PENDAHULUAN
I. 1 Latar belakang
1
Penatalaksanaan kematian janin intra uterin ialah melakukan terminasi
kehamilan yang dapat dilakukan melalui penanganan ekspektatif dan penanganan
aktif. Ada beberapa metode terminasi kehamilan pada kematian janin intra uterin,
yaitu dengan induksi persalinan pervaginam dan persalinan perabdominam
(Sectio Caesaria ).
Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai IUFD dari
faktor risiko, etiologi hingga upaya penatalaksanaannya.
II. 2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya IUFD serta mengetahui
penatalaksanaan gejala dan keluhan yang timbul pada wanita dengan
IUFD
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang IUFD pada kasus
b. Mengetahui terapi pada pasien dengan keluhan dan gejala IUFD
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Definisi
Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 – International
Statistical Classification of Disease and Related Health Problems adalah
kematian fetal atau janin pada usia gestasional ≥ 22 minggu. 2.
WHO dan
American College of Obstetricians and Gynecologist (menyatakan Intra Uterine
Fetal Death ( IUFD ) ialah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500
gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin atau infeksi
II. 2 Etiologi
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin
dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal atau kelainan patologik plasenta.
Faktor Maternal :
Post term (>42 minggu), diabetes melitus tidak terkontrol, seistemik lupus
erimatosus, infeksi, hipertensi, preeklampsia, eklampsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri,
antifosfolippid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
Faktor Fetal :
Hamil kembar, hamil tubuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan
genetik, infeksi
Faktor plasental :
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa
Sedangkan faktor risiko terjadinya kematian janin intra uterine
meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma uretikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.
3
II.3 Klasifikasi
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut :
4
II. 4 Manifestasi klinis & Diagnosis
1) Anamnesis :
Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya.
Perut tidak bertambah besar, bahkan mungkin mengecil
Penurunan berat badan
2) Pemeriksaan Fisik :
Tinggi fundus uteri menurun, atau lebih rendah dari usia kehamilan
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada
ibu yang kurus
Tidak teraba gerakan-gerakan janin
3) Pemeriksaan penunjang:
a. USG
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound,
dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin
b. Foto radiologik
– Tampak Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi (tanda
Spalding) yaitu tumpang tindih (overlapping) secara
ireguler tulang tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi
massa otak dan melemahnya struktur ligamentosa yang
membentuk tengkorak. Biasanya tanda ini muncul 5 hari
setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat
ditemukan pada kehamilan ekstrauterin dengan janin hidup.
5
Spalding’s sign.
– Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda
Naujokes)
– Hiperekstensi kepala tulang leher janin (tanda Gerhard)
– Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin (tanda
Robert)
– Femur length yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan adanya
kelainan dari system skelet
1. Deskripsi bayi
malformasi
bercak/ noda
warna kulit – pucat, pletorik
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
6
pembengkakan - leher, lengan, kaki
hematoma atau striktur
jumlah pembuluh darah
panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
warna – mekoneum, darah
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
bekuan darah dan perlengketan
malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
Tabel . Diagnosis dan Diagnosis Banding IUFD
7
Gerakan janin dan DJJ Syok, perut kembung/ Ruptur Uteri
tidak ada, perdarahan, cairan bebas intra
nyeri perut hebat abdominal, kontur uterus
abnormal, abdomen
nyeri, bagian-bagian
janin teraba, denyut nadi
ibu cepat
Gerakan janin/DJJ hilang Tanda-tanda kehamilan IUFD
berhenti, TFU
berkurang, pembesaran
uterus berkurang
II.5 Komplikasi 1
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga,
apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila
terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin
lebih dari 2 minggu.
3. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
8
4. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi
7. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50 mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg
setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
9. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
10. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
9
SKEMA PENATALAKSANAAN IUFD1
diindikasikan (80%)
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Rawat di RS, Induksi persalinan
Gagal gagal
Ditambah Prostaglandin/vaginam
10
II.6.1 METODE-METODE TERMINASI
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi
pematangan serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat
diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal,
pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada hari berikutnya. Infus
dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan
kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan
menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus
dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu
yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan
resiko tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang
setelah pemberian prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan
sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang tetap gagal menginduksi
persalinan.
Misoprostol
Pemberian misoprostol per vaginam di daerah forniks posterior sangat efektif
untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pada kematian janin
24-28 minggu dapat digunakan, misoprostol secara vaginal (50-100 μg tiap 4-6
jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol
25 μg pervaginam / 6jam Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian
oksitosin.
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus
yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak lintang.
11
II.7. Pencegahan 1,2,3
12
Pijat pada titik reflek di mata kaki-daerah pergelangan kaki yang
sesuai dengan rahim dan ovarium- harus dihindari kecuali seorang wanita
pada masa menjelang melahirkan. Pijat langsung di atas varises adalah
bukan sesuatu yang baik, tetapi perawatan yang dilakukan ke daerah-
daerah sekitarnya akan meningkatkan sirkulasi dan meredakan ketegangan
dalam jaringan varises .
- Menurunkan kecemasan
- Mengurangi nyeri pada punggung dan kaki
- Memperbaiki pola tidur
- Mengurangi kadar hormon stress norepinephrine
13
- Peningkatan kadar hormon dopamin dan serotonin yang membuat “merasa
nyaman”
- Penurunan kadar hormon kortisol, sebuah indikator dari stress
- Memperbaiki suasana hati secara menyeluruh
- Pereda nyeri
- Merangsang pelepasan hormon tertentu seperti serotonin
- Memperbaiki kualitas tidur
- Meningkatkan respon relaksasi fisiologis
14
menyarankan semua wanita hamil untuk menghindari pijat. Namun
secara ilmiah tidak ada di dalam pedoman. Pastikan mendapatkan izin
dari dokter sebelum mencoba pijat, terutama jika:
Persiapan:
Minta ibu hamil duduk atau berbaring. Sementara pemijat duduk atau
berdiridisebelahnya.
Caranya:
Persiapan:
Minta ibu hamil berbaring miring atau duduk bersandar. Sementara
pemijat duduk atau berdiri di sampingnya.
15
Caranya:
1. Letakkan tangan kanan atau kiri pemijat di atas kaki ibu hamil yang
sebelah kiri atau kanan dengan posisi telapak telentang. Pijatllah kaki
dari bawah ke atas.
2. Masih dengan telapak tangan, pijat secara memutar besar-besar, lalu
turun perlahan sampai ke betis.
3. Pijat bagian paha dan betis seperti mengusap-usap dengan gerakan naik
turun. Lakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri.
4. Pijat bagian ruas-ruas jari kaki dengan ibu jari dan jari telunjuk.
5. Hindari memijat bagian paha atau menekan kaki terlalu keras apalagi jika
ibu hamil memiliki varises karena dikhawatirkan akan memecahkan
gumpalan darah tersebut. (ayahbunda)
16
Chan dkk (2004) dan Vezina dkk (2004) : keberhasilan tindakan
versi luar tidak selalu diikuti dengan penurunan angka kejadian sectio
caesar. Distosia, kelainan presentasi kepala, gawat janin sering terjadi
pasca keberhasilan versi luar dan hal ini pada akhirnya memerlukan
tindakan sectio caesar.
KLASIFIKASI
17
6. Pada ibu yang belum inpartu :
1. Pada primigravida : usia kehamilan 34 – 36 minggu.
2. Pada multigravida : usia kehamilan lebih dari 38 minggu.
Indikasi :
1. Letak bokong.
2. Letak lintang.
3. Letak kepala dengan talipusat atau tangan terkemuka.
4. Penempatan dahi.
Kontra indikasi :
1. Perdarahan antepartum.
o Pada plasenta praevia atau plasenta letak rendah, usaha memutar
janin dikhawatirkan akan menyebabkan plasenta lepas dari
insersionya sehingga akan menambah perdarahan.
2. Hipertensi.
o Pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi perubahan
pembuluh arteriole plasenta sehingga manipulasi eksternal dapat
semakin merusak pembuluh darah tersebut sehingga terjadi solusio
plasenta.
3. Cacat uterus.
o Jaringan parut akibat sectio caesar atau miomektomi pada mioma
intramural merupakan locus minoris resistancea yang mudah
mengalami ruptura uteri.
4. Kehamilan kembar.
5. Primitua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas
6. Insufisiensi plasenta atau gawat janin.
1. Paritas.
18
2. Presentasi janin.
3. Jumlah air ketuban.
19
6. (berikan terbutaline 0.25 mg subcutan sebagai tokolitik).
Catatan :
20
Tahap fiksasi : mempertahankan presentasi janin agar tidak kembali
presentasi semula (pemasangan gurita)
Catatan : Versi Luar pada letak lintang dilakukan hanya melalui 2 tahap
yaitutahap rotasi dan tahap fiksasi.
1. Penggunaan tokolitik
2. Penggunaan analgesia epidural
1. Solusio plasenta
2. Ruptura uteri
3. Emboli air ketuban
4. Hemorrhagia fetomaternal
5. Isoimunisasi
6. Persalinan Preterm
7. Gawat janin dan IUFD
21
22
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Madura
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pobolinggo
Tanggal MRS :19 Oktober 2014
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Kiriman dari Sp,OG dengan diagnosa G2P0-0Ab1 umur
kehamilan dengan IUFD
Perjalanan penyakit :
Pasien datang ke RSUD Moh. Saleh dengan membawa surat kiriman dari Sp.OG
karena janin didiagnosa telah tiada.
Pasien merasa gerak janin berkurang sejak 2 minggu yang lalu. Namun makin
lama gerakan dirasakan tidak ada sama sekali sekitar 1 minggu yang lalu.
Saat pasien merasa gerakannya berkurang pasien datang ke Bidan setempat
namun bidan mengatakan bahwa janin baik-baik saja. Saat itu hanya diperiksa
dengan menyentuh perut saja.
Pada saat pasien mengetahui gerak janin sudah tidak ada pasien tidak
memeriksakannya ke dokter ataupun bidan dengan alasan tidak ada yang
mengantar.
Sebelum gerak janin dirasa berkurang pasien sering pijat kandungan di tukang
pijat yang kebetulan adalah tetangganya. Dari dulu pasien memang sering pijat
23
kandungan agar bayi tetap sehat. Biasanya pasien pijat kandungan 2 bulan sekali
terutama jika badan sudah mulai terasa pegal saat hamil ini.
Tadi siang sekitar pukul 14.00 pasien mengatakan keluar darah berwarna merah
segar, Darah yang keluar hanya sedikit tidak sampai separuh sarung. Darah juga
disertai dengan lendir berwarna putih . Sebelumnya pasien juga merasa perutnya
mules bersamaan dengan keluarnya darah. Mules hanya dirasa jarang sekitar 20
detik dan dirasa makin lama makin nyeri. Namun pada saat itu pasien hanya
tiduran untuk mengurangi rasa nyerinya tetapi nyeri tidak dirasa berkurang.
Pasien tidak segera pergi ke dokter ataupun bidan setempat karena tidak ada yang
mengantar.
Jam 21.00 malam pasien pergi ke dr.Djauhar, Sp.OG untuk memeriksakan
kandungannya. Disana pasien di USG dengan hasil bahwa janin didalam
kandungan sudah mati dan disarankan untuk MRS karena janin harus segera
dikeluarkan .
Kelainan lain :
Nafsu makan : kurang
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 158 cm
Berak : lancar
24
Sesak :-
Berdebar-debar :-
Pusing :-
Mata Kabur :-
Epigastric Pain :-
Anamnesa Keluarga :
Tumor :-
Gemelli :-
Operasi :-
1. STATUS INTERNAL
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Anemis :-
Ikterik :-
Cyanosis :-
Dyspnoe :-
GCS :456
Tensi : 110/70
Nadi : 96 kali/menit`
Suhu : 36,60 C
Pernapasan : 20 kali/menit
Kepala
Bentuk : mesochepal
Tumor :-
Rambut : hitam
Mata :
- Konjungyiva : anemis -/-
25
- Sklera : Ikterik -/-
- Pupil : bulat +/+, isokor +/+
Telinga dan hidung : tidak ada kelainan
Mulut :
- Gigi sakit :-
- Lidah tremor :-
- Beslag :-
- Hipersalivasi :-
Leher
Struma :-
Bendungan vena :-
Thorax
Jantung : S1 S2 tunggal
Paru-paru : suara dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing
-/-
Payudara membesar, putting menonjol
Abdomen
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia External : odema(- )
Ekstremitas : dalam batas normal
2.STATUS OBSTETRI
Muka
- Chloasma gravidarum :-
- Exopthalmus :-
Leher
- Struma :-
Thorax
- Mammae :
26
Membesar? Ya
Lembek/tegang? Lembek
Colostrum? -
Abdomen
- Inspeksi
Perut membesar ke depan? Ya
Striae Gravidarum alba? -
Striae Gravidarum lividae? Ya
Hyperpigmentasi linea alba? Ya
Nampakkah gerakan anak? -
- Palpasi
Leopold I : tinggi fundus uteri 4 jari bawah processus
xyphoideus (27 cm)
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : kepala belum masuk pintu atas panggul
- Auskultasi
Cortonen : tidak ada
Genitalia Eksterna
- Fluor :-
- Flucus : Blood +
Perineum
- Cicatrix :-
Anus
- Haemorrhoid externa :-
27
Pemeriksaan dalam :
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HbsAg :-
Hb : 11,6 g/dl
Lekosit : 9500 /cmm
Hematokrit : 36 %
Trombosit : 274.000 /cmm
Albumin :-
USG :-
KESIMPULAN
DIAGNOSA
G2P0A1 (000) Umur Kehamilan 43-44 minggu inpartu dengan IUFD
Posterem Tunggal Mati, presentasi kepala
PROGNOSA
Dubia ad bonam
28
TERAPI
- Infus RL
- Drip Oksitosin 5UI 8tpm
FOLLOW UP
19 Oktober 2014
O : KU : Cukup , Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg
a/i/c/d -/-/-/-
P :Tetap
29
16 Oktober 2014 pukul 08.52
S : Pasien meneran setiap ada his. Perut terasa semakin sakit. Terasa seperti
keluar cairan merembes dari kemaluan
O : KU : Cukup , Kesadaran : CM
TD : 100/70mmHg
His 4.10’.40”
Pasien lahir spontan belakang kepala dengan janin sudah meninggal, berat
2800gr panjang 52cm jenis kelamin laki-laki.
30
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini wanita, 30 tahun dengan diagnosa kematian janin intra
uterin. Dalam kasus ini, diagnosis Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
disesuaikan dengan literatur.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien dengan G2P0A1 dengan IUFD.
Datang ke IGD RSUD Moh Saleh Probolinggo dengan keluhan utama janin tidak
bergerak sejak 2 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan
hal tersebut. Didapatan kenceng-kenceng sejak tadi siang disertai dengan
keluarnya darah dan lendir . Naun tidak keluar cairan ketuban. Pasien memiliki
kebiasaan pijat selama kehamilan . Biasanya pijat 2 bulan sekali dalam
kehamilannya terutama jika sudah merasa badannya pegal.
Pasien tidak mengalami trauma dalam kehamilannya, pasien juga tidak ada
riwayat demam tinggi dan alergi selama hamil, riwayat keputihan disangkal,
Riwayat minum obat-obatan lama juga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan
tanda- tanda kehamilan pada pasien ini tidak sesuai dengan masa kehamilan.
Ukuran tinggi fundus uteri yang berkurang dari usia kehamilan ditemukan. Pada
palpasi, gerak janin (-), dan pada auskultasi dengan pemeriksaan Doppler tidak
terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut membuktikan adanya kematian janin
intra uterin. Pada pemeriksaan laboratorium, hanya didapatkan pemeriksaan darah
rutin dalam batas normal pada wanita dengan kehamilan.. Pada pemeriksaan
USG, ditemukan Janin Tunggal, Intra uterine, letak presentasi kepala, DJJ (-).
Didapatkan kesan janin IUFD disertai dengan deskripsi yang menjadi dasar
diagnosis IUFD, seperti tidak adanya gerakan janin dan DJJ ( - ), sehingga dapat
ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental.
Berdasarkan anamnesis, pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi
dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum
31
alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama. Namun melihat usia ibu 48
tahun, dapat merupakan faktor ibu yang terlalu tua saat kehamilan.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan
pemeriksaan autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin.
Pasien tidak memiliki binatang peliharaan, makan daging setengah matang, yang
menurut literatur dapat menyebabkan infeksi toksoplasmosis pada janin.
Inkompatibilitas Rhesus juga sangat kecil kemungkinannya mengingat pasien dan
suaminya dari suku yang sama.
32
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin (IUFD)
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan
efektif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin untuk
mendeteksi penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi pada ibu dapat
dihindari.
Penatalaksanaan IUFD dibagi menjadi penanganan ekspektatif dan aktif.
Penanganan aktif lebih baik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada
ibu dan mengurangi gangguan psikologis keluarga, terutama ibu.
Dukungan moril / psikologis dari pihak dokter dan keluarga sangat
berperan penting pada kasus IUFD.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah faktor maternal atau
fetal . Namun, penyebab pasti hanya dapat ditegakkan bila pada bayi yang
dilahirkan dilakukan autopsi.
Pijat kehamilan umumnya sangat aman dan memuaskan, tetapi tidak untuk
semua orang di semua tahap kehamilan. Itulah mengapa penting untuk
menggunakan terapis pijat prenatal.
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, mekanisme untuk terapi pemijatan
masih banyak tidak diketahui. Banyak penelitian yang perlu pemahaman
bagaimana menerima jenis yang berbeda-beda dari penekanana manual
pada tubuh
Pada kasus ini kemungkinan terjadi kesalahan dalam sistem dan cara
pemijatan secara aman dalam hal penekanan secara manual
33
V.2 SARAN
34
DAFTAR PUSTAKA
35