Dibimbing Oleh :
Ely Isnaeni, S.Kep. Ns, M.Kes
Oleh :
Vriyanka Oki Novariska
NIM. 40221045
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu durasi nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri
kronik. Nyeri akut berlangsung dalam waktu kurang dari 3 bulan secara
mendadak akibat trauma atau inflamasi, dan tanda respon simpatis. Nyeri kronik
apabila nyeri lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau terus menerus dan merepukan
tanda respon parasimpatis.
Menurut etiologinya dibagi ke dalam nyeri nosiseptik serta nyeri neuropatik.
Nyeri nosiseptik ialah nyeri yang ditimbulkan oleh mediator nyeri, seperti pada
pascatrauma-operasi dan luka bakar. Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang
ditimbulkan oleh rangsang kerusakan saraf atau disfungsi saraf seperti pada
diabetes mellitus dan herpes zoster. Menurut lokasinya nyeri dibagi menjadi 6
tipe. Nyeri superfisial yaitu nyeri pada kulit, nyeri pada subkutan, bersifat tajam,
serta nyeri terlokasi. Nyeri viseral yakni nyeri yang berasal dari organ internal
atau organ pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal dan kolik ureter.
Nyeri alih adalah nyeri masukan dari organ dalam pada tingkat spinal disalah
artikan oleh penderita sebagai masukan dari daerah kulit pada segmen spinal yang
sama. Nyeri proyeksi misalnya pada herpes zoster, kerusakan saraf menyebabkan
nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang diinervasi oleh saraf yang
rusak tersebut. Nyeri phantom yaitu persepsi dihubungkan dengan bagian tubuh
yang hilang seperti pada amputasi ekstrimitas.
Berdasarkan intensitas nyeri dibagi menjadi skala visual analog score : 1-8
dan skala wajah Wong Baker menjadi tanpa nyeri, nyeri ringan, sedang, berat,
dan tak tertahankan. Pengukuran nyeri unidimensional dapat menggunakan
beberapa skala. Cara yang paling mudah yaitu menggunakan Visual Analog Scale
(VAS). VAS merupakan skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya biasaya
10 cm (atau 100 mm), dengan penggambaran verbal pada masing-masing
ujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 100 (nyeri terberat). Nilai
VAS 0 - 4 mm = tidak nyeri, 5-44 mm = nyeri ringan, 45-74 mm = nyeri sedang,
dan 75-100 mm = nyeri berat.18 Penilaian tersebut dilakukan sendiri oleh pasien.
Pasien dengan penglihatan terganggu, anak anak, serta orang dewasa dengan
kognitif yang terganggu tidak dapat menggunakan skala ini.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala nyeri akut yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri.
b. Tampak meringis.
c. Bersikap protektif.
d. Frekuensi nadi meningkat.
e. Gelisah.
f. Sulit tidur.
g. Tekanan darah meningkat.
h. Pola nafas berubah.
2. Tanda dan gejala nyeri kronis yaitu (SDKI, 2016) :
a. Mengeluh nyeri.
b. Merasa depresi (tertekan)
c. Tampak meringis.
d. Gelisah.
e. Tidak mampu menuntaskan aktivitas.
f. Merasa takut mengalami cidera ulang.
g. Bersikap protektif.
h. Waspada.
i. Pola tidur berubah.
j. Anoreksia.
E. ETIOLOGI
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,
elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani, 2015).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri diantaranya yaitu
berupa usia dan jenis kelamin
a. Usia
Batasan usia menurut Depkes RI (2009) yaitu anak-anak mulai usia 0-12
tahun, remaja usia 13-18 tahun, dewasa usia 19-59 tahun, lansia usia lebih dari
60 tahun. Usia mempunyai peranan yang penting dalam mempersepsikan dan
mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda
terhadap nyeri dibandingkan pada lansia. Nyeri dianggap sebagai kondisi
yang alami dari proses penuaan.
Cara menafsirkan nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah normal dari
proses penuaan. Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor penting
dalam pemberian obat. Perubahan metabolik pada orang yang lebih tua
mempengaruhi respon terhadap analgesik opioid. Banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap persepsi nyeridan
hasilnya sudah tidak konsisten. Washington, Gibson dan Helme (2000)
menemukan bahwa orang tua membutuhkan intensitas lebih tinggi dari
rangsangan nyeri dibandingkan orang usia muda.
Menurut Edwards & Fillingham (2000) menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan persepsi nyeri antara orang muda dengan orang tua, sedangkan
menurut Li, Green-wald dan Gennis (2001) menemukan bahwa nyeri pada
lansia pasien merupakan bagian dari proses penuaan. Pasien usia lanjut
melaporkan nyeri kurang signifikan dibandingkan pasien yang lebih muda.
b. Jenis kelamin
Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose (2004)
telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui
perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya menunjukan
bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan dalam merespon nyeri
yaitu perempuan mempunyai respon nyeri lebih baik dari pada laki-laki.
F. PATOFISIOLOGI
Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain
(IASP, 1979) adalah pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan
dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan
jaringan. Sebagai mana diketahui bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan
dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeriyang dipengaruhi
oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan jenis kelamin. Kegagalan dalam
menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung pada pemeriksaan fisik
sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada kesalahpahaman dan
terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada pasien-pasien dengan
resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan gangguan
komunikasi.
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau pasca
pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak
dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik (MSR) yang
akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya.
Hal ini akan merugikan pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi
pasien itu sendiri, seperti
- Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus
asa
- Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka
- Plastisitas neural (kornudorsalis) : transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga
meningkatkan kepekaan nyeri.
- Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikard
- Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua perubahan, pertama akibat
pembedahan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan ujung saraf bebas dan
yang kedua setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah
sekitar operasi, dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia (prostaglandin, histamin,
serotonin, bradikinin, substansi P dan lekotrein) oleh jaringan yang rusak dan
selsel inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan inilah yang berperan pada proses
transduksi dari nyeri.
G. WOC/ POHON MASALAH
H. PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penatalaksanaan nyeri secara farmakologi dan non farmakologi.
1. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan
opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-
obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivatopium,
seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan
perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasakantuk pada
awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi denganpemberian yang
teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiatjuga menimbulkan
mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan
secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan
(Berman, et al. 2009).
Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti
aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerjadi
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator
inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et al.2009).
Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan
selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronistipe
tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat
penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme ototyang
menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat
tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan
gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga
menguatkan strategi nyeri lainnya (Berman, et al. 2009).
2. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi
a. Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti
reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem control
desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
menyebabkan relaksasi otot (Smeltzer dan Bare, 2002).
b. Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan
dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-hati
dan dipantau dengan cermat untuk menghindaricedera kulit (Smeltzer
dan Bare, 2002).
c. Trancutaneus electric nerve stimulation
Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS) menggunakan
unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada
kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri
akut maupun nyeri kronis (Smeltzer dan Bare, 2002)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui
apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat
menyebabkan timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :
1. melakukan pemeriksaan lab dan radiologi
2. menggunakan skala nyeri
a. ringan = skala nyeri 1-3 : secara objektif pasien dapat berkomunikasi
dengan baik
b. berat = skala nyeri 4-6 : secara objektif pasien dapat menunjukkan
lokasi nyeri, masih merespon dan mengikuti instruksi yang diberikan
c. berat = skala nyeri 7-9 : secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang pasien tidak mengikuti instruksi yang diberikan
d. nyeri sangat berat = skala nyeri 10 : secara objektif pasien tidakdapat
berkomunikasi dan pasien merespon dengan cara memukul
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri d.d pasien tampak gelisah
2. Ansietas b.d krisis situasional d.d pasien tampak gelisah dan sulit tidur
3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien tampak meringis
4. Nyeri Kronis b.d gangguan fungsi metabolic d.d pasien tampak
meringis
D. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen nyeri
nyaman b.d nyeri intervensi Observasi :
d.d pasien tampak keperawatan selama 1 - identifikasi lokasi,
gelisah x 24 jam maka status karakteristik, durasi,
kenyamanan frekuensi, kualitas, intensitas
meningkat dengan nyeri
kriteria hasil : - identifikasi skala nyeri
- kesejahteraan fisik - identifikasi respons non
meningkat (5) verbal
- kesejahteraan - identifikasi factor yang
psikologis meningkat memperberat dan
(5) memperingan nyeri
- keluhan sulit tidur Terapeutik :
menurun (5) - fasilitasi istirahat tidur
- merintih menurun - berikan teknik non
(5) farmakologis untuk
- lelah menurun (5) mengurangi rasa nyeri
- menangis menurun - control lingkungan yang
(5) memperberat rasa nyeri
- pola tidur membaik Edukasi :
(5) - jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan Terapi relaksasi
krisis situasional intervensi Observasi :
d.d pasien tampak keperawatan selama 1 - identifikasi penurunan
gelisah dan sulit x 24 jam maka tingkat energi,
tidur tingkat ansietas ketidakmampuan
menurun dengan berkonsentrasi, atau gejala
kriteria hasil : lain yang mengganggu
- veerbalisasi kemampuan kognitif
kebungngan menurun - identifikasi teknik relaksasi
(5) yang pernah digunakan
- verbalisasi khawatir - identifikasi ketersediaan,
akibat kondisi yang kemampuan, dan
dihadapi menurun (5) penggunaan teknik
- perilaku gelisah sebelumnya
menurun (5) - periksa ketegangan otot,
- perilaku tegang frekuensi nadi, tekanan darah
menurun (5) dan suhu sebelum dan
- pola tidur membaik sesudah latihan
(5) - monitor respon terhadap
- konsentrasi terapi relaksasi
membaik (5) Terapeuitik :
- tekanan darah - ciptakan lingkungan tenang
menurun (5) dan tanpa gangguan dengan
Frekuensi nadi pencahayaan dan suhu ruang
menurun (5) nyaman jika memungkinkan
- berikan ijnformasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
- gunakan pakaian longgar
- gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
- gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
media lain jika perlu
Edukasi :
- jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia
- jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
- anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
- anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
- anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang
dipilih
- demonstrasikan dan latih
teknik yang dipilih
3. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
agen pencedera intervensi Observasi :
fisiologis d.d keperawatan selama 1 - identifikasi lokasi,
pasien tampak x 24 jam maka karakteristik, durasi,
meringis tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : - identifikasi skala nyeri
- keluhan nyeri - identifikasi respons non
menurun (5) verbal
- meringis menurun - identifikasi factor yang
(5) memperberat dan
- kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun (5) Terapeutik :
- frekuensi nadi - fasilitasi istirahat tidur
membaik (5) - berikan teknik non
- tekanan darah farmakologis untuk
membaik (5) mengurangi rasa nyeri
- nafsu makan - control lingkungan yang
membaik (5) memperberat rasa nyeri
Edukasi :
- jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Nyeri Kronis b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
gangguan fungsi intervensi Observasi :
metabolik d.d keperawatan selama 1 - identifikasi lokasi,
pasien tampak x 24 jam maka karakteristik, durasi,
meringis tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : - identifikasi skala nyeri
- keluhan nyeri - identifikasi respons non
menurun (5) verbal
- meringis menurun - identifikasi factor yang
(5) memperberat dan
- kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun (5) Terapeutik :
- frekuensi nadi - fasilitasi istirahat tidur
membaik (5) - berikan teknik non
- tekanan darah farmakologis untuk
membaik (5) mengurangi rasa nyeri
- nafsu makan - control lingkungan yang
membaik (5) memperberat rasa nyeri
Edukasi :
- jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
J. DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman., A., dan Snyder, S.J. 2011. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep Proses da Praktik Vol. 2. Jakarta : EGC
Rospond. 2008. Pemeriksaan dan Penilaian Nyeri. Diakses: pada tanggal 1 Februari
2016, dari http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pemeriksandan-
penilaian-nyeri.
.
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Riwayat Kesehatan Masuk RS klien datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan
mual dan muntah disertai darah berwarna kehitaman, badan lemas, tidak nafsu
makan, buang air besar (BAB) hitam dengan frekwensi 12-13x/hari, sakit uluhati,
nafas terasa sesak, tekanan darah: 160/100 mmHg, frekwensi nadi: 98x/mnt,
frekwensi napas: 22x/mnt, SpO2: 98%, suhu: 36,2̊C, GCS: E4M6V5 Keluhan
penyerta pasien mengatakan merasa lemas dan lesu dan tidak nyaman serta gelisah.
Tedapat nyeri pada perut, pasien tampak meringis, nyeri bertambah saat pasien
bergerak (berpindahposisi) dan menjadi ringan saat pasien mengatur pola nafas
sambil beristirahat dan memberikan minyak kayu putih pada perutnya, nyeri yang
dirasakan seperti ada luka dan tertusuktusuk, nyeri yang dirasakan menyebar dari
perut sampai ke dada, dengan skala nyeri 7, tidak nafsu makan, merasa sesak,dan
dada terasa berdebar-debar.Riwayat kesehatan lalu pasien pernah dirawat di RS
menjalani operasi pada kaki kanan bagian maleolus medialis, pasien didiagnosa
dengan diabetes oleh dokter,pasien juga diberikan suntik insulin selama dirumah,
suaminya yang biasa menyuntikkan insulin sebanyak 6 unit, penggunaan insulin
dilakukan selama1 bulan, pasiien juga mulai memiliki darah tinggi sejak mengalami
diabetes. Pasien juga pernah menjalani perawatan selama dengan keluhan yang sama
dengan penyakit saat ini yaitu mual muntah, pasien juga di diagnosa ada kelainan
jantung (CHF). Pola nutrisi. Sebelum sakit pasien biasanya makan sebanyak 3x/hari,
pasien terbiasa mengkonsumsi bubur nasi sebanyak 3 sendok setiap kali makan,
pasien mengaku sudah kenyang dengan sendok bubur nasi, pasien sudah mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung tinggi gula sejak di diagnosa diabetes oleh
dokter, pasien mengaku jika ingin minum teh menggunakan gula tropicanaslim dan
hanya sesekali saja (seminggu sekali), dalam tiga bulan terakhir pasien merasa tidak
ada perubahan berat badan. Setelah sakit pasien sulit untuk makan, karena selalu
merasa mual dan terasa sakit pada lambungnya jika menerima makanan, pasien baru
makan satu sendok bubur dipagi hari dan satu sendok di siang hari. Pasien juga
mengkonsumsi roti tawar, hari ini sudah menghabiskan setengah potong rotitawar.
Sebelum sakit pasien bisa menghabiskan air putih 5-6 gelas aqua sehari, setelah sakit
pasien hanya mampu menghabiskan air putih 1-2 gelas aqua sehari, pasien juga
mengatakan sulit tidur karena merasakan nyeri di perutnya pasien terpasang infus,
pasien mendapatkan asupan cairan infus ringer laktat 500cc/6jam/ 30 tpm, pasien
mendapatkanobat melalui iv ranitidine 3x1 ampul, ondan 3x1 ampul, as. Tranex 3x1
ampul.
Format Asuhan Keperawatan
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Suku/ Bangsa : jawa
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : jalan kusuma bangsa 20 kediri
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. R
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : islam
Alamat : jalan kusuma bangsa 20 kediri
Hubungan dengan pasien : istri
KULIT
Kulit ikterik sianos kemerahan hiperpigmentasi
Turgor kulit baik kurang jelek
Lesi ada tidak
Oedema ya tidak
Peradangan ya tidak
PENGLIHATAN
Bola mata simetris tidak
Pergerakan bola mata normal tidak
Refleks pupil terhadap cahaya normaltidak
Kornea bening tidak
Konjungtiva anemis tidak
Sclera ikterik tidak
Pupil isokor anisokor
ketajaman pengelihatan normal tidak
PENCIUMAN/PENGHIDUNG
Bentuk simetris tidak
Fungsi penciuman baik tidak
Peradangan ada tidak
Polip ada tidak
Perdarahan ya tidak
PENDENGARAN/TELINGA
Bentuk daun telinga simetris tidak
Letak simetris tidak
Peradangan ada tidak
Fungsi pendengaran baik tidak
Serumen ada tidak
Cairan ada tidak
Perdarahan ya tidak
MULUT
Mulut bersih kotor berbau
Bibir pucat cyanosis merah
Mukosa bibir lembab kering stomatitis
Gigi bersih tidak
Gusi berdarah ya tidak
Tonsil radang tidak
Lidah tremor ya tidak
Fungsi pengecapan baik tidak
LEHER
Benjolan/massa ada tidak
Kekakuan ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
Kedudukan trachea normal tidak
Gangguan bicara ada tidak
DADA/PERNAFASAN
PARU
Inspeksi
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif Kering Darah
Sekret :…….. Konsistensi :......................
Warna :.......... Bau :..................................
Irama nafas : teratur tidak teratur
Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
Bentuk dada Simetris Asimetris
Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
Retraksi Intercosta ya tidak
Retraksi Suprasternal ya tidak
Pernafasan cuping hidung ya tidak
Alat bantu napas ya tidak
Jenis...................
Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama / tidak sama), lebih bergetar pada sisi........................
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub
JANTUNG
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas :................................( N = ICS II )
Batas bawah :................................( N = ICS V )
Batas Kiri :................................( N = ICS V Mid clavikula Sinistra )
Batas Kanan :................................( N = ICS IV Mid sternalis Dextra )
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (Keras/lemah), (reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), Keras/lemah), (reguler/irreguler)
Bunyi jantung tambahan :
BJ III (+ / -), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / -)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : < 2 detik
d. Akral hangat panas dingin
kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger ya tidak
ABDOMEN
Bentuk simetris tidak
Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Peristaltik usus : ..........................x/menit
Oedem ya tidak
REPRODUKSI
Radang pada genitalia eksterna ya tidak
Lesi ya tidak
Siklus menstruasi teratur tidak
Pengeluaran cairan ya tidak
EKSTREMITAS ATAS/BAWAH
Pembatasan gerak ya tidak
Varises ada tidak
Tromboplebitis ada tidak
Nyeri ya tidak
Kemerahan ya tidakx
Kelemahan tungkai/tidak ya tidak
Kekuatan otot
- -
- -
Oedem
- -
- -
IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan
No makan dan Sebelum Sakit Setelah Sakit
Minum
1 Jumlah / Pagi : 1x Pagi : 1x
Waktu Siang : 1x Siang : 1x
Malam : 1x Malam : 1x
2 Jenis Nasi : putih Nasi : bubur
Lauk : ayam Lauk : -
Sayur : bayam. Sayur : -
Minum : teh dengan Minum / Infus: air
gula diet putih / RL 500cc
30tpm
3 Pantangan / - -
Alergi
4 Kesulitan - Merasa sudah
makan dan kenyang dengan
minum hanya sedikit makan
5 Usaha untuk - Memberikan camilan
mengatasi lain
masalah
b. Pola Eliminasi
Pemenuhan
No Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / BAK BAK
Waktu Pagi : 2x Pagi : 2x
Siang : 2x Siang : 2x
Malam : 1x Malam : 1x
BAB BAB
Pagi : 1x Pagi : 5x
Siang : - Siang : 4x
Malam : - Malam : 4x
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah
tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi Kooperatif
tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Masalah
Keperawatan:............................................................................................
.
C. Analisa aelektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :
Jenis Hasil
pemeriksaan
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain
Kediri, 28 September
2021
DO :
- skala nyeri 7 nosiseptor
- Nadi : 98x/menit
- px tampak meringis
- TD : 160/100 mmHg impuls nyeri
diteruskan ke
P: bagian medulla
Nyeri bertambah sakit spinalis
saat bergerak maupun
berpindah posisi
Q: thalamus
Seperti ada luka dan
tertusuk tusuk
R: korteks celebri
nyeri yang dirasakan
menyebar dari perut sampai
ke dada
S: ekspresi wajah
Skala nyeri 7 nyeri
T;
Nyeri muncul ketika
pasien bergerak atau
berpindah posisi, nyeri nyeri akut
terasa berkurang ketika di
beri minyak kayu putih
pada perut dan
melakukan atur pola
nafas
2 DS : Stimulasi nyeri Gangguan rasa
- Px mengeluh tidak nyaman
nyaman dengan
kondisinya Agen
- Px merasa lemas pencedera
- px mengatakan sulit fisiologis
tidur
DO : nosiseptor
- px tampak meringis
menahan nyeri
- px tampak gelisah impuls nyeri
diteruskan ke
bagian medulla
spinalis
thalamus
korteks celebri
ekspresi wajah
nyeri
nyeri kronis
gangguan rasa
nyaman
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. T
No. Rekam Medis : 2365007
Hari Rawat Ke :1
Nama Klien : Tn T
Dx Medis : Gastritis
O : - skala nyeri 7
- Nadi : 98x/menit
- px tampak meringis
- TD : 160/100 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan (mendelegasi
dengan perawat selanutnya)
O : - skala nyeri 4
- Nadi : 92x/menit
- px tampak meringis
- TD : 130/90 mmHg
O : - skala nyeri 1
- Nadi : 88x/menit
- TD : 120/80 mmHg
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2. Selasa, 28 07.00 WIB
- mengidentifikasi respons non verbal
september 2021
- memfasilitasi istirahat tidur S:
- Px mengeluh tidak nyaman dengan
- memberikan teknik non farmakologis untuk
kondisinya
mengurangi rasa nyeri - Px merasa lemas
- px mengatakan sulit tidur
- mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri O:
- px tampak meringis menahan nyeri
- menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
- px tampak gelisah
nyeri
A : Masalah belum teratasi
- menjelaskan strategi meredakan nyeri
P : Intervensi dilanjutkan (mendelegasi
- menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri dengan perawat selanjutnya)
- menganjurkan penggunaan analgetik secara
tepat
- mengkolaborasi pemberian analgetik
( infus RL 500cc/6jam/30 tpm, ranitidine 3x1
ampul, ondan 3x1 ampul, as. Tranex 3x1 ampul)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan