Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DASAR IUD dan ASKEP ASEPTOR IUD

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Maternitas
yang dibina oleh Ibu Ni Wayan Dwi R, A Perpen M.Kes

Oleh
Aprilia Dwi Nisa Anjani
P17220181019

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Agustus 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Konsep
Dasar IUD dan Askep Aseptor IUD”dengan baik tanpa adanya suatu halangan
apapun.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari
bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati, penulis persembahkan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.................................................................................................................
2.2 Jenis-jenis IUD..........................................................................................................
2.3 Keuntungan IUD.......................................................................................................
2.4 Kerugian IUD............................................................................................................
2.5 Indikasi atau Persyaratan Pemakaian IUD................................................................
2.6 Waktu Pemasangan IUD...........................................................................................
2.7 Cara kerja IUD..........................................................................................................
2.8 Pemasangan IUD......................................................................................................
2.9 Pencabutan IUD........................................................................................................
2.9.1 Asuhan Keperawatan Aseptor IUD.......................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................

Daftar Rujukan................................................................................................................
Satuan Acara Penyuluhan ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi
kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia.
Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam teknologi kontrasepsi,
misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada pil kombinasi,
atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonorgestrel.
Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode
kontrasepsi yang lebih aman dan efektif. Salah satu alat kontrasepsi yang akan di
bahas pada makalah ini adalah tentang IUD / AKDR ( alat kontrasepsi dalam
ahim ).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini
sebagai berikut.
1. Apa pengertian kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)?
2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?
3. Bagaimana cara kerja IUD?
4. Apa saja Keuntungan dan Kerugian IUD?
5. Apa indikasi dan kontara indikasi KB IUD?
6. Bagaimana cara pemasangan IUD?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini
1. Mengetahui pengertian kontrasepsi Intrauterine Device (IUD)?
2. Mengetahui jenis-jenis kontrasepsi IUD?
3. Mengetahui bagaimana cara kerja IUD?
4. mengetahui Keuntungan dan Kerugian IUD?
5.  mengetahui indikasi dan kontara indikasi KB IUD?
6. mengetahui cara pemasangan IUD?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang
dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan
menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam
rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil
dan kondom (BkkbN, 2014).
Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal
3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.
Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk
mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR)
atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48
jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca
persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan
persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga
ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan
salah satu kontrasepsi (BkkbN, 2014).

2.2 Jenis-jenis IUD


Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai
berikut:
1. IUD CuT-380 A Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu).
2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering) Menurut
Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari
jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-
T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.
a. Lippes Loop IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk
spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang
menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X. Menurut
Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang
bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Jenis dan Panjang Berat Warna Benang


Ukuran Lippes
Loops Macam
Loop
LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam
LL B 27,5 cm 526 mgr Biru
LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning
LL D 30,0 cm 709 mgr Putih

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain
dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).
b. Cu T 380 A IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk
huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang
tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian
tengahnya masing-masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas
permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang
32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang
monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.
c. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga
yang membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya
didesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan
terjadinya ekspulsi.
d. Nova – T IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga
dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak
menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.
e. Cooper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan
tembaga halus pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).
Gambar 2.2 Jenis-jenis IUD
2.3 Keuntungan IUD
Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010)
1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi
2.Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti)
5. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
6. Tidak memengaruhi hubungan seksual
7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).
9. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir)
12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
13. Mencegah kehamilan ektopik

2.4 Kerugian IUD


Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati
dkk, 2010)
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting antar menstruasi)
4. Saat haid lebih sedikit
2.5 Indikasi atau Persyaratan Pemakaian IUD
Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan multipara
3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metode hormonal
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

2.6 Waktu Pemasangan IUD


IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih
tinggi dibandingkan ekspulsi ≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi dapat
diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit setelah ekspulsi
plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan dikerjakan oleh tenaga
medis dan paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam pasca
persalinan telah lewat, insersi IUD ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca
persalinan. IUD 4 minggu pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD
copper T, sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu
pasca persalinan.
Pelayanan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan, mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/Per/IX/2010, Pasal 12
tentang ijin dan penyelenggaraan praktik bidan, dimana dinyatakan bahwa bidan
dapat :
1) memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana.
2) memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom, dan dalam Pasal 13 dinyatakan
bahwa bidan berwenang memberikan pelayanan :
pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan
memberikan alat kontrasepsi bawah kulit. Pelayanan tersebut hanya dapat
diberikan oleh bidan yang terlatih (Kemenkes RI, 2014b).

2.7 Cara Kerja IUD


Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui. Ada
beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant
cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari
spermatozoa atau ovum dan blastokista.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya
implantasi.
3. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2008).
Menurut Saifuddin, dkk (2006) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai
berikut:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falofii.
b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan utnuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.8 Pemasangan IUD


IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung Dilakukan pada hari-hari pertama atau
pada hari-hari terakhir haid.
Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan
lembek.
b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.
d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :
a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.
b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid -
siklus (Hartanto, 2008).
2. Sewaktu Pasca Salin
Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8
minggu postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara
minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau
ekspulsi lebih besar.
3. Sewaktu post abortum Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh
karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi,
septic abortion merupakan kontraindikasi.
4. Beberapa hari setelah haid terakhir Dalam hal yang terakhir ini wanita yang
bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum
pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk
IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah
terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti
perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005). Adapun langkah-
langkah pemasangan IUD Copper T 380 A, adalah:
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan
diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan pastikan klien telah
mengosongkan kandung kencingnya
b. Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus, pembengkakan
pada kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan spekulum
dan panggul.
c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi
d. Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik
dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
f. Masukkan sonde uterus
g. Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A
h. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan
dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi
i. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah
selesai dipakai.
j. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD (dengan
menggunakan model yang tersedia.
k. Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah
pemasangan IUD.

2.9 Pencabutan IUD


Menurut Saifuddin (2006) langkah-langkah pencabutan IUD sebagai berikut:
1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan
klien untuk bertanya.
2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD
3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
4. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.
Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang, dan memberitahu
mungkin timbul rasa sakit.
a. Pencabutan normal Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik
benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat
dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan
kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat
ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
b. Pencabutan sulit Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis
servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak
ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR
ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang AKDR itu sendiri. Bila sebagian
AKDR sudah ditarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik
seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap
menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual
didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikal sangat tajam, gunakan
tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas
dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan
tenaga yang besar.

2.9.1 Asuhan Keperawatan Aseptor IUD


1. Asuhan keperawatan KB IUD
a. Pengkajian
1) Data umum klien
Data umum klien berisi data-data pribadi klien seperti nama, usia, status
perkawinan dan alamat.
2) Alasan datang
Alasan datang merupakan tujuan utama dari kunjungan klien ke klinik
pelayanan kesehatan
3) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada saat
pengkajian.
4) Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan sebelumnya dapat menjadi acuan maupun
pertimbangan terhadap penyakit yang dialami klien saat ini.
5) Riwayat penggunaan KB
Riwayat penggunaan KB bertujuan untuk mengetahui pengalaman-
pengalaman klien dalam penggunaan KB dan reaksi yang ditimbulkan
tubuh
6) Pengkajian Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital menandakan tingkat kesehatan klien secara umum,
dimana tanda-tanda vital ini meliputi tekanan darah, pernapasan, nadi,
dan suhu.
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada organ genetelia karena pemasangan
IUD akan berhubungan langsung dengan organ genetelia.
b. Diagnosa yang mungkin muncul
1) Resiko tinggi anemia berhubungan dengan haid yang panjang
(efeksamping pada pemasangan IUD).
2) Nyeri berhubungan dengan proses pemasangan IUD, dan adaptasi uterus
terhadap benda asing (IUD)
3) Kecemasan berhubungan dengan proses pemasangan IUD dan
efeksamping yang timbul dari IUD
4) Kebutuhan belajar berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
IUD
5) Resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurangnya suplay O₂ ke jaringan akibat efek samping pemakaian IUD.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan port de entree, proses pemasangan
IUD.
7) intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
ketikseimbangan suplay O₂ kejaringan.
c. Rencana keperawatan
1) Resiko tinggi anemia berhubungan dengan haid yang panjang (efek
samping pada pemasangan IUD).
Tujuan : tidak terjadinya anemia pada ibu pegguna KB IUD
Kriteria hasil : Hb dalam batas normal, tidak terjadi konjungtiva anemis.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat anemia klien Klien yang mempunyai riwayat
anemia tidak dianjurkan
melalukan pemasangan KB IUD
2. Observasi tanda-tanda vital Salah satu tanda anemia adalah
klien tekanan darah yang rendah
3. Anjurkan klien memakan Makanan yang bergizi dapat
makanan yang bergizi dan menambah darah dalam tubuh
konsumsi banyak cairan
4. Periksa kadar Hb secara Kadar Hb yang rendah
rutin mengidentifikasikan adanya
anemia
5. Berikan tablet tambah darah Tablet tambah darah membantu
menjaga kadar darah dalam
tubuh

2) Nyeri berhubungan dengan proses pemasangan IUD, dan adaptasi uterus


terhadap benda asing (IUD).
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : klien terlihat tidak meringis dan skala nyeri berkurang
No Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri klien Skala nyeri menjadi acuan
dalam menentukan tindakan
2. Observasi tanda-tanda vital Saat klien merasakan nyeri,
klien nadi akan meningkat
3. Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi dapat
untuk mengatasi nyeri, membantu dalam mengatasi
seperti teknik napas dalam, nyeri
distraksi dan imajinasi
terbimbing
4. Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman
tenang dan nyaman dapat menimbulkan relaksasi
5. Kolaborasi : Analgetik dapat mengatasi
Pemberian analgetik sesuai nyeri
dosis

3) Kecemasan berhubungan dengan proses pemasangan IUD dan


efeksamping yang timbul dari IUD.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil : klien terlihat tenang, tidak ada kecemasan.
No Intervensi Rasional
1. Kaji sumber kecemasa klien Dengan mengetahui sumber
kecemasan dapat menjadi acuan
dalam memberikan intervensi
2. Ajarkan teknik relaksasi Dengan relaksasi dapat
menenangkan klien
3. Berikan informasi sesuia Informasi yang sesuai dapat
kebutuhan klien menyelesaikan kecemasan klien
4. Berikan kesempatan kepada Beberapa hal yang masih
klien untuk bertanya membingungkan klien dapat
teratasi

4) Kebutuhan belajar berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


IUD
Tujuan : kebutuhan belajar klien terpenuhi
Kriteria hasil : klien mengerti dengan proses dan efeksamping dari
pemasangan IUD

No. Intervensi Rasional


1. Kaji pengetahuan klien Tingkat pengetahuan klien
tentang IUD berbeda.
2. Beri penjelasan mengenai Dengan adanya informasi
IUD mengenai IUD, klien akan
lebih memahami IUD
3. Beri kesempatan klien untuk Mengklarivikasi hal yang
bertanya masih dibingungkan klien
4. Lakukan evaluasi terhadap Tingkat pemahaman setiap
pemahaman klien orang berbeda-beda

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kesimpulan umum yang dapat diambil tentang
AKDR/IUD adalah sebagai berikut :
- AKDR merupakan alat kontrasepsi modern
- AKDR merupakan alat kontrasepsi jangka Panjang
- AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan yang benar
- AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan
pertama
- Kemungkinan terjadi perdarahan atau spoting beberapa hari setelah pemasangan
- Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih banyak dan lama
- AKDR tidak melindungi diri terhadap IMS termasuk Virus AIDS

3.2 Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan
dipakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan keterampilannya
memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
inform consent pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta :


BKKBN.
ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana,
(http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/120/keluarga-
berencana-kb/), diakses pada 5 Agustus 2019.

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD


Pada Peserta KB Non IUD,
(http://eprints.undip.ac.id.17781/1/IMBARWATI.pdf/), diakses pada 5
Agustus 2019

Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD. Surabaya : PT Bina Pustaka.

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

Tanggal : 5 Agustus 2019


Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Sub Pokok Bahasan : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Pelaksana : Aprilia Dwi Nisa Anjani

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit, ibu mampu memahami tentang
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan ibu mampu :
a. Menjelaskan tentang keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)/IUD.
b. Menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)/IUD.
c. Menjelaskan tentang efek samping penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)/IUD.
d. Menjelaskan tentang petunjuk penting bagi pengguna Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)/IUD.

3. Materi
Terlampir

4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media dan Alat
a. Leaflet
b. AKDR/IUD

6. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan
Waktu Kegiatan Pembelajaran
. Peserta

1. 3 menit Menjelaskan seputar tujuan penyuluhan Memperhatikan

Menjelaskan materi penyuluhan sesuai


2. 5 menit Menyimak
dengan materi yang terlampir.

 
Evaluasi dengan mengajukan pertanyaan Menjawab
3. 5 menit kepada peserta penyuluhan tentang pertanyaan.
materi yang diberikan.

Mengucapkan terima kasih Menjawab


4. 2 menit
Salam salam

7. Evaluasi
1. Meminta peserta untuk menjelaskan tentang keuntungan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR)/IUD.
2. Meminta peserta untuk menjelaskan tentang indikasi dan kontra indikasi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
3. Meminta peserta untuk menjelaskan tentang efek samping penggunaan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD.
4. Meminta peserta untuk menjelaskan tentang petunjuk penting bagi
pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD.

8. Daftar Pustaka
Pinem, Satrcha. 2009.Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Trans Info Media.
Lampiran

Keluarga Berencana
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ IUD

A. Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD.


1. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia 20-30 tahun/ masih
medapatkan haid.
2. Berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu diganti)
3. Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI
4. Tidak ada interaksi dengan obat- obatan.
B. Indikasi dan Kontra indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
1. Indikasi AKDR
a. Wanita usia 20-30 tahun atau masih mendapat haid
b. perempuan yang pernah hamil, tapi belum pernah melahirkan.
c. Ingin kontrasepsi jangka panjang
2. Kontra Indikasi AKDR
a. Kemungkinan hamil atau sedang hamil
b. Sedang mengalami infeksi vagina, seperti: vaginitis.
c. Penderita kanker vagina
d. Pada saat haid darah yang keluar banyak
e. Sakit saat haid
f. Adanya perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya
C. Menjelaskan tentang efek samping penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)/IUD
1. Tidak mendapat haid selama 3 bulan.
2. Kejang.
3. Perdarahan di vagina
4. Benang hilang
5. Adanya pengeluaran cairan dari genetalia.
Apabila terdapat dari salah satu efek samping yang diatas maka pengguna AKDR
disarankan agar segera pergi ke petugas kesehatan.
D. Petunjuk penting bagi pengguna Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
1. Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR
2. Selama bulan pertama menggunakan, periksalah benang AKDR secara rutin,
terutama setelah haid. Setelah bulan pertama pemakaian hanya perlu
memeriksa keberadaan benang setelah haid bila mengalami: kram atau kejang
perut bagian bawah, nyeri setelah senggama, perdarahan setelah senggama.
3. Kembali ke klinik apabila: tidak dapat meraba benang AKDR, AKDR
terlepas, siklus haid terganggu, ada pengeluaran cairan melalui genetalia yang
mencurigakan, ada infeksi.

Anda mungkin juga menyukai