Anda di halaman 1dari 11

Bab I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau janin pada usia gestasional 22
minggu (Petersson, 2002). WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist
(1995) menyatakan IUFD adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Petersson, 2003;b
Winknjosastro, 2008). Beberapa studi yang dilakukan pada akhir-akhir ini melaporkan sejumlah
faktor risiko kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia maternal akan meningkatkan
risiko IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya
IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih
berat pada pasien primipara dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk (merokok), berat
maternal,kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi juga mempengaruhi resiko terjadinya
IUFD (Sarah and Mcdonald, 2007). Sebagian besar informasi yang mendasari terjadinya
penyebab IUFD diperoleh dari audit perinatal. Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik
IUFD, yaitu : Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan
kromosom dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan
penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan (Petersson, 2003).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dia atas kami dapat mengambil masalah yaitu konsep asuhan keperawatan
kematian janin dalam uterus ( IUFD) .
C. Tujuan Makalah
Tujuan Umum
Dari latar belakang di atas kami berharap mahasiswa mampu menyusun asuhan
keperawatan pada pasien kematian janin dalam uterus ( IUFD) .
1

Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kematian janin dalam uterus ( IUFD)
2. Mengetahui etiologi kematian janin dalam uterus ( IUFD)
3. Mengetahui patofisiologi kematian janin dalam uterus ( IUFD)
4. Mengetahui manifestasi klinis kematian janin dalam uterus ( IUFD)
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik kematian janin dalam uterus ( IUFD)
6. Mengetahui penatalaksanaan kematian janin dalam uterus ( IUFD)

Bab II
Isi
A. Definisi kematian janin dalam uterus ( IUFD) .
1. Menurut Monintja( 2005 ) kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil
konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin
tidak bernafas atau tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan , seperti denyut jantung ,
pulsasi talipusat , kontraksi otot .
2. Menurut Achadiat ( 2004 ) kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika
masing-masing berada dalam Rahim yang beratnya 500gr dan usai kehamilan 20 minggu
atau lebih .
3. Menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu lahir dengan berat
badan<1000 gr .
4. Menurut Wiknjosastro ( 2005) dalam buku kebidanan, kematian janin dapat dibagi dalam
4 golongan yaitu :
a. Golongan I :kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh .
b. GolonganII :kematian sesudah ibu hamil 20 28 minggu .
c. Golongan III :kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu.
d. GolonganIV :kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.
B. Etiologi
1. Menurut Mocthar (2004), lebih dari 50 % kasus , etiologi kematian janin dalam
kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti.

2. Penyebab yang bias mengakibatkan kematian janin dalam kandungan , antara lain :
a. Perdarahan : Plasenta Previa dan Solusio Plasenta
b. Preekalmsia dan eklamsia
c. Penyakit-penyakit kelainan darah
d. Penyakit infeksi dan penyakit menular
e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin DM
g. Malnutrisi

C. Patofisiologi
Sumber : Achadiat (2004), Norwitz (2008), Nugroho (2012), dan Winkjosastro (2009).

D. Factor Resiko
Factor resiko di tinjau dari berbagai factor ,yaitu factor :
1. Ibu :
a. Umur
b. Paritas
c. Pemeriksaan Antenatal
d. Penyakit / penyulitibu ( Anemia , preeklamsi / eklamsi , solusio plasenta , DM , rhesus
isoimunisasi , infeksidalam kehamilan , letaklintang , )
2. Janin
a. Kelainan konginetal
b. Infeksi intranatal
3. Talipusat
a. Kelainan insersi talipusat
b. Simpul tali pusat
c. Lilitan tali pusat

E. Manisfestasi klinis
Diagnose kematian janin dalam kandungan dapat ditegakkan ,dengan hal-hal berikut ini :
1. Anamnesis

a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari , atau gerakan janin sangat
berkurang .
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar ,bahkan bertambah kecil atau kehamilan
tidak seperti biasa .
c. Ibu merasakan belakangan iniperutnya sering menjadi keras dan merasa sakitseperti
maumelahirkan .
2. Inspeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin , yang biasanya dapat terlihat terutama
padaibu yang kurus .
3. Palpasi :
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ,tidak teraba gerakan-gerakan
janin .
b. Dengan palpasi yang teliti , dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang belakang janin
4. Auskultasi: baik memakai stetoskop , monoral maupun dengan doptone tidak terdengar
denyut jantung janin ( DJJ )
5. Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negative setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan .
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Achadiat ( 2004) pemerikasaan penunjang untuk menentuka kematian janin , antara
lain dengan :
1. Ultrasonografi :tidak ditemukan DJJ maupun gerakan janin , sering kali tulang tulang
letaknya tidak teratur , khususnya tulang temgkorak sering dijumpai overlapping cairan
ketuban berkurang .
2. Rontgen foto abdomen :
7

a. Tanda spalding
1) Tanda spalding menunjukan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih
karena otak bayi yang sudah mencair
2) Hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan
b. TandaNojosk : tanda ini menunjukan tulang belakang janin yang saling melenting
( Hiperfleksi )
c. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
d. Tampat udema disekitar tulang kepala
3. Pemeriksaan darah lengkap ,jika dimungkinkan kadar fibrinogen .

G. DiagnosaKeperawatan
1. Cemas b.d Stress
2. Gangguan konsep diri b.d kematian janin
3. Resiko Kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh b.d tidak nafsu makan dikarenakan merasa
kehilangan dan mual dan muntah
H. Penanganan kematian janin dalam kandungan
Penangan kematian janin dalam kandungan dapat dilakukan 2 cara ,yaitu :
1. Penanganan pasif
a. Menunggu persalinan spontan dalam waktu 1-4 minggu
b. Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu
8

2. Penanganan aktif
a. Untuk Rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau
kuretase
b. Untuk Rahim yang usia lebih dari 12 minngu , dilakukan induksi persalinan dengan
oksitosin . untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan pemasangan kateter
foley intra uterus selama 24 jam ( Achadiat 2004 )

Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Kematian janin dalam kandungan merupakan salah satu resiko terbesar ibu hamil yang cemas
akan masa persalinan, untuk itu ibu hamil perlu menjaga kemalinan, dengan sering mengecek
kandungan di puskesmas ataupun di rumah sakit agar kejadian kematian janin dalam rahim dapat
diminimalisir.

10

Daftar Pustaka
CA, Ardy. 2013. G3p2a0, 38 Tahun, Gravid 28 Minggu, Janin Tunggal Mati, Intrauterin,
Presentasi Bokong, Letak Sungsang, Belum Inpartu Dengan Intrauterine Fetal Death (Iufd).
Medula, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013
Maryunani, Anik dan Puspita, Eka. 2013. Asuhan keperawatan kegawatdaruratan maternal dan
neoatal. Jakarta : Trans Info Media

11

Anda mungkin juga menyukai