Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rintan Nurazizah

NIM : 32722001D20086
Kelas : 2B
RESUME
Pertemuan 1
Kegawat Daruratan Neonatus Dan Anak
 Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi
yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sait (<
usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
 Tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan menempatkan
prioritas pada fungsi vital sesuai dengan : A B C
 Kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal yaitu BBLR Asfiksia BBL,
Hipotermi, Hipogklikemia, Ikterus, Masalah pemberian air minum, gangguan nafas
pada BBL,
 Pengertian Asfiksia adalah suatu keadaan hipoksia pada bayi baru lahir yang disertai
dengan adanya hiperkarbia dan asidosis. Bila proses ini berlangsung lama maka akan
mengakibatkan kerusakan otak/ kematian.
 Penyebab afiksia
1. Hipoksia intrauterin
2. Bayi kurang bulan
3. Obat2 yang diberikan atau diminum oleh ibu
4. Penyakit neuromuskuler bawaan (kongenital)
5. Cacat bawaan
6. Hipoksia intrapartum
 Pemeriksaan fisik
Penilaian APGAR SCORE yang meliputi:
 Usaha napas
 Bunyi jantung
 Tonus otot
 Refleks
 Warna kulit
Klasifikasi asfiksia
 1-3 : asfiksia berat
 4-6 : asfiksia vesikuker
 7-10 : tidak asfiksia/ringan
 Pemeriksaan diagnostik
 Analisa gas darah
 Dekstrostiks/ gula darah
 Elektrolit darah
 Darah lengkap
 Kultur darah
 Foto toraks
 U.S.G kepala

Penilaian Awal Anak Sakit

 Pasien anak adalah tantangan untuk perawat gawat darurat karena secara anatomi dan
fisiologinya berbeda dengan dewasa.
 Penilaian awal anak sakit
1. Jalan napas dan pernafasan
2. Sirkulasi
3. Kecacatan
 Pertimbangan teknik khusus
 Saluran pernafasan
 Sirkulasi
Pertemuan 2
BBLR
 Bayi yang baru lahir yang berat badannya kurang / sama dengan 2500 gram “low birth
weight infant” (WHO)
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan masa
gestasi
 Etiologi :
Faktor ibu, janin, plasenta, lingkungan
 Tanda-tanda BBLR
 <37 mg, BBL ,2500gr, PBL
<45 cm
LK < 33 cm, LD <30 cm
 Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, kurangnya lemak subkutan
 Ofiksia sedikit, ubun2 & sutura melebar
 Suara tangis melemah & merintih pernafasan blm teratur / apnea
 Masalah pada BBLR
Pernafasan, hipotermia, nutrisi, hipogklekimia, hipirbilirubinemia, sistem imunologi
 Perawatan & pemantauan bayi BBLR
 Mempertahankan oksigen
 Mencegah dan mengatasi infeksi
 Melibatkan program imunisasi
 Mempertahankan kestabilan suhu tubuh
 Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Memenuhi kebutuhan psikologis
 Mempertahankan oksigenasi
1. Mempertahankan jalan nafas,
2. Pemberian oksigen
3. Terapi surfaktan
4. Contous positive airway presure
5. Ventilasi mekanik
 Kesimpula
Pemberian asuhan keperawatan yg tepat pada bayi BBLR dari awal pengkajian,
menetapkan diagnosis, keperawatan, intervensi, melakukan implementasi dan
mengevaluasi asuhan keperawatan

Pertemuan 3
Kegawat Daruratan Maternal
A. Faktor resiko
 (4T)
- Terlalu muda <20 tahun
- Terlalu tua >35 tahun
- Terlalu banyak anak >5 anak
- Terlalu dekat jarak kelahiran anak <2 tahun
 Tb ibu <145 cm
 HB <10 gr/%
 BB trimester 3 <45 kg
 LILA <23,5 cm

B. Perdarahan Trimester 1
1. Abortus
a. Definisi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa latin : abortus) adalah berhentinya
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah
20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur.
b. Etiologi
Penyebab dari segi Ibu
Infeksi akut
(1) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
(2) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
(3) Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2) Tuberkulosis paru aktif.
3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4) Penyakit kronis
5) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6) Trauma fisik
Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, inkompetensia serviks.
2)Radang pelvis kronis, endometrtis.
3)Retroversi kronis.
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan
degenerasi.
c. Tanda dan gejala
o Nyeri perut bagian bawah
o Keram pada rahim
- Nyeri pada punggung
- Perdarahan dari kemaluan
- Pembukaan leher rahim
- Pengeluaran janin dari dalam rahim
d. Klasifikasi
1) Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
a) Abortus imminens
Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari
rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih
berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim.
Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan
tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus
spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan
USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin.
Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau
Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu. Tatalaksana
yang dilakukan meliputi istirahat baring.
b) Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim,
namun janin masih berada di dalam rahim
c) Abortus inkompletus
Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar
akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim.
d) Abortus kompletus
Abortus kompletus ditandai dengan pengeluaran lengkap
seluruh hasil konsepsi yang diikuti dengan sedikit perdarahan, dan nyeri.
Tatalaksana yang dilakukan adalah peningkatan keadaan umum ibu
e) Missed abortion
Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya
pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal
tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan
gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau
menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-
tanda kehamilan tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi
f) Abortus habitualis
g) Abortus provokatus medisinalis
h) Abortus provokatus kriminalis

2. Molahidatidosa
a. Definisi
Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG),
yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola
hidatidosa parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental
site trophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat
untuk mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya
keganasan, dengan mola hidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma
yang ganas, sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan.
Secara histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan
hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya
terdapat sedikit pembuluh darah.
b. Penyebab
Sejauh ini penyebab dari mola hidatidosa sendiri masih belum
diketahui. Beberapa faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan
gizi pada ibu hamil, dan kelainan rahim dianggap berhubungan dengan
peningkatan angka kejadian mola hidatidosa sendiri. Wanita dengan usia
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun juga memiliki resiko tinggi untuk
terjainya mola hidatidosa.4Faktor resiko mola hidatidosa sering didapatkan
pada wanita usia reproduktif. Wanita usia remaja atau usia perimenopausal
amat sangat beresiko. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki
resiko 2 kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun memiliki resiko 7 kali
dibanding wanita yang lebih muda. Paritas tidak mempengaruhi faktor resiko
ini.
c. Klasifikasi
Mola hidatidosa terbagi atas 2 kategori, yaitu komplet mola
hidatidosa dan parsial mola hidatidosa. Mola hidatidosa komplet tidak berisi
jaringan fetus. 90% biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY.
Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum yang tidak bernukleus
mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi
sendiri, atau satu telur dibuahi oleh2 sperma. Pada mola yang komplet, vili
khoriales memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat tropoblastik
hiperplasia. Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit
fetus dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis
terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang
menonjol dan berkelok- kelok.
1) Mola hidatisoda komplet
2) Mola hidatidosa parsial
e. tanda dan gejala
Perdarahan per vaginam disertai keluarnya gelembung gelembung
seperti buah anggur (gelembung mola) atau villus
2. Tejadi gejala toksemia pada trisemester I-II
3. Terjadi hiperemis gravidum
4. Dijumpai gejala-gejala tirotoksikosis atau hipertiroid
5. Kadang- kadang dijumpai emboli paru
Tidak ada denyut janin tapi ukuran kehamilan besar
f. pemeriksaan
. Pemeriksaan USG Serial Tunggal
1) Tidak terdapat janin
2) Tampak sebagian plasenta normal
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Beta HCG urin tinggi lebih dari 100.000 IU/ml
2) Beta HCG serum diatas 40.000 IU/ml
d. Pemeriksaan MRI 1,10
1) Tidak tampak janin
2)Jaringan mola terlihat jelas
g. penanganan
1) Sediaan kuret dipisahkan dari sediaan kuret tumpul dan kuret tajam,
kemudian keduanya diperiksakan secara patologi anatomik. Sebelum
tindakan kuret dilakukan, biasanya dilakukan pemasangan batang
laminaria atau dengan menggunakan dilatator Hegar untuk membuka
serviks. Sebelum mola dievakuasi, ada baiknya melakukan prmeriksaan
roentgen paru untuk melihat kemungkinan metastase.
2) Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan uterus beristirahat 4 – 6 minggu
dan penderita disarankan untuk tidak hamil selama 12 bulan
3) Terapi profilaksis dengan sitostatika dapat diberikan pada kasus mola
dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan, misalnya pada usia tua dan
paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola
dengan hasil histopatologi yang dicurigai memiliki tanda- tanda
keganasan.
4) Pemulihan biasanya memerlukan waktu sekitar 4- 5 minggu, serta masa
pengawasan 2 tahun.

3. KEHAMILAN EKTOPIK
a. Definisi
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah kehamilan dimana sel telur
yang dibuahi berimplantasi dan bertumbuh di luar endometrium kavum
uterus. Dari seluruh kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan dalam
kehamilan, 16% diantaranya disebabkan oleh kehamian ektopik.
b. Etiologi
1) Faktor dalam lumen tuba
2) Faktor pada dinding tuba
3) Faktor diluar dinding tuba
4) Faktor lain
c. Tanda dan gejala
- Nyeri
- Perdarahan
- Amenorea

C. PERDARAHAN POST PARTUM


a. Definisi
Perdarahan post partum primer didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih
darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio
sesaria.
Perdarahan post partum sekunder adalah peradarahan lebih dari 500-600 ml/24
jam setelah anak lahir.
Perhatikan 4 T :
- Tonus (atonia uteri)
- Trauma (robekan jalan lahir)
- Tissue (retensi plasenta atau sisa plasenta)
- Trombin (kelainan koagulasi darah)
Pertemuan 4
Kegawatdaruratan Obstetric dengan persalinan Distosia
 Definisi distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan karena kelainan tenaga (his)
yg tdiak normal baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran
persalinan.
 Klasifikasi distosia
1. Karena kelainan presentasi
a. Posisi oksipitalis posterior persisten
b. Presentasi puncak kepala
c. Presentasi muka
d. Presentasi dahi
e. Letak sungsnag
f. Letak lintang
g. Presentasi ganda
2. Karena kelainan tenaga dan / His
a. Inersia uteri atau hypotonic uterine countraction.
b. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri)
c. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic utrine contractiom
3. Karena alat kandungan dan jalan lahir
a. Pada vulva
b. Pada vagina
c. Pada uterus
d. Kelainan pada ovarium
4. Distosia karena kelainan janin
a. Distosia kepala
b. Distosia bahu
c. Distosia perut
d. Distosia bokong
e. Kembar siam
f. Gawat janin
5. Distosia karena kelanan panggul
a. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intruretin
b. Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi
c. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
d. Perubahan bentuk karena penyakit kaki
 Manifestasi Klinis
1. Dapat dilihat dna diraba, perut terasa membesar kesamping
2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
3. Nyeri hebat dna janin sulit untuk dikeluarkan dan terjadi distensi berlebihan pada
uterus
4. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada
dada.
 Patifisologi
Setelah kelahiran kepala akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala teraba
pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring dibawah ramus pubis.
 Komplikasi
 Pada ibu
 Pada janin

Pertemuan 3
SYOK DAN PENANGANANNYA
Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang diakibatkan ketidakmampuan sistem sirkulasi
menyuplai oksigen & nutrien ke jaringan, ditandai dengan hipoksia dan ketidakadekuatan
fungsi sel yang menyebabkan kegagalan organ dan potensial kematian (kleinpel dalam
garretsok 2007)
 Klasifikasi syok
 Syok hivopolemik
 Syok obstrktif
 Syok distributif
- Syok neurogenik
- Syok anafilaktik
- Syok septik
 Syok kardiogenik
1. Syok hivopolemik
Akibat dari penurunan preload
- Hemoragik : trauma,pendarahan GI, ruptur aneurisma
- Non – Hemoragik : diare, muntah, luka bakar
2. Syok kardiogenik
Akibat dari penurunan pompa jantung
Etiologi
- disfungsi sistolik
- disfungsi distolik
- distritmia
- gangguan struktur
3. syok distributif
Akibat dai dilatasi pembuluh darah besa-besaran -> penurunan sistemic vaskular
resistence (SVR) ->penurunan preload
Etiologi
- sepsis
- neurogenik
- reaksi anafilaktik
4. syok obstruktif
akibat dai retriksi pengisian diastolik ventrikel kanan akibat kompresi/penekanan pada
jantung
etiologi
- tamponade jantung
- tension pneumotorax
- emboli paru
Pengkajian : A, B, C
Tanda dan gejala syok
 perifer
 renal
 serebral
 kardiopulmonal
 gastroinstestinal
 hepatik
Diagnosa keperawatan pada syok
Perfusi jaringan perifer tidak efektif, bd
 penurunan volume darah
 penurunan kontratilitas jantung
 gangguan alirah darah sirkulasi
 vasodilatasi yang luas
Pertemuan 5
Gangguan Mental dan perilaku penggunan Zat Psikonatif
Pengunaan zat : diskonseptualisasikan mengalami gangguan jiwa sehingga tidak mampu
berfungsi wajar dan berperilaku maladatif,
Orang-orang yang mengkonsumsi narkoba, dopamin nya dan asepnikolin meningkat.
Napza : zat/ bahan – tubuh – SSP – perubahan aktivitas mental emosional dan perilaku –
ketagihan / ketergantungan.
Narkotika : zat/ obat berasal dari tanaman/ bukan sistesi/ semisintetis- penurunan/ perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi s/d menghilangkan nyeri – ketergantungan.
Contoh : heroin, kokain, ganja, morfin, codein.
Psikotropika : zat/ obat alamiah/ sintetis, berkhasiat psikoaktif – selektif/ pada ssp ->
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh ETC, Amtefamin, Diazepam, pil
BK.
 Dampak negatif
a. Gangguan jiwa
b. Penyakit / free seks bebas
 Upaya penanganan harus holistik
a. Sosial budaya
b. Psikoedukatif
c. Psikoreligius
 Modalitas terapi
a. Intoxikasi
b. Harmful use ( melakukan tindakan kekerasan pda diri sendiri)
c. Sindr ketergantungan
d. Putus zat
e. Putus zat + delirium
f. Psikotik
g. Sindr amnestik
 Konsep dasar terapi (NIDA)
a. Tida ada satu bentuk terapi yang sesuai
b. Kebutuhan terapi harus tersedia
c. Terapi efektif mampu untuk banyak kebutuhan
d. Penilaian terpai harus kontinyu
e. Mempertahankan px
f. Konseling & terapi perilaku

Tujuan terapi : abstinensia atau menghentikan sma sekali penggunaan napza pengurangan
frekuensi & keparahan relaps. Memperbaiki funsi psikologi, dan fungsi adaptasi sosial.
Detoksifikasi
 Konvensional : abrupt withdrawl, simtomatik
 Canggih : rapid

Terapi umum terhadap overdosis / emergenci


Usahakan peredarah darah berjalan lancar
a. Bila janutng berhenti, lakukan massae jentung eksternal injeksi adrenalin 0,1-0,2 cc
1m.
b. Pasang infus (RL/NaCl 0,9%)
c. Lakukan pemriksaan lebih lanjut untuk melihat adanya kemungkinan,
d. Pendarahan ata trauma yang membahayakan
e. Observasi terhadap kemungkinan kejang.

Anda mungkin juga menyukai