasi : Iktus Kordis teraba ICS VII linea aksilaris anterior

sinistra.

Perkusi : Batas atas, bawah, kanan dan kiri normal.

Auskultasi :Murmur sistolik di katup mitral grade 3/6. Murmur

diastolic di katup pulmonal grade 3/6.

l. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

Genitalia (rambut pubis)

Rambut pubis : ada

Lubang anus : ada

Kelainan pada anus : tidak ada

m. Pemeriksaan neurologi

1. Nervus Olfaktorius (N I)

Pasien dapat membedakan bau

2. Nervus Optikus (N II)

Universitas Sumatera Utara


Pasien dapat melihat ke segala arah.

3. Nervus Okulomotorius (N III), Nervus Trochlearis (N IV), Nervus Abdusen

(N VI)

Pasien dapat menggerekkan bola mata

4. Nervus Trigeminus (N V)

Pasien dapat merasakan sentuhan di pipi, dagu, dan dahi

5. Nervus Fasialis (N VII)

Pasien dapat menggembungkan kedua pipi

6. Nervus Vestibulocochlearis (N VII)

Pasien tidak dapat berdiri tegak

7. Nervus Glossopharingeus (N IX), Nervus Vagus ( N X)

Pasien dapat menelan.

8. Nervus Asesorius (N XI)

Pasien dapat menggangkat kedua bahu bersamaan dan tetapi tidak dapat

menehan tekanan yang diberikan kepada klien, klien dapat menoleh

kekanan dan kekiri dan dapat menahan tekanan yang diberikan kepada

klien.

9. Nervus Hipoglossus ( N XII)

Pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat mengerakkan lidah kesegala arah.

n. Fungsi motorik

Tidak dilakukan pemeriksaan karena pasien lemas

o. Fungsi sensorik

Tes tajam-tumpul : Pasien dapat membedakan benda tajam dan benda

tumpul.

Tes panas dingin : Pasien dapat membedakan rasa panas dan rasa dingin.

Universitas Sumatera Utara


IX. Pola kebiasaan Sehari-hari

1. Pola makanan dan minuman

a. Frekuensi makanan/hari : 3 kali sehari.

b. Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan tidak selera untuk makan.

c. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan

e. Mual dan muntah : Pasien mengatakan tidak ada mual

f. Waktu pemberian makan : Waktu pemberikan makan pasien pagi pukul 7.00 WIB,

siang pukul 12.00 WIB , dan malam 18.00 WIB

g. Jumlah dan jenis makan : Jumlah makanan 5-6 sendok makan jenis makanan

nasi bubur

h.Waktu dan pemberian cairan/minum : Pasien mengatakan minum ketika

pasien haus dan pasien terpasang infus RL 20 tts/ menit

2. Perawatan diri/personal hygiene

a. Kebersihan tubuh : Klien terlihat bersih.

b. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi pasien ada yang berlubang

c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan terlihat pendek dan

bersih

3. Pola kegiatan/aktivitas

a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian

dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.

Pasien mandi dengan bantuan total dari perawat dan keluarga. Pada saat

makan pasien butuh bantuan keluarga yaitu disuapi oleh istrinya. Pada

saat eliminasi urine pasien menggunakan kateter urin. Pada saat ganti

pakaian pasien membutuhkan bantuan total dari perawat dan keluarga.

b. Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Universitas Sumatera Utara


Pasien jarang menunaikan ibadah sholat.

X. POLA ELIMINASI

a. BAB

Pola BAB :BAB 1 kali dalam 1-2 hari.

Karakter feses : Normal

Riwayat perdarahan :-

Diare : Tidak diare

b. BAK

Pola BAK : Terpasang kateter 1500cc/12 jam

Karakter Urine : kekuningan

Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Tidak ada

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto thorax mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi

pleurayang menegaskan diagnose CHF.

2. EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika

disebabkan AMI), ekokardiogram.

3. Pemeriksaan Lab meliputi: Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium

yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelabihan retensi air, K,

Na, Cl, Ureum, Gula darah.

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Analisa Data

NO DATA Masalah

1 DS: Klien mengatakan merasa cemas dengan Kecemasan

keadaannya.

Klien mengatakan tidak nyaman.

DO: Klien tampak gelisah

Klien terlihat berkeringat.

Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.

Ekspresi wajah tampak tegang.

TD: 140/90

HR: 100x/menit.

RR: 40x/menit.

2.5.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada Tn. K adalah Cemas.

Universitas Sumatera Utara


2.5.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/Tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan

Kamis 4 Mei Cemas Tujuan dan Kriteria Hasil.

2017 Tujuan: Klien mampu mengurangi dan mengontrol

kecemasannya.

Kriteria Hasil:

a. Wajah klien cerah dan tersenyum.

b. Klien mau membalas salam.

c. Klien bersedia menceritakan perasaannya.

Rencana Tindakan Rasional

4 Mei 2017 Strategi Pertemuan 1: Perasaan dan tingkah

a. . Mengidentifikasi laku klien menunjukkan

perasaan klien. jenis kecemasan klien.

b. Mengidentifikasi jenis

kecemasan klien.

c. Mengajarkan klien

teknik relaksasi.

5 Mei 2017 Strategi Pertemuan 2: Melihat kemajuan klien

a. Mengevaluasi dan membantu klien

perasaan dan kemajuan dalam mengontrol

klien. kecemasannya.

b. Melatih klien

mengontrol cemas.

Rencana Tindakan Rasional

Universitas Sumatera Utara


dengan teknik

mengerutkan otot-otot.

c. Menganjurkan klien

melakukan teknik

tersebut saat

merasakan cemas.

6 Mei 2017 Strategi Pertemuan 3: Melihat kemajuan klien

a. Mengevaluasi dalam melakukan teknik

kemajuan klien. unutk mengurangi

b. Melatih pasien kecemasannya.

mengendalikan

kecemasan dengan

melakukan teknik

hypnosis 5 jari.

Universitas Sumatera Utara


2.5.5 Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

4 Mei Cemas Strategi Pertemuan 1: S: Klien mengatakan

2017 a. Membina hubungan saling rasa cemasnya

percaya dengan klien. sudah mulai

b. Mengidentifikasi perasaan berkurang dan saat

klien (kalau boleh tau pak cemas klien

kenapa bapak merasakan melakukan teknik

hal tersebut, apa yang relaksasi.

bapak pikirkan?) O: Klien masih

c. Mengidentifikasi jenis tampak sedikit

kecemasan klien (dapatkan gelisah.

jenis kecemasan dari data Klien terlihat

subjektif dan objektif) melamun

d. Mengajarkan teknik TD: 130/90 mmHg

relaksasi (Pertama-tama HR: 90x/menit

bapak tarik napas dalam RR: 26x/menit.

perlahan-lahan, setelah itu A: Klien masih

tahan napas. Dalam mengalami

hitungan ketiga setelah itu kecemasan.

bapak hempaskan udara P: Intervensi

melalui mulut dengan dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

meniup udara secara

perlahan-lahan.

5 Mei Strategi Pertemuan 2: S: Klien mengatakan

2017 a. Mengevaluasi perasaan dan melakukan teknik

kemajuan klien (apakah yang sudah

bapak sudah melakukan dipelajari untuk

teknik relaksasi yang kita mengatasi

latih semalam pak?. Sesuai kecemasannya.

janji kita, hari ini kita akan Klien mengatakan

latihan cara kedua untuk sudah merasa lebih

mengontrol kecemasan baik.

bapak yaitu dengan teknik O: Klien melakukan

mengerutkan otot-otot. teknik yang

b. Melatih klien mengontrol diajarkan untuk

cemas dengan teknik mengurangi

mengerutkan otot-otot. kecemasannya.

(Kepalkan dengan kencang kontak mata (+).

sesaat telapak tangan anda Klien masih

seolah-olah hendak meninju tampak gelisah

untuk mengencangkan otot Klien sudah

bisep dan lengan bawah, membalas salam.

rileks. Kerutkan semua

otot-otot diwajah anda

Universitas Sumatera Utara


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

mulai dari dahi, mata, TD:130/80 mmHg

hidung, mulut, leher, HR: 84x/menit

hidung dan bahu sekitar 4 RR: 26x/menit

hitungan dan rasakan A: Klien mampu

ketegangan itu lalu tarik menyebutkan cara

nafas panjang dan perlahan- mengontrol

lahan hempaskan nafas kecemasan.

anda sambil kendurkan P: Intervensi

mulai dari dahi, mata, dilanjutkan.

hidung, mulut, leher dan

hidung. Luruskan kaki anda

lalu tegangkan rasakan

tegang mulai dari jari kaki,

lutut, betis, paha dan

rasakan ketegangan

beberapa saat. Lalu kembali

tarik nafas dalam sambil

menghempaskan secara

perlahan.

c. Menganjurkan klien untuk

melakukan tekhnik tersebut

saat merasakan cemas (Jadi

pak, kalau bapak merasakan

Universitas Sumatera Utara


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

cemas lagi bapak juga dapat

melakukan teknik tersebut

untuk mengontrol cemas

bapak.

6 Mei Strategi Pertemuan 3 S: Klien mengatakan

2017 a. Mengecaluasi kemajuan sudah dapat

klien (Pak, bagaimana mengontrol

perasaan bapak setelah kecemasannya.

melakukan Klien mengatakan

teknik yang sudah kita sudah tenang.

latih dari hari sebelumnya? O: Wajah klien cerah

Apakah ada kemajuan dari dan tersenyum.

hari sebelumnya?). Klien mau

b. Melatih pasien membalas salam.

mengendalikan kecemasan Klien selalu

dengan melakukan teknik bersedia saat ditanya

hypnosis 5 jari. (Pejamkan tentang perasaan

mata bapak, tarik napas dan keadaannya.

lalu buang perlahan, A: Klien mampu

lakukan selama 3 kali. menyebutkan cara

Tautkan ibu jari bapak ke mengontrol cemas

Universitas Sumatera Utara


Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi

telunjuk bayangkan ketika dan melakukannya.

tubuh bapak begitu sehat. P: Intervensi

Tautkan ibu jari bapak dihentikan.

pada jari tengah,

bayangkan ketika bapak

mendapatkan hadiah atau

barang byang bapak suka.

Tautkan ibu jari pada jari

manis bayangkan ketika

bapak berada di tempat

yang paling nyaman,

tempat yang sangat

bahagia. Tautkan ibu jari

ke jari kellingking,

bayangkan

ketika bapak mendapatkan

suatu penghargaan. Trik

napas, buang perlahan,

lakukan selama 3 kali lalu

buka mata kembali.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih

banyak terjadi.Semua orang juga tentunya pernah mengalami ansietas atau kecemasan,

baik dalam masalah ringan maupun berat.

Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap

individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara

luas.Respon masing-masing individu memiliki kecemasan yang berbeda.

Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas sedang

dan ansietas berat.

SARAN

Keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sangat serius dan sangat

penting.Masalah-masalah tersebut dapat dianggap sebagai ancaman atau tantangan yang

berdampak besar pada keperawatan jiwa.

Bagi pembaca pengontrolan emosi sangat harus diperhatikan, karena dapat

memberikan dampak yang positif dan juga negatif.Jiwa dan diri anda sangatlah

berharga.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, D, dkk.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.

Jakarta: Trans Info Media.

Kusumawati, F& Hartono, Y. 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Malang: Salemba

Medika.

Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:

Mediaction Jogja.

Perry dan Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ransun, D, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping pada

Pasien Gagal Jantung Kongestif di Irina F BLURSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado. 1 (2): 11.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI. Diakses 28 Juni 2017, dari

www.depkes.go.id>download>general.

Riyadi, S& Purwanto, T. 2009.Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suprapta, I. G. N, dkk.2015. Faktor Instrinsik yang Berhubungan dengan Tingkat

Kecemasan pada Klien yang Terpasang Terapi Cairan Intravena di Ruangan

Asoka Bougenville RS TK. III R. W. Mongisidi Manado. 2 (3): 11.

Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

CATATAN PERKEMBANGAN

Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan


Cemas Selasa, 4 Mei 15.00- Strategi Pertemuan 1:
2017 16.30 a. Membina hubungan saling percaya

dengan klien.

b. Mengidentifikasi perasaan klien.


c. Mengidentifikasi jenis kecemasan klien.
d. Mengajarkan teknik relaksasi.

S: Klien mengatakan rasa cemasnya sudah

mulai berkurang dan saat cemas klien

melakukan teknik relaksasi.

O: Klien masih tampak sedikit gelisah.

Klien terlihat melamun

TD: 130/90 mmHg

HR: 90x/menit

RR: 26x/menit.

A: Klien masih mengalami kecemasan.

P: Intervensi dilanjutkan.

Rabu, 5 Mei 10.00- Strategi Pertemuan 2:


2017 11.00
a. Mengevaluasi perasaan dan kemajuan
klien.
b. Melatih klien mengontrol cemas dengan
teknik mengerutkan otot-otot.
Dx Hari/Tanggal Pukul
Tindakan Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


c. Menganjurkan klien untuk melakukan
tekhnik tersebut saat merasakan cemas.

S: Klien mengatakan melakukan teknik

yang sudah dipelajari untuk mengatasi

kecemasannya.

Klien mengatakan sudah merasa lebih

baik.

O: Klien melakukan teknik yang diajarkan

untuk mengurangi kecemasannya.

kontak mata (+).

Klien masih tampak gelisah

Klien sudah membalas salam.

TD:130/80 mmHg

HR: 84x/menit

RR: 26x/menit

A: Klien mampu

menyebutkan cara mengontrol

kecemasan.

P: Intervensi dilanjutkan.

Kamis, 6 Mei 10.00- Strategi Pertemuan 3


2017 11.30
a. Mengevaluasi kemajuan klien.
b. Melatih pasien mengendalikan
kecemasan dengan melakukan teknik
hypnosis 5 jari.

Universitas Sumatera Utara


Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

S: Klien mengatakan sudah dapat

mengontrol kecemasannya. Klien

mengatakan sudah tenang.

O: Wajah klien cerah dan tersenyum.

Klien mau membalas salam.

Klien selalu bersedia saat ditanya tentang

perasaan dan keadaannya.

A: Klien mampu menyebutkan cara

mengontrol cemas dan melakukannya.

P: Intervensi dihentikan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai