Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi
proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. (
Kamus istilah kebidanan).

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain
gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai
makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin
terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah
kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel.
Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).

Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin. Berdasarkan revisi
tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari Kematian Janin Berdasarkan ICD-10,
Pusat Statistik Kesehatan Nasional mendefinisikan kematian janin sebagai kematian yang
terutama berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada
durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi
kehamilan yang tidak diinduksi. Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah
terjadi ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda lain dari
kehidupan seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti dari
otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien dari jantung, respirasi
tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau gasping.

Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada kehamilan, normal tidak rumit.

Ini terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan biasanya (tergantung pada sumber
daya tersebut) dianggap sebagai kematian janin ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan
dan / atau berat sama dengan atau lebih dari 500 gram.

American College of Obstetrics and Gynecologists juga merekomendasikan kematian


termasuk terjadi pada 22 minggu kehamilan atau lebih (kelompok lain menggunakan 20 minggu
kehamilan). Meskipun definisi kematian janin paling sering digunakan dalam literatur medis, hal
ini bukan berarti definisi saja. Bahkan di Amerika Serikat, perbedaan dalam definisi yang
digunakan adalah substansial. Pusat Nasional Statistik Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara
Undang-Undang dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan undang-undang
vital statistik. Mereka merekomendasikan pelaporan kematian janin yang terjadi pada janin
dengan berat 350 gram atau lebih atau dari 20 minggu kehamilan atau lebih besar (lihat Pusat
Nasional Statistik Kesehatan). Kebijakan ini, tetapi, hanya panduan dan praktek pelaporan
bervariasi antara negara.

B. Rumusan Masalah

1) Mengetahui definisi IUFD


2) Mengetahui Etiologi IUFD
3) Mengetahui Klasifikasi IUFD
4) Mengetahui Patofisiologi IUFD
5) Mengetahui Patologi IUFD
6) Mengetahui Penegakkan diagnosis IUFD
7) Cara Penatalaksanaan IUFD

C.. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini :

1. Menambah wawasan pengetahuan tentang Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

 Definisi IUFD
 Etiologi IUFD
 Klasifikasi IUFD
 Patofisiologi IUFD
 Patologi IUFD
 Penegakkan diagnosis IUFD
 Penatalaksanaan

2. Memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan II (Patologi) tentang Intra Uterin
Fetal Death pada program DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Makassar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Intra Uterin Fetal Death (IUFD)

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi
proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram. (
Kamus istilah kebidanan)

Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu
/ sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)

IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau lebih / janin
pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy, 1994)

Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. (dr.
Nasdaldy, Sp.OG)

Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu
kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001).

B. Etiologi

Secara umum:

1) Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta


2) Pre eklampsi dan eklampsi
3) Penyakit-penyakit kelainan darah
4) Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5) Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
6) glomerulonefritis dan payah ginjal
7) Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid
8) Malnutrisi dan sebagainya.

1. Fetal, penyebab 25-40%

• Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan


jantung congenital

• Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan
pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat
berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin
terinfeksi, bahkan lahir prematur.

• Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam
tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas
bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga
tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.

• Janin yang hiperaktif

Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali pusat
yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang
mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya
itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang
mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau
tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa
saat hamil.

• Infeksi janin oleh bakteri dan virus.

2. Placental, penyebab 25-35%

• Abruption

• Kerusakan tali pusat

• Infark plasenta

• Infeksi plasenta dan selaput ketuban

• Intrapartum asphyxia

• Plasenta Previa

• Twin to twin transfusion S

• Chrioamnionitis

• Perdarahan janin ke ibu

• Solusio plasenta
3. Maternal, penyebab 5-10%

• Antiphospholipid antibody

• DM

• Hipertensi

• Trauma

• Abnormal labor

• Sepsis

• Acidosis/ Hypoxia

• Ruptur uterus

• Postterm pregnancy

• Obat-obat

• Thrombophilia

• Cyanotic heart disease

• Epilepsy

• Anemia berat

• Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami
penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen.
Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap
masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler
sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan
harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

4. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan.Kesulitan dalam memperkirakan


kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm.

C. Klasifikasi

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh


2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

D. Patofisiologi

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi
dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di
konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian
kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ –
organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)

E. Patologi

Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi. Kulitnya mengelupas
dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena absorbsi pigmen darah. Seluruh
tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat
digerakkan dengan sangat mudah satu dengn yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada
dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam
waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat
terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:

a) Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.

b) Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih kemudian
menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.

c) Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah 48 jam janin
mati.

d) Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antar
tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.
F. Penegakkan diagnosis

a. Anamnesis

 § Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat
 Berkurang
 § Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
 tidak seperti biasanya.
 § Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti
mau melahirkan.
 § Penurunan berat badan
 § Perubahan pada payudara atau nafsu makan

c. Pemeriksaan Fisik

§ Inspeksi

- Tidak kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang
kurus

- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu

- Terhentinya perubahan payudara

§ Palpasi

- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba gerakan-

gerakan janin

- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

§ Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung janin

d. Pemeriksaan Lab

- reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati

- hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati


e. Pemeriksaan Tambahan

- Ultrasound: - gerak anak tidak ada

- denyut jantung anak tidak ada

- tampak bekuan darah pada ruang jantung janin

- X-Ray :

1. Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih, pencairan

otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.

2. Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung

3. Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar.

Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam

3. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.

G. Penatalaksanaan

 Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru bertindak,
sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.
 Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
 Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-
tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
 USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut
jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang
 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.
 Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
 Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
 Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan
aktif.
 Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
o Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
o Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko
infeksi
o Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhi
 Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
o Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
o Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi
50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan
melebihi 4 dosis.
 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati
 Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan
ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
 Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi
 Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis.
Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
 Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek
progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa
amniotomi.

H. Protokol bayi lahir mati

Protokol untuk pemeriksaan bayi lahir mati

§ Gambaran umum

à Malformasi

à Noda kulit

à Derajat maserasi

à Warna - pucat, pletorik

§ Tali pusat

à Prolaps

à Lilitan leher
à Hematom atau striktur

à Jumlah pembuluh

à Panjang

§ Cairan amnion

à Warna: mekonium, darah

à Konsistensi

à Volume

§ Plasenta

à Berat

à Bekuan lekat

à Kelainan struktur: lobus sirkumvalata atau aksesorius, insersi velamentosa

à Edema: kelainan hidropik

§ Selaput ketuban

à Ternoda

à Menebal

I. Komplikasi

a. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak à menghasilkan


tromboplastin¡ à masuk kedalam peredaran darah ibu à pembekuan intravaskuler à yang dimulai
dari endotel pembuluh darah oleh trombosit à terjadi pembekuan darah yang meluas à
Disseminated intravascular coagulation à hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%),
biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.

b. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat kekurangan
fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu
setelah janin mati.

c. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang
dikandungnya.
BAB III

TINJAUN KASUS

I PENGKAJIAN

Hari/tanggal pengkajian : Senin, 5 Maret 2012

Jam : 08.00 WIB

Tempat : IRNA 3 ruang KABER RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Tanggal MRS : 3 Maret 2012

No. Reg : 1206683

A. Data Subyektif

1. Biodata

Nama : Ny. Patmawati Nama Suami : Tn. Yudhi

Umur : 20 tahun Umur : 27 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh Pabrik Pekerjaan : Satpam

Pengahasilan - Alamat : jl.


Gondowangi 2/1 Alamat : jl. Gondowangi 2/1 Wagir – Malang

2. Keluhan Utama

 Saat MRS: Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu, yaitu pada
tangal 29 Februari 2012 gerakan janinnya tidak dirasakan lagi.
 Saat pengkajian: Ibu mengatakan terasa kenceng-kenceng pada perutnya, dan belum
mengeluarkan cairan maupun darah.
3. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC;
Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan tidak pernah
menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya seperti tumor, kanker, penyakit
menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.

4. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC;
Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan tidak pernah
menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya seperti tumor, kanker, penyakit
menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah atau sedang menderita penyakit menular
seperti penyakit kuning, TBC; Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti
jantung dan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya
seperti tumor, kanker, penyakit menular seksual seperti kencing nananh, sifilis.

6. Riwayat perkawinan

Nikah : 1 kali

Usia pertama menikah : 19 tahun

Lamanya : 1 tahun

Jumlah anak :-

Usia anak terkecil :-

7. Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari, teratur tiap bulan

Lama : ± 6-7 hari

Banyak : 2-3 softek/hari

Dismenorhea :-
Flour albus :-

HPHT : 17 Agustus 2011 ≈ 28 minggu

TP : 24 Mei 2012

8. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama, dan belum pernah
menggunakan kontrasepsi sebelumnya.

9. Riwayat kehamilan sekarag

 TM I: Ibu mengatakan tidak memeriksakan kehamilannya. Ibu tidak mengeluh apa-apa.


 TM II: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1X. Ibu tidak mengeluh
apa-apa. Ibu mendapatkan tablet penambah darah, vitamin, penyuluhan tentang nutrisi
yaitu tetap makan-makanan yang bergizi yang memenuhi komposisi nasi, lauk pauk,
sayur, buah dan minum air putih yang banyak serta penyuluhan tentang tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan. Ibu mersakan gerakan anak pertama pada usia kehamilan 4
bulan.
 TM III: Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1X. Ibu mengeluh
gerakan janinya berkurang. Ibu dianjurkan untuk periksa kerumah sakit.

10. Pola kebiasaan sehari-hari

Pola

Sebelum MRS

Saat MRS

Nutrisi

 Makan 3 x/hari, porsi sedang (1entong nasi, 2 potong daging, 1 potong tempe, sayur 1
mangkok, 1 potong buah) dihabiskan.
 Minum ± 7-8 gelas/hari (air putih dan teh, terkadang susu)
 Makan 3 x/hari, porsi sedang (1entong nasi, 2 potong daging, 1 potong tempe, sayur 1
mangkok, 1 potong buah) dihabiskan.
 Minum ± 7-8 gelas/hari (air putih dan teh, terkadang susu)

 Istirahat
 Tidur siang ± 2-3 jam/hari(13.00-15.00 WIB)
 Tidur malam ± 7-8 jam/hari (21.00-05.00 WIB).Dan terbangun ketika ibu mau BAK

11. Data Psikososial

a. Psikologis

Ibu mengatakan merasa khawatir dengan keadaan bayi dan dirinya. Ibu berharap
persalinannya berjalan normal dan bayi lahir dengan selamat.

b. Sosial

Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan ibunya, hubungannya dengan suami
dan keluarga dan tetangga harmonis. Keluarga mendukung kehamilannya

12. Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan di lingkungan keluarga dan masyarakatnya masih menganut budaya jawa seperti
upacara selamatan 3 bulanan dan 7 bulanan.

13. Data Spiritual

Ibu mengatakan beragam Islam, taat beribadah dan tidak percaya tahayul serta selalu
berdoa agar persalinannya berjalan normal dan bayinya selamat.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : cukup

Kesadaran : composmentis

TTV TD : 120 / 80 mmHg

Nadi : 84 x / menit

Suhu : 369 oC

RR : 20 x / menit

BB sebelum hamil : 49 Kg

BB sekarang : 55 Kg

TB : 158 cm

LIlA : 25 cm
HPHT : 17 Agustus 2011

UK : 28 minggu

TP : 24 Mei 2012

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Kepala : bersih, tidak tampak ketombe, tidak ada lesi, per-tumbuhan rambut
merata, warna hitam, lurus, tidak rontok.

Wajah : simetris, tidak tampak oedema, tidak ada kloasma gravidarum,


menyeringai ketika ada kontraksi

Mata : simetris, conjungtiva merah mudah, sklera putih.

Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung

Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak labioskisis dan
palatokisis, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu.

Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena


jugularis.

Dada / payudara : simetris, bersih, puting susu menojol, hiperpigmentasi areola


mamae, colostrum -/-

Abdomen : tampak tegang, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas SC,
pembesaran sesuai dengan umur kehamilan.

Genetalia : bersih, pertumbuhan pubis merata, tidak tampak odema, tidak ada
condiloma acuminata, tidak tampak varises, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan
bartholini.

Anus : bersih, tidak tampak hemeroid, anus belum membuka.

Ekstremitas atas : simetris, pergerakan normal, tidak tampak odema tidak ada
sindaktil, polidaktil, terpasang infus NS drip Oxytocin 20 unit pada tangan sebelah kanan
dengan kecepatan 28 tpm.

Ekstremitas bawah : simetris, pergerakan normal, odema -/-, tidak ada varises, tidak ada
sindaktil dan polidaktil.
b. Palpasi

Kepala : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.

Leher : tidak ada pembesar kelenjar tyroid dan vena jugularis.

Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan colostrum belum
keluar -/-

Abdomen

Leopod I : TFU 3 jari di atas pusat (20 cm), teraba bulat, keras dan tidak melenting.

Leopod II : Teraba keras memanjang datar seperti papan disebelah kiri perut ibu dan
teraba bagian kecil janin sebelah kanan perut ibu.

Leopod III : teraba bulat, lunak, melenting dan tidak bisa digoyangkan.

Leopod IV : bokong masuk 2/5 bagian.

TBJ : (20-12) x 155 = 1240 gram

His : 10’ 2 x 20’

c. Auskultasi

Dada : tidak terdengar ronchi, wheezing.

Djj :-

d. Perkusi

Reflek patella : +/+

3. pemeriksaan dalam

tanggal : 5 Maret 2012

jam : 08.30 WIB

VT : V/V :-

Pembukaan : 7 cm

Efficement : 75%

Ketuban :+
Presentasi : bokong

Denominator :-

Molage :-

Hodge :2

4. Pemeriksaan penunjang

USG : DJJ (-), gerak janin (-), uterus mengecil

Lab (Darah Lengkap):

Jenis

Hasil

Harga normal

Leukosit

20.000 /µl

N : 3500 - 10.000

Hemoglobin

11,7 mg/dl

N : 11,0 - 16,5

Hematokrit

32,1 %

N : 35,0 - 50,0

Trombosit

86.000

N : 150000 – 3390000

II IDENTIFIKASI DIAQNOSA DAN MASALAH

DX : G1 P0000 Ab000 UK 28 minggu, hidup, mati, letbok, intrauterine, inpartu kala 1


fase aktif dengan IUFD.
DS : Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu gerakan janinnya
tidak dirasakan lagi.

DO : Keadaan umum : cukup

Kesadaran : composmentis

TTV TD : 150/90 mmHg

Nadi : 102x/menit

Suhu : 369ºC

RR : 20x/menit

HPHT : 17 Agustus 2012

TP : 24 Mei 2012

Inspeksi

Wajah : simetris, tidak tampak oedema, tidak ada kloasma gravidarum,


menyeringai ketika ada kontraksi

Mata : simetris, conjungtiva merah mudah, sklera putih.

Dada / payudara : simetris, bersih, puting susu menojol, hiperpigmentasi areola


mamae, colostrum -/-

Abdomen : tampak tegang, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas SC,
pembesaran sesuai dengan umur kehamilan.

Palpasi

Abdomen

Leopod I : TFU 3 jari di atas pusat (20 cm), teraba bulat, keras dan tidak melenting.

Leopod II : Teraba keras memanjang datar seperti papan disebelah kiri perut ibu dan
teraba bagian kecil janin sebelah kanan perut ibu.

Leopod III : teraba bulat, lunak, melenting dan tidak bisa digoyangkan.

Leopod IV : bokong masuk 1/5 bagian.

TBJ : (20-12) x 155 = 1240 gram

His : 10’ 2 x 20’


Auskultasi

DJJ: -

III IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

ü Potensial terjadi infeksi

ü Potensi terjadi koagulasi

IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Kolaborasi dengan Dr. SpOG untuk melahirkan janin yang telah mati.

V INTERVENSI

DX : G1 P0000 Ab000 UK 28 minggu, hidup, mati, letbok, intrauterine, inpartu kala 1


fase aktif dengan IUFD.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidana selama 2x3 jam diharapkan kemajuan
persalinan berjalan normal, tidak terjadi komplikasi untuk ibu dan janin yang
memperberat kondisi saat ini.

Kriteria hasil : Keadaan umum baik

Kesadaran composmentis

TTV dalam batas normal TD : 140-150 sistole/90-100 diastole

Nadi : 80-100x/menit

Suhu : 365-375 0C

RR : 16-24x/menit

Tidak terjadi komplikasi yang semakin memperberat keadaan ibu.

Intervensi

1. Lakukan pendekatan pada klien.

R/ agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan tindakan.

2. Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan.


R/ agar ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini.

3. Beritahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan.

R/ agar tidak menjadi toksin ditubuh ibu.

4. Anjurkan keluarga untuk mengambil keputusan tentang cara bayi akan dilahirkan.

R/ agar bayi dapat segera dilahirkan dengan cara yang tepat.

5. Beri dukungan mental pada ibu dan keluarga.

R/ agar ibu dan keluarga dapat bersabar dan dapat menerima kenyataan.

6. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kesehatan pasca tindakan melahirkan bayi
dengan induksi.

R/ agar kehamilan selanjutnya dapat berjalan normal.

VI IMPLEMENTASI

Tanggal : 5 Maret 2012

Jam : 10.00 WIB

1. Melakukan pendekatan pada klien, agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan
dalam menjalankan tindakan dengan memperkenalkan diri, memberitahu maksud dan
tujuan tindakan yang akan dilakukan pada ibu.

2. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan
keadaannya, yaitu bahwa janin dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai
dengan tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ
saat pemeriksaan berlangsung.

3. Memberitahu pada ibu dan keluarga agar segera mengambil keputusan untuk segera
melahirkan janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak
menjadikan racun / toksin ditubuh ibu.

4. Memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin
sesegera mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan Dr. obgin yang nantinya
ibu akan dilakukan pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam (tindakan induksi
persalinan).

5. Memberi dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar
dan dapat menerima keadaan yang terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada
ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan.
Ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas hal
tersebut.

6. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan


kesehatan secara keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar
penyebab kematian bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang
kembali.

VII EVALUASI

Kala II

Tanggal : 5 Maret 2012

Jam : 11.00 WIB

S :Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng, keluar cairan, ingin meneran dan


rasanya ingin BAB.

O : -dorongan ingin meneran

-tekanan pada anus

-perinium menonjol

-vulva membuka

- pumbukaan 10 cm

-penurunan kepala 0/5

A : G1 P0000 Ab000 UK 28 minggu, hidup, mati, letbok, intrauterine, inpartu kala 1


fase aktif dengan IUFD.

P :

1. Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi.

2. Antiseptik vulva dan sekitarnya dengan betadin.

3. Kandung kemih dikosongkan dengan kateter lalu dilepaskan.

4. Operator berdiri didepan vulva dan melakukan VT, pembukaan lengkap.

5. Ketika timbul his, ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha.
Pada waktu bokong membuka vulva,disuntikkan oxytocin.
6. Saat bokong lahir, bokong dicengkram secara brach (kedua ibu jari operator sejajar
sumbu panjangdan jari-jari lain memegang punggung).

7. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu his, pusat lahir dengan tampak
meregang. Tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.

8. Operator melakukan hiperlordosis pada badan janin (punggung janin didekatkan ke


punggung ibu, dan perut janin didekatkan ke perut ibu). Operator melakukan gerakan ini
tanpa tarikan. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan klisteler.

9. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir tali pusat, perut, bahu, lengan,
dahi, mulut, dan akhirnya seluruh kepala. Lahirnya bayi perempuan mati, dengan berat
badan 980 gr dan panjang badan 30 cm, AS 0/0 pada jam 11.30 dalam keadaan mati.

10. Tali pusat di klem di dua tempat, 5 cm dan 10 cm diatas perut bayi dan dipotong
ditengah-tengahnya.

Kala III

Tanggal : 5 Maret 2012

Jam : 11.35 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya terasa mules-mules.

O : - tali pusat ada di depan vulva

- ada semburan darah di introitus vagina

- uterus globuler atau keras

- TFU setinggi pusat- Bayi lahir jam 11.30 WIB jenis kelamin perempuan BB 980 gram,
PB 30cm, dalam keadaan mati.

A : P0010 Ab000 post partum normal dengan IUFD.

P :

1. Plasenta dilahirkan secara PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali), berat 500 gr,
diameter 20 cm, panjang 30 cm.

2. Eksplorasi jalan lahir, serviks, vagina.


Kala IV

Tanggal : 5 Maret 2012

Jam : 11.50 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya terasa mules-mules.

O :- plasenta lahir jam 11.40 WIB

- keadaan umum : cukup

- kesadaran : composmentis

- TTV TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 365 ºC

- UC keras

- perdarahan ± 200 cc

- lochea rubra

- kandung kencing kosong

A :P0010 Ab000 kala IV

P :

1. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

a. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

b. Setiap 30 menit pada 1jam kedua pasca persalinan.

2. Mengajari ibu kontraksi yang baik yaitu perutnya keras dan terasa mules. Jika
lembek menganjurkan ibu untuk menggosok-gosoknya.

3. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah ± 200 cc.

4. Memeriksa nadi ibu, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan
setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan.

5. Menyeka ibu dengan air DDT dan bantu ibu memakai baju bersih.
6. Memastikan ibu merasa nyaman.

7. melengkapi partograf
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

IUFD adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah
mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya kematian janin terjadi menjelang persalinan
saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.

Adapun beberapa penyebab IUFD adalah:

Ketidak cocokan golangan darah, rhesus ibu dan bayinya

Gerakan bayi yang berlebihan

Berbagai penyakit pada ibu hamil

Kelainan kromosom

Trauma saat hamil

Infeksi pada ibu hamil

Kelainan bawaan bayi.

Saran

Saran untuk tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien :

Sabar adalah kunci penanganan proses persalinan IUFD.. jangan terburu-buru meminta
operasi karena akan menimbulkan efek kurang menguntungkan bagi ibunya kelak. Padahal sibay
isudah tidak ada.

Berikan dukungan moril pada pasien yang mengalami IUFD tersebut, tapi sebaiknya jangan
terlalu banyak yang membesuk saat pasien belum bersalin.Karena dikhawatirkan semakin
banyak yang berkunjung, semakin banyak simpati, semakin banyak tangisan, semakin banyak
kekhawatiran akan membuat sipasien semakin down, akan membuat sipasien dan keluarganya
bertambah panik sehingga akhirnya minta segera operasi saja.

Percayakan penanganan pada dokter dan perawat, jangan lantas kekhawatiran tersebut
membuat persepsi yang tidak-tidak dan terburu-buru, jika memang belum terlalu jelas tanyakan
saja pada dokter,bidan ataupun perawatnya.

Anda mungkin juga menyukai