Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan
pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya..
3. Ika Paskaria .S.,Kep.Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan
Keperawatan ini.
4. Rimba Aprianri S.Kep, Ners selaku penanggung jawab mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II.
ii
Muntiara Sri Mampung
DAFTAR ISI
iii
3.1 Kesimpulan.....................................................................................51
3.2 Saran...............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................53
iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru- paru/pulmo. System
respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus.
Respirasi adalah pertukaran antara oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam
1
Gambar sistem Pernafsan
2
terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago) yaitu Os. Hyoid, Cartilago Epiglotis,
Cartilago Tiroid, dan Cartilago Cricoid.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring. Trakea
berfungsi sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernapasan bagian
atas, yang membawa udara bersih, hangat, dan lembab. Pada trakea terdapat sel-sel
bersilia yang berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea. Terdapat dua
bronkus, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6- 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan
mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Udara yang masuk ke bronkus, akan diteruskan ke bronkiolus, untuk bisa
menuju ke alveolus. Alveolus adalah kantung udara yang menjadi tempat pengolahan
udara. Di organ ini, udara kotor atau karbondioksida sisa proses pernapasan, akan
ditukar dengan oksigen bersih yang baru dihirup.
f. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediasternum), dilindungi oleh
struktur tulang selangka. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
2) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan
pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam darah.
3
Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil
metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.
Mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu :
a. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya akan oksigen masuk.
2) Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk ke
posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbondioksida keluar.
b. Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.Mekanisme
pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Fase Inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar
masuk.
2) Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
1.1.3 Etiologi
4
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk,adanya
lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ,dan sekresi humoral
mikoplasma pneumonia)
1.1.4 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada umumnya
pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa
pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
5
lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai berikut :
bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari masyarakat (community
acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based
pneumonia).
1.1.5 Patofisiologi
virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk
kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka
timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret,
semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret
dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak hanya
menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa
oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga
timbul masalah pencernaan. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
6
bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara
lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai
ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu
mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin
dan prostaglandin.
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
7
sehingga orang dewasa akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di
seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit
di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga
Infeksi saluran
pernapasan bawah
8
Kuman terbawa
Proses peradangan disaluran cerna
Kuman belebih dibronkus
9
Hipoksia Orang tua bertanya tentang penyakit Hiperventilasi
anaknya Dispneu
Defisit pengetahuan
(D.0111)
Metabolisme anaerob Retraksi
meningkat dada/nafas cuping
Akumulasi asam laktat hidung
10
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Wijayaningsih, 2013):
1) Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk hilang apabila penumpukan secret
akibat berkurangnya daya kembang pau-paru terus terjadi dan penumpukan secret
ini menyebabkan obstruksi bronkus instrinsic.
2) Empisema, adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3) Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang meradang.
4) Infeksi sitemik.
5) Endocarditis, adalah peradangan pada katup endokardial.
6) Meningitis, adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
11
1) Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
2) Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi
agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai
pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai
pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
2) Laringoskopi/bronskopi Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh
benda padat
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara asuhan
keperawatan dan medis
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak
yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Medis
a. Farmakologi
12
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin,
dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan
penderita, dan kuman penyebab.
1) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat
konsolidasi satu atau beberapa lobus yang bebercak-
bercak.
b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan
leukosit.
c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status
kaardiopulmuner yang berhubungan dengan oksigen.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang
cocok diberikan.
13
4) Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis dan dada.
14
3-4 bulan, anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan memalingkan
kepala ke arah bunyi. Pada usia 4-6 bulam, kemampuan melokalisasi bunyi makin kuat
dan mulai mampu membuat bunyi tiruan. Pada usia 6-8 bulan mampu berespons pada
nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada
usia 18 bulan mulai dapat membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan mampu
membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48 bulan mulai membedakan
bunyi yang serupa dan mampu mendengar yang lebih halus.
c. Organ Seksual
Perkembangan organ seksual antara laki-laki dan perempuan terhadap beberapa
perbedaan. Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pertumbuhan
yang cepat pada penis pada usia 12-1 tahun, testis pada usia 11-1 tahun, kemudian
rambut pubis pada usia 12-1 tahun.
2.2.4 Perkembangan Pada Anak
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan motorik
kasar, perkembangan bahasa dan perkembangan perilaku/adaptasi sosial.
a. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai
berikut:
1. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap gerakan jari atau tangan.
2. Masa bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini dalah dapat melakukan
hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke
sisi, mencoba memegang dan memasukkan benda ke dalam mulut,
memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki,
memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di
tangan walaupun hanya sebentar.
b. Usia 4-8 Bulan
15
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah
mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil
objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di
kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai
satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan
tangan yang lain.
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau
meraih benda kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan,
mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari,
membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
3. Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkekembangan motorik halus pada usia ini dapat di tunjukkan dengan
adanya kemampuan dalam mecoba menyusun atau membuat menara pada
kubus.
4. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai
memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memiliki garis yang lebih panjang dan menggambar orang,
melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan
tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke
dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat
coretan di atas kertas.
16
2. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a) Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring telentang,
berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak.
b) Usia 4-8 Bulanm
Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dilihat pada perubahan
dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai
mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya. Pada bulan ke 4 sudah mampu memalingkan kepala ke
kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak; membalikkan badan;
bangkit dengan kepala tegak; manumpu beban pada kaki dengna
lengan barayun ke depan dan kebelakang; berguling dari telentang ke
tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
c) Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa
pegangan berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2
detik, dan berdirisendiri.
3. Masa Anak (1-2 Tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar
secara signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan
dengan tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang.pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil,
menendang bola, dan mulai mencoba melompat.
4. Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan
kemampuan untuk berdiri dengan satu kali selama 1-55 detik, melompat
17
dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat
posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan.
c. Perkembangan Bahasa
Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak.
1) Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
2) Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pasa usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup,
berceloteh, mengucapkan kata “ooh/ahh”, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
b. Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi
atau kata kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa,
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta
menggunakan kata yang berdiri atau dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti “ba-ba”.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu
mengungkapkan kata “papa” dan “mama” yang belum spesifik,
mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat
mengucapkan 1-2 kata.
3) Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan
bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh
perbendaharaan kata; tingginya kemampuan meniru, mengenal, dan responsif
terhadap orang lain; mampu menunjukkan dua gambar; mampu mengombinasikan
kata-kata; serta mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan.
4) Masa Prasekolah
18
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan
hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan
kegunaan benda; menhitung; mengartikan dua kata; mengerti empat kata depan;
mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya, menggunakan bunyi untuk
mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas; menirukan berbagai bunyi kata;
memahami arti larangan, serta merespons panggilan orang dan anggota keluarga
dekat.
19
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai
minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau
lainnya dengan orang lain.
3) Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukkan dengan
adanya kemampuan membantu kegiatan di rumah, meyuapi boneka, mulai
menggosok gigi, serta mencoba mengenakan baju sendiri.
4) Masa Prasekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya
kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan. Pengkajian pada anak menurut Nursalam (2008) antara lain:
1) Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun.
2) Keluhan utama :
20
4) Riwayat penyakit dahulu :
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat
penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya
riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.
5) Pemeriksaan fisik :
1. Inspeksi.
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping hidung,
distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada
pada saat menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50
kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40
kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak
jelas.
2. Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau secret,
getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
3. Perkusi
Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung
atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus
pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial,
egotomi, bronkoponi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
5. Penegakan diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-foto dada :
Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi
satu atau sebagian besar lobus.
21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok, dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat
perlu untuk didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler
4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
7) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
8) Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
9) Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan ketidakmampuan fisik
(PPNI, 2017)
22
a. Batuk efektif
b. Produksi sputum menurun
c. Mengi menurun
d. Wheezing menurun
e. Dispnea menurun
f. Ortopnea menurun g
g. Gelisah menurun
h. Frekuensi napas membaik
i. Pola napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas d
d. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
e. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
a. Atur posisi semi fowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b. Ajarkan teknik batuk efektif
c. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau ekspektoran, jika
2. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas
23
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola napas
(L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :
a. Tekanan ekspirasi meningkat
b. Tekanan inspirasi meningka
c. Dispnea menurun perlu
d. Penggunaan otot bantu napas menurun
e. Frekuensi napas membaik
f. Kedalaman napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a. Monitor bunyi napas
b. Monitor sputum
c. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
d. Monitor kemampuan batuk efektif
e. Monitor adanya sumbatan jalan napas
f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g. Monitor saturasi oksigen
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pertukaran
gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a. Dispnea menurun
b. Bunyi napas tambahan menurun
c. Napas cuping hidung menurun
d. PCO2 membaik
e. PO2 membaik
f. Takikardi membaik
g. Ph arteri membaik
24
2) Intervensi Keperawatan
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
c. Monitor adanya sumbatan jalan napas
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil x-ray thoraks h
h. Monitor kecepatan aliran oksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
a. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi Kolaborasi
b. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
c. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
4. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka
termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil
a. Menggigil menurun
b. Kulit merah menurun
c. Kejang menurun
d. Pucat menurun
e. Takikardi menurun
f. Takipnea menurun
g. Bradikardi menurun
h. Hipoksia menurun
i. Suhu tubuh membaik
j. Suhu kulit membaik
k. Tekanan darah membaik
2) Intervensi keperawatan :
25
Observasi :
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Monitor tanda-tanda vital
c. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
d. Monitor intake dan output cairan
e. Monitor warna dan suhu kulit
f. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
e. Berikan cairan oral
f. Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih
g. Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen, aksila
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
b. Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu
5. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan metabolism
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status nutrisi
(L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil:
a. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b. Diare menurun c
c. Berat badan membaik
d. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
e. Nafsu makan membaik
2) Intervensi Keperawatan :
26
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Monitor asupan makanan
c. Monitor berat badan
Terapeutik
a. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
b. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
c. Berikan suplemen makanan, jika perlu
d. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
e. Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan
Edukasi
a. Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan
kepada pasien
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu
6. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan toleransi
aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Keluhan lelah menurun
c. Dispnea saat aktivitas menurun
d. Dispnea setelah aktivitas menurun
e. Perasaan lemah menurun
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
27
b. Monitor saturasi oksigen
c. Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah
melakukan aktivitas
Terapeutik
a. Libatkan keluarga dalam aktivitas
b. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
c. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
7. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat
ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil :
a. Perilaku gelisah menurun
b. Perilaku tegang menurun
c. Diaforesis menurun
d. Konsentrasi membaik
e. Pola tidur membaik
f. Frekuensi pernapasan dan nadi membaik
g. Tekanan darah membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a. Monitor tanda-tanda ansietas
b. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi
c. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
28
a. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b. Pahami situasi yang membuat ansietas
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
e. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
f. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
Edukasi
a. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
b. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
8. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat
pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
b. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningka
d. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik meningkat
e. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
f. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
g. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 2) Intervensi
Keperawatan :
Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Teraupetik:
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
29
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
9. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan
keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a. Serum natrium membaik
b. Serum kalium membaik
c. Serum klorida membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)
b. Monitor mual, muntah, dan diare
c. Monitor status hidrasi Terapeutik
d. Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
e. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)
f. Berikan cairan intravena, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,
difenoksilat)
10. Diagnosa : Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan
ketidakmampuan fisik (L.10101)
1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
perkembangan membaik Kriteria hasil :
a. Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia
b. Respon social meningkat
c. Kontak mata meningkat
30
d. Afek Membaik
2) Intervensi :
Observasi
a. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Terapeutik
a. Minimalkan kebisingan ruangan
b. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
optimal
c. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
d. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan
positif atau umpan balik atas usahanya
e. Mempertahankan kenyamanan anak
f. Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai
Edukasi
a. Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
b. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak (PPNI, 2018,
PPNI,2019)
31
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).
2.3.5 Evaluasi
33
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
2.1 Pengkajian
2.1.1 Amnanesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Agama :
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
34
Pendidikan : -
Nama : Ny. T
Palangkaraya, 23. November, 1990
TTL :
Perempuan
Jenis Kelamin :
Kristen
Agama :
Dayak / Indonesia
Suku/Bangsa :
Sarjana
Pendidikan :
Jl. Massa Tangkiling
Alamat :
Ibu kandung
Hubungan Keluarga :
35
2) Riwayat Kesehatan lalu
Ibu klien mengatakan anaknya ada riwayat penyakit asma dan selalu dibawa berobat ke
puskesmas, anak tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan di keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita
klien (bronkopneumonia), dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit asma
maupun TBC
4) Susunan Genogram
Keterangan :
: Meninggal
: Laki / laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
36
Tanda-tanda Vital
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,20C
Respirasi : 30 x/menit
2.1.2.2 Kepala dan Wajah
Bentuk kepala simestris dan normal, tidak terdapat benjolan atau lesi, rambut tampak
hitam dan tipis
2.1.2.5 Dada
Bentuk dan pergerakan simetris , tidak tampak pernafsan dengan bantuan otot
pernafasan tambahan, bunyi jantung regular, bumyi paru : vesikuler
2.1.2.6 Abdomen
Abdomen datar, distensi tidak ada, jejas tidak ada, tidak teraba adanya benjolan,
tidak teraba adanya pembesaran hati maupun limpa, bising usus (+) frekuensi
12x/mnt
2.1.2.7 Eliminasi
BAB ± 1 x/hari, konsistensi : lembek, warna : kuning BAK 5-6 x/mnt, Warna kuning
pekat, bau khas amoniak.
2.1.2.8.Ekstremitas
37
Ektermitas tidak ada kelainan bentuk, tidak ada luka, pergerakan tidak ada hambatan,
kekuatan otot 5/5/5/5, kelemahan tidak ada
2.1.2.9 Genetalia
Testi lengkap, keadaan bersih, lecet tidak ada
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari .1 x sehari 3 x sehari
Porsi 1 piring makan 1 piring makan
Nafsu makan Kurang Baik
Jenis Makanan Bubur Nasi,lauk, pauk
Jenis Minuman Air Putih Air Putih
Jumlah minuman 1656,118 cc/24 jam 1656, 118 cc/24 jam
Kebiasaan makan Kurang Baik
Keluhan/masalah Nafsu makan Kurang Tidak Ada
38
2.1.3.5 Kognitif dan bahasa
Anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata seperti tingginya kemampuan
meniru, mengenal, dan responsif terhadap orang lain; mampu menunjukkan dua gambar;
mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai mampu menunjukkan lambaian anggota
badan
2.1.3.6 Psikososial
Klien tampak menangis dan rewel saat dilakukanya pemeriksaan, klien tampak tidak suka
2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi
a. Frekuensi a. 2-3x/hari
b. Nafsu Makan/selera b. kurang
c. Jenis Makanan c. bubur , sayur, lauk pauk
Eliminasi
a. BAB a. 1 x/hari
b. BAK b. 4x/sehari.kurang lancer
Personal Hyigene
39
a. Mandi a. 2x/hari
b. Oral Hygene b. 2x/hari
2) Penatalaksanaan medis
O2 Nasal Kanul 2-4 Hpm
IVFD D5 ¼ NS 1880 ml/24 jam
Injeksi Ceftriaxone 2x450 mg (St)
Injeksi Dexametason 3x 1,5 mg
3) Rontgen
Poto Thorax tanggal 30-09-2021 : Bronkopneumonia Kanan
4) Terapi
40
radang usus, asma, psoriasis,
lupus, hingga multiple
sclerosis.
3 P. Batuk 3 x 1 pulv Untuk meringankan gejala-
gejala flu seperti demam,
sakit kepala, hidung
tersumbat, dan bersin-bersin
yang disertai batuk.
41
ANALISIS DATA
SPO₂ : 93%
Gangguan respirasi (D.0003) Gangguan
sesak nafas
DO:- sianosis
42
Klien tampak sesak nafas, kesadaran
CM, batuk berdahak, ronchi +/+ hipoksia
TTV :
N ; 102 x/mnt, gangguan pertukaran gas
S : 36.2C
RR; 30 x/mnt
SPO₂ : 93 %
43
PRIORITAS MASALAH
44
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: An.EL
Ruang Rawat:Ruang Flamboyan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
1 D.0001)Bersihan Setelah dilakukan Fisioterapi Dada (I.01004) 1. Untuk mengetahui
jalan nafas tidak intervensi,2x24 jam Observasi : tujuan indikasi dari
efektif berhubungan maka diharapkan 1. Identifikasi indikasi dilakukan tindakan yang
dengan akumulasi bersihan jalan napas fisioterapi dada (mis. dilakukan
sekret ditandai (L.01001) meningkat. Hipersekresi sputum, sputum 2. Untuk
dengan batuk dahak KRITERIA HASIL: kental dan tertahan, tirah baring mengoptimalkan
1. Batuk efektif lama) edukasi
2. Produksi 2. Identifikasi kontraindikasi 3. Agar mengetahui
sputum fisioterapi dada (mis. PPOK indikasi dilakukan
menurun akut, Pneumonia tanpa produksi fisioterapi dada
3. Frekuensi napas sputum berlebih, kanker paru- 4. Agar mengetahui
membaik paru) kontraindikasi
4. Pola napas 3. Identifikasi kemampuan batuk fisioterapi dada
membaik Efektif 5. Agar menegtahui
4. Monitor status pernapasan (mis, status pernapasan
kecepatan, irama, suara napas, (mis, kecepatan,
dan kedalaman napas) irama, suara napas,
5. Periksa segmen paru yang dan kedalaman
mengandung sekresi berlebih napas)
45
6. Monitor jumlah dan karakter 6. Untuk mengetahui
sputum segmen paru yang
7. Monitor toleransi selama dan mengandung
setelah prosedur sekresi berlebih
Terapeutik : 7. Agar menegtahui
1. Posisikan pasien sesuai dengan jumlah dan
area paru yang mengalami karakter sputum
penumpukan sputum 8. untuk membantu
2. Gunakan bantal untuk pengaturan posisi
membantu pengaturan posisi 9. agar
3. Lakukan perkusi dengan posisi memaksimalkan
telapak tangan ditelungkup jalannya
semala 3-6 menit pengeluran secret
4. Lakukan vibrasi dengan posisi 10. untuk
telapak tangan rata bersamaan memaksimalkan
ekspirasi melalui mulut jalannya
5. Lakukan fisioterapi dada pengeluran secret
setidaknya dua jam setelah 11. Untuk memebantu
makan proses penegluran
6. Hindari perkusi pada tulang secret
belakang, ginjal, payudara 12. Agar tidak adanya
wanita, insisi, dan tulang rusuk cidera
yang patah 13. Untuk
7. Lakukan penghisapan lendir mengeluarkan
untuk mengeluarkan secret, jika secret
perlu 14. Agar pasien dan
8. Lakukan tindakan nebulizer keluarga
Edukasi : mengetahui tujuan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur dan prosedur
fisioterapi dada fisioterapi dada
2. Anjurkan batuk segera setalah 15. Agar secret keluar
46
prosedur selesai 16. Agar jalan nafas
3. Ajarkan inspirasi perlahan dan tetap terkontrol
dalam melalui hidung selama 17. Untuk mengetahui
proses fisioterapi tingkat batuk klien
Latihan Batuk Efektif (I.01006) 18. Untuk dokumentasi
Observasi adanya retensi
1. Identifikasi kemampuan batuk sputum selama 24
2. Monitor adanya retensi sputum jam
3. Monitor tanda dan gejala infeksi 19. Untuk menegtahui
saluran napas adanya gejala
4. Monitor pola napas (frekuensi, infeksi
kedalaman, usaha napas) 20. Untuk memebantu
Terapeutik tingkatkan oksigen
1. Atur posisi semi fowler atau dalam tubuh
fowler 21. Agar tenggorokan
2. Pasang perlak dan bengkok klien tidak kering
dipangguan klien 22. Agar keluarga /
3. Buang secret pada tempat klien menegtahui
sputum manfaat batuk
Edukasi efektif
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 23. Untuk
batuk efektif menegeluarkan
2. Ajarkan teknik batuk efektif secret yang ada
3. Anjurkan batuk dengan kuat dalam tenggorokan
langsung setelah tarik napas 24. Untuk
dalam yang ke-3 mengeluarkan
Kolaborasi dahak
1. Kolaborasi pemberian mukolitik 25. Untuk menjaga
atau ekspektoran, jika perlu saturasi oksigen
klien
26. Untuk membantu
47
mneingkatkan
oksigen
27.
2. (D.0003)
Gangguan Setelah dilakukan (I.01026) 1. Untuk mennetukan
pertukaran gas intervensi, 2x24 jam status oksigen
berhubungan dengan maka diharapkan Observasi 2. Posisi alat terapi
perubahan pertukaran gas oksigen akan
membrane alveolus (L.01003) meningkat mempermudah
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
kapiler ditandai Dengan dimonitor
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
dengan anak tampak 3. Untuk mengontrol
3. Monitor aliran oksigen secara
sesak dan kondisi oksigen secara
KRITERIA HASIL : periodic dan pastikan fraksi
semakin memberat periodic dan
yang diberikan cukup
pastikan fraksi
1) Dispnea 4. Monitor tanda dan gejala toksikasi
yang diberikan
menurun oksigen dan atelektasis
cukup
2) Bunyi napas
4. Untuk mengetahui
tambahan Terapeutik
tanda dan gejala
menurun
toksikasi oksigen
3) PSO2 dalam
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dan atelektasis
batas normal
2. Tetap berikan oksigen saat pasien
5. Untuk memastiakn
yaitu SPO₂ : 95
ditransportasi
kepatenan jalan
%
3. Gunakan perangkat oksigen yang
nafas
4) PO2 membaik
sesui dengan tingkat metabolism
6. Agar suplai
klien
oksigen tetap ada
7. perangkat oksigen
Edukasi yang sesui dengan
tingkat metabolism
1. Ajarkan klien dan keluarga cara klien
menggunkan oksigen dirumah 8. untuk
memepertahan kan
48
Kolaborasi suplai oksigen
padaa saat diluar
oksigen 9. untuk
memperpercepat
penyembuhan klien
49
IMPLEMENTASI
No. Tanda tangan d
Dx Hari/Tanggl Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawa
Jam
1 DX 1 Mengidentifikasi indikasi dilakukan S : -Ibu klien mengatakan Anak masih batuk
fisioterapi dada (mis. Hipersekresi sputum,
Senin, 11 -ibu mengatakan sudah paham tentang batuk
sputum kental dan tertahan, tirah baribg
Oktober 2021 lama) efektif
Pukul : 09 :00 Mengidentifikasi kontraindikasi fisioterapi O : kilen tampak susah mengeluarkan dahak,
dada (mis. PPOK akut, Pneumonia tanpa Muntiara Sri
WIB produksi sputum berlebih, kanker paru- Klien tampak sesak dan rewel
Mampung
paru) Batuk berdahak (+), Ronchi +/+
Memonitor status pernapasan (mis,
kecepatan, irama, suara napas, dan TTV:
kedalaman napas) N :102/mnt
Memeriksa segmen paru yang mengandung
sekresi berlebih S : 36,2C,
Memonitor jumlah dan karakter sputum RR: 30 x/mnt
Memonitor toleransi selama dan setelah
prosedur SPO₂ : 93%
Memposisikan pasien sesuai dengan area A :masalah belum teratasi
paru yang mengalami penumpukan sputum
Menggunakan bantal untuk membantu P : intervensi dilanjutkan
pengaturan posisi
Melakukan perkusi dengan posisi telapak
tangan ditelungkup semala 3-6 menit
Melakukan vibrasi dengan posisi telapak
tangan rata bersamaan ekspirasi melalui
mulut
Melakukan fisioterapi dada setidaknya dua
jam setelah makan
49
Menghindari perkusi pada tulang belakang,
ginjal, payudara wanita, insisi, dan tulang
rusuk yang patah
Melakukan penghisapan lendir untuk
mengeluarkan secret, jika perlu
Melakukan tindakan nebulizer
Menjelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi
dada
Menganjurkan batuk segera setalah
prosedur selesai
Mengajarkan inspirasi perlahan dan dalam
melalui hidung selama proses fisioterapi
50
IMPLEMENTASI
No.
Dx Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama Perawat
Jam
DX Selasa, 12 Memonitor kecepatan aliran S : ibu klien mengatakan anak
2 oktober 2021 oksigen masih sesak namun sudah agak
Pukul : 09 :00 Memonitor pisisi alat terapi mendingan
WIB oksigen
Muntiara Sri Mampung
Memonitor aliran oksigen secara O : Klien tampak masih sesak
periodic dan pastikan fraksi nafas, kesadaran CM, batuk
yang diberikan cukup berdahak, ronchi +/+
50
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan peradangan
yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat
disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat
terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017).
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut Wijayaningsih
(2013), ialah :
1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas
2) Demam (39o-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan
atelectasis absorbsi.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan Anak hendaknya lebih dahulu
memahami tentang kebutuhan dasar klien yang terkait dengan masalah Bonkopnemonia Bilateral
sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif.
Sebaiknya klien mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan perawat dan tim
kesehatan lainnya serta untuk mempercepat proses penyembuhan klien sekaligus meningkatkan
kesiapan keluarga dalam merawat klien di rumah sehingga kesehatan klien membaik.
51
3.1.3 Bagi Institusi RS
Untuk RS khususnya pada pasien Anak dengan Bonkopnemonia Bilateral, laporan ini dapat
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di RS kepada pasien Anak dengan diagnosa medis
Bonkopnemonia Bilateral
52
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
53
33