Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ALGORITMA PELAKSANAAN FRAKTUR”

DISUSUN OLEH

Nama : Nanda Remadini Azhar

Kelas : 5B
Nim : PO.71.20.3.18.045

DOSEN PEMBIMBING:NS. SAPONDRA WIJAYA, S.KEP, M.KEP

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU TAHUN 2020/2021


A. PENGERTIAN FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap
(Price and Wilson, 1995 : 1183).

B. ANAMNESA
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan
anggota gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di
daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.
Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota
gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

a) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan,pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

1. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
2. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakahbertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D,
1995).

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi


petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu
seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang
sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat
proses penyembuhan tulang

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi
pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
(Ignatavicius, Donna D, 1995).

f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D,
1995).

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Look (inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

1. Bandingkan dengan bagian yang sehat


2. Perhatikan posisi anggota gerak
3. Keadaan umum penderita secara keseluruhan
4. Ekspresi wajah karena nyeri
5. Lidah kering atau basah
6. Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
7. Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau terbuka
8. Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapi beberapa hari
9. Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
10.Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain
11.Perhatika kondisi mental penderita
12.Keadaan vaskularisasi

2. palpasi(fell)

1. Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri.
2. Temperatur setempat yang meningkat
3. Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
4. Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hatihati

5. Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena
6. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma ,
temperatur kulit
7. Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai

3. pergerakan (move)

1. Dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
2. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai
berikut:

1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,
edema, pembentukan trombus)
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
5. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)

E. TERAPI AWAL FRAKTUR


1. loading cairan
2. wound toilet
3. debridement
4. antibiotik IV
F. PEMASANGAN BIDAI
1. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Petugas menggunakan masker dan handscoen sebagai alat pelindung diri.
3. Jumlah dan ukuran bidai yanng dipakai disesuaikan dengan lokasi patah tulang.
4. Jika terjadi perdarahan, hentikan dulu perdarahan dengan menekan dan mengikat
bagian yang luka dengan kain bersih.
5. Posisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi.
6. Ukur bidai pada 2 sendi.
7. Pasang penyanggah tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin parah
baik menggunakan spalk/bidai, tongkat, kayu, dll yang ringan dan kuat dibalut tapi
tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
8. Jangan membalut terlalu kuat atau terlalu longgar.

ALGORITMA PENATALAKSANAAN FRAKTUR


ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

LOOK FEEL MOVE

DIAGNOSA KEPERAWATAN FRAKTUR

TERAPI AWAL

LOADING WOUND ANTIBIOTIK


CAIRAN DEBRIDEMEN IV
TOILET

PEMASANGAN BIDAI

DAFTAR PUSTAKA
MANAJEMEN FRAKTUR PADA TRAUMA MUSKULOSKELETAL Gde Rastu Adi

Mahartha1,SriMaliawan2,Ketut Siki Kawiyana3 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2,3Bagian/SMF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Anda mungkin juga menyukai