Anda di halaman 1dari 16

Asuhan keperawatan

“MOLA HIDATIDOSA”
Nama : Nanda Remadini Azhar
NIM : PO.71.20.3.18.045
Semester : IV.B

Dosen Pembimbing : Ns.Eva Oktaviani, S.Kep.M..Kep.Sp.An


 Mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan yang ditandai dengan
A.Definisi hasil konsepsi yang tidak
berkembang menjadi embrio
setelah fertilisasi ( Lily ,yulaikhah .
2006.go )
 Penyebab pasti belum diketahui ,tetapi faktor
faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan
mendukung terjadinya mola antara laion ;
 faktor ovum dimana ovum memang sudah
patologik sehingga mati, tetapi terlambat
B. Etiologi dikeluarakan
 imunoselektif dari trfoblast
 Paritas tinggi
 Kekurangan protein
 Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum
jelas
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan
sebutir ovum ,sesudah kekuar dari ovarium diantarakan melalui tuba
uterin ke uterus ( pembuahan ovumsecara normal terjadi dalam tubuh
uterin ) sewaktu hamil yang secar normal berlangsung sekama 40
minggu , uterus bertambah besar,tapi dindingnya menjadi lebih
tipis,tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pulvis,masuk
C. Patofisiologi kedalam rongga abdomen pada masa fetus pada umumnya setiap
kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna . Tetapi
dalam kenyataanya tidak selalu demikian sering kali perkembangan
kehamilan mendapat gangguan demikian pula dengan penyakit
tropoblast ,yang merupakan kegagalan reproduksi. Disini kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna,melainkan
 Berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi
pada minggu minggu kehamilan pertama , berupa
generasi hidropik dari jonjot karion sehingga
menyerupai gelembung yang disebut ‘’ mola hidatidosa
‘’ . Sebagian dari villi berupa menjadi gelembung
gelembung berisi cairan jernih merupakan kista kista
kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum
uteri,secara histopatologik kadang kadang ditemukan
jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal .bisa
juga terjadi kehamilanganda mola,yaitu satu jenis
tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.
D. WOC
(Web Of
Caution)
Amenore dan tanda tanda kehamilan
Pendarahan pervaginam berulang . Darah cenderung berwarna
coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola .
Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Tidak terabannya bagian janin pada palpasi dan tidak
E. Tanda dan terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih
Gejala Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan
24 minggu
Hiperemesis lebih sering terjadi , lebih keras dan lebih lama .
Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100
atau lebuh sesudah periode menstruasi terakhir
Melakukan pemeriksaan dalam
 pemeriksaan hormon
F. Pemeriksaan  pemeriksaan poto torax
Penunjang
 Diagnosis ini akan menguntungkan prognosis
 pemeriksaan LSG sangat membantu diagnosis pada
pasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas,
dapat di lakukan : fnaluasi klinik dengan fokus pada :
riwayat haid terakhir dan kehamilan pendarahan tidak
renam atau sepotting . Pembesaran abnormal
G.Penatalaksanaan uterus,pelakasanaan servix dan korpus uteri
Medis  lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
Antisipasi komlikasi (krisis tiroid, pendarahan hebat atau
periforasi
Lakukan pengamatan hingga minimal 1 tahun
 A. data dasar
 B. riwayat keperawatan
 1. riwayat kesehatan sekarang
H.Pengkajian  2. riwayat kesehatan msa lalu
Keperawatan
 3. riwayat kesehatan keluarga
 4. riwayat kesehatan psikososial
dan spnormal
 nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

I. Diagnosa  Resiku infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh


sekunder
Keperawatan  Intorelansi aktipitas b.d kelemahan
1. nyeri akut b.d agen pencedera fisiolgis
SLKI: Tingkat nyeri
SIKI : Manajemen nyeri
Observasi
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nonverbal
J. Intervensi Terapeutik
Berikan tekhnik nnfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
Anjurkan memonitor skala nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Klaborasi pemberian analgetik jika perlu
2. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder
SLKI : Tingkat infeksi
SIKI : pencegahan infeksi
observasi
- moditor tanda dan gejalah infeksi dan
sistemik
terapeutik
- batasi jumlah pengunjung
edukasi
- jelaskan tanda dan gejalah infeksi
 3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
SLKI: toleransi aktifitas
SIKI : manajemen energi
observasi
- monitor kelelahan fisik dan emosinal
terapeutik
sediakan linmgkungan nyaman dan rendah stimulus
edukasi
- anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi dengan cara meningkatkan asupan
makanan
 nyeri akut teratasi

K. Evaluasi  resiko infeksi membaik


 intoleransi aktifitas membaik dan teratasi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai