Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. AT USIA 38 BULAN DENGAN TUMBUH


KEMBANG NORMAL DI POSYANDU SUTOJAYAN

Disusun untuk memenuhi tugas profesi stase Balita Sehat

Oleh:
Nabila Fathir 220070500111040

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. AT USIA 38 BULAN DENGAN


TUMBUH KEMBANG NORMAL DI POSYANDU SUTOJAYAN

Oleh:

Nabila Fathir 220070500111040

Dosen Pembimbing Klinik, Pembimbing Lahan,

Khotik Alim Baidah, S.ST Fatmawati, S.ST, M.Keb

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah serta
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat segera menyelesaikan Laporan
Komprehensif Asuhan Kebidanan Pada An. AT Usia 38 Bulan Dengan Tumbuh
Kembang Normal Di Puskesmas Pakisaji.
Ketertarikan penulis akan kasus ini didasari oleh fakta bahwa pada proses
nifas ibu nulipara. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada perseptor lahan yaitu Khotik Alim Baida, S.ST dan Fatmawati, S.ST,
M.Keb yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya dalam mengkaji kasus
tersebut sehingga bisa diagkat dalam pembahasan dalam laporan komprehensif
ini.

Malang, 14 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv-v

DAFTAR TABEL ...............................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1-3

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1-2

1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2-3

1.3 Sistematika Penulisan ....................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4 - 24

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang ......................................................... 4 - 17

2.1.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan .................................................4

2.1.2 Ciri-Ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak ................................ 4 - 5

2.1.3 Perubahan Selama Masa Pertumbuhan dan Perkembangan .............. 5 - 14

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak ......... 14 - 17

2.2 Pemeriksaan Tumbuh Kembang ......................................................... 17 - 21

2.3 Kebutuhan Nutrisi dan Gizi Anak ....................................................... 21 - 22

2.4 Imunisasi Pada Anak ........................................................................... 22 - 24

2.5 Pathway .......................................................................................................24

BAB 3 KERANGKA KONSEP TEORI ................................................... 25 - 31

iii
BAB 4 TINJAUAN KASUS .................................................................... 32 - 37

BAB 5 PEMBAHASAN ........................................................................... 38 - 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................40

6.1 Kesimpulan ..................................................................................................40

6.2 Saran ............................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 41 - 44

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri-ciri anak pada tahapan praoperasional .................................... 7

Tabel 2.2 Klasifikasi TahapanOperasi Konkrit Sesuai Usia .......................... 8

Tabel 2.3 Pembagian Tingkatan Tahap Perkembangan Moral ...................... 10

Tabel 2.4 Tahapan Perkembangan Spiritual Menurut Fowler ....................... 11

Tabel 2.5 Skrining Pertumbuhan Anak Menurut Z-Score ............................ 17-18

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balita merupakan anak pada usia 1-5 tahun dan merupakan periode
yang penting untuk proses tumbuh dan kembangnya. Masa ini juga disebut
masa emas karena selama masa emas ini, pertumbuhan dan perkembangan
sangat diperhatikan sehingga banyak upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kualitas
hidupnya. Sehingga pada masa ini, anak-anak terutama anak balita butuh
perhatian yang lebih (Hamsah dkk, 2020). Berdasarkan data WHO (World
Health Organization) hampir sebanyak 45% anak balita di negara
berkembang memiliki gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehingga
sangat mengganggu kegiatan sehari-harinya. Di Indonesia, jumlah anak
balita mencapai sekitar 10% dari populasi, dan menurut Kemenkes RI
sekitar 16% anak balita dari total populasi tersebut memiliki gangguan
perkembangan (Hamsah dkk, 2020; Hendrawan dkk, 2021). Data kejadian
keterlambatan perkembangan anak pada umumnya belum diketahui secara
pasti. Namun, diperkirakan 1-3% anak di bawah 5 tahun mengalami
keterlambatan perkembangan secara umum. Rencana strategis
pembangunan Indonesia tahun 2015-2019, menyebutkan bahwa 11,5% anak
balita di Indonesia mengalami gangguan tumbuh kembang (Sulistyorini et
al, 2022).
Perkembangan merupakan tingkat kemampuan fungsi individu anak
sebagai hasil kematangan syaraf dan psikologis. Perkembangan ini disertai
dengan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh faktor bilogis, kultural, dan
individual. Pertumbuhan dapat dinilai dari tinggi badan, berat badan, dan
lingkarkepala. Sedangkan perkembangan dapat dilihat dan diukur
berdasarkan keterampilan motorik, sosial dan emosional, bahasa, dan
keterampilan kognitif. Keduanya, antara pertumbuhan dan perkembangan
seharusnya sesuai dengan usia anak tersebut. Pada penelitian menyebutkan

1
bahwa lebih dari 200 miliar anak balita di dunia tidak dapat mencapai target
perkembangannya. Gangguan pada masa ini, dapat menyebabkan
permasalahan yang serius di kemudian hari sehingga harus dilakukan
pemeriksaan serta skrining tumbuh kembang dengan rutin untuk mendeteksi
adanya kelainan dalam masa ini (Murdiningsih dan Komariah, 2019;
Sulistyorini et al, 2022).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum

Dilaksanakannya asuhan kebidanan pada balita sehat berdasarkan


pendekatan manajemen asuhan kebidanan di Puskesmas Wajak sesuai
dengan wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit ISPA dengan


menggunakan proses asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.
a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data pada An. AT Usia 38
Bulan Dengan Tumbuh Kembang Normal Di Puskesmas Wajak.
b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada An. AT Usia 38 Bulan
Dengan Tumbuh Kembang Normal Di Puskesmas Wajak.
c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial pada An. AT Usia 38
Bulan Dengan Tumbuh Kembang Normal Di Puskesmas Wajak.
d. Melaksanakan tindakan dalam asuhan kebidanan pada An. AT Usia
38 Bulan Dengan Tumbuh Kembang Normal Di Puskesmas Wajak.
e. Merencanakan tindakan dalam asuhan kebidanan pada An. AT
Usia 38 Bulan Dengan Tumbuh Kembang Normal Di Puskesmas
Wajak.
f. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada An. AT Usia 38 Bulan
Dengan Tumbuh Kembang Normal Di Puskesmas Wajak.
g. Mendokumentasikan semua tindakan asuhan kebidanan yang telah
di laksanakan pada An. AT Usia 38 Bulan Dengan Tumbuh
Kembang Normal Di Puskesmas Wajak.

2
1.3 Sistematika Penulisan
a. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat,
ruang lingkup dan sistematika penulisan.
b. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk
mengembangkan teori.
c. BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN
Bab ini berisi pola pikir dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah
didapatkan.
d. BAB 4 TINJAUAN KASUS
Bab ini memuat data-data pasien dan keseluruhan manajemen asuhan
kebidanan melingkupi 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian,
interpretasi data, diagnosa/masalah potensial, kebutuhan segera, rencana
tindakan, implementasi dan evaluasi.
e. BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup
semua aspek yang terkait dengan teori kasus, SOP, evidencebased practice
dan membahas tentang keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh
dikorelasikan dengan tinjauan teori yang didapatkan.
f. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penjabaran tentang jawaban dari tujuan yang telah
dibuat

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang


2.1.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan perubahan pada anak yang bersifat kuantitaif
atau dapat diukur. Seperti bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi apda
tingkat sel, organ, maupun individu. Sedangkan perkembangan
merupakan perubahan anak secara kuantitaif dan kualitatif. Seperti
perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan
perilaku sebagai hasil dari interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya.
Perkembangan seharusnya progresif, terarah, dan terpadu (Eritiana dan
Izazi, 2022).

2.1.2 Ciri-Ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan merupakan perubahan ke arah yang lebih baik.
Perubahan fungsi terjadi di setiap tahap pertumbuhan, seperti
pertumbuhan volume otak dan koneksi antar serabut saraf yang
bertambah menyebabkan perkembangan intelegensi anak
bertambah (Raihana, 2018).
b. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Dengan belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak (Raihana,
2018).
c. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang di ikuti
dari perubahan fungsi, seperti perkembangan system reproduksi
akan di ikuti perubahan pada fungsi alat kelamin (Aini, 2020).
d. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan memiliki pola yang tetap dan bisa diramalkan.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

4
tetap, yaitu :
- Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah kepala, kemudian ke
arah kaudal/anggota tubuh
- Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah proksimal (motorik
kasar) kemudian berkembang ke bagian distal seperti jari-jari
(motorik halus) (Ariani dkk, 2020).

2.1.3 Perubahan Selama Masa Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
1) Perubahan berat badan
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan jika
mendapat gizi yang baik berkisar sebagai berikut.
a) Triwulan I : 700-1000 gram/bulan
b) Triwulan II : 500-600 gram/bulan
c) Triwulan III : 350-450 gram/bulan
d) Triwulan IV : 250-350 gram/bulan (Rahmawati, 2021)
2) Perubahan tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara
garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai berikut:
1) Usia 1 tahun 1,5 x TB lahir
2) Usia 4 tahun 2 x TB lahir
3) Usia 6 tahun 1,5 x TB lahir
4) Usia 13 tahun 3 x TB lahir
5) Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik
berdasarkan data tinggi badan orangtua, dengan asumsi bahwa
semuanya tumbuh optimal sesuai dengan potensinya adalah
sebagai berikut (Rahmawati, 2021):
(TB ayah − 13 CM) + TB ibu
𝑇𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 = = ±8,5 𝑐𝑚
2

3) Lingkar kepala atau lingkar fronto-oksipital (LFO)


Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. Antara usia 0-6
bulan, lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan, antara usia 6

5
dan 12 bulan lingkar kepala meningkat 0,44 cm per bulan, lingkar
kepala meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali
dari berat lahir. Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah
44 cm, umur 1 tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54
cm (Rahmawati, 2021).

b. Perkembangan
1) Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Jean Piaget, tahapan perkembangan kognitif dibagi
menjadi 4 tahapan (Marinda, 2020):
a) Tahap Sensori (sensori motor)
Perkembangan koginitif ini terjadi pada usia 0-2 tahun
atau disebut proses “decentration”, artinya pada usia ini bayi
tidak dapat memisahkan diri dari lingkungannya. Pada tahap
sensori ini, bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada
saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun pemahaman tentang dunia melalui
pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan
tindakan fisik. Pada tahap ini, melibatkan indera seperti
pengelihatan, pendengaran, pergeseran, dan sentuhan serta
selera.
Masa ini sangat penting untuk perkembangan
pemikiran sebagai dasar untuk mengembangkan intelegensi
anak. Pemikiran anak bersifat praktis dan sesuai dengan apa
yang diperbuatnya. Sehingga sangat bermanfaat bagi anak
untuk belajar dengan lingkungannya. Jika seorang anak telah
mulai memiliki kemampuan untuk merespon perkataan
verbal orang dewasa, menurut teori ini hal tersebut lebih
bersifat kebiasaan, belum memasuki tahapan berpikir.

b) Tahapan praoperasional (pre-operational)


Fase perkembangan kemampuan kognitif ini terjadi

6
para rentang usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak mulai
merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-
gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan
adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui
hubungan indera dan tindakan fisik. Cara berpikir anak tahap
ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ciri-ciri anak pada tahapan praoperasional


No. Ciri-Ciri Deskripsi
1. Transductive Cara berfikir yang bukan induktif
reasoning atau deduktif tetapi tidak logis
2. Ketidakjelasan Anak dalam tahap mengenal
hubungan sebab hubungan sebab-akibat secara tidak
akibat logis
3. Animisme Menganggap semua benda hidup
seperti dirinya
4. Artificialism Kepercayaan dimana segala hal di
lingkungan memiliki jiwa seperti
manusia
5. Perceptually bound Anak melihat sesuatu berdasarkan
apa yang dilihat dan didengar
6. Mental experiment Anak akan mencoba melakukan
sesuatu untuk mendapatkan jawaban
dari masalah yang dihadapi
7. Centration Anak memusatkan perhatiannya
kepada suatu hal yang menarik dan
mengabaikan hal lain
8. Egosentrisme Anak melihat lingkunganya menurut
kehendak diri

c) Tahapan Operasi Konkrit (concrete-operational)

7
Tahapan ini terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Pada
tahap ini anak akan dapat berpikir secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan
benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda. Anak memiliki
kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada,
tetapi belum bisa memecahkan masalah yang abstrak.
Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan
yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret
membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik,
jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas objek. Pada level
operasional konkret, anak-anak secara mental bisa melakukan
sesuatu yang sebelumnya hanya mereka bisa lakukan secara
fisik dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini.
Dalam tahap ini, seorang anak juga belajar melakukan
pemilahan (classification) dan pengurutan (seriation). Hal
yang penting dalam kemampuan tahap ini adalah
pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang
berbeda-beda dan memahami hubungannya.

Tabel 2.2 Klasifikasi TahapanOperasi Konkrit Sesuai Usia


No. Usia Deskripsi
1. Usia 7 tahun Tahap ini dimulai dengan tahap
progressive decentring. Sebagian besar
anak telah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan ingatan tentang
ukuran, panjang atau jumlah benda cair.
Maksud ingatan yang dipertahankan di
sini adalah gagasan bahwa satu
kuantitas akan tetap sama walaupun
penampakan luarnya terlihat berubah
2. Usia 7 atau 8 tahun seorang anak akan mengembangkan
kemampuan mempertahankan ingatan

8
terhadap substansi. Jika anda
mengambil tanah liat yang berbentuk
bola kemudian memencetnya jadi pipih
atau anda pecahpecah menjadi sepuluh
bola yang lebih kecil, dia pasti tahu
bahwa itu semua masih tanah liat yang
sama. Bahkan kalau anda mengubah
kembali menjadi bola seperti semula,
dia tetap tahu bahwa itu adalah tanah
liat yang sama. Proses ini dinamakan
proses keterbalikan.
3. Usia 9 atau 10 Kemampuan terakhir dalam
tahun mempertahankan ingatan mulai diasah,
yakni ingatan tentang ruang. Jika anda
meletakkan 4 buah benda persegi 1 x 1
cm di atas kertas seluas 10 cm persegi,
anak yang mampu mempertahankan
ingatannya akan tahu bahwa ruang
kertas yang ditempati keempat benda
kecil tadi sama, walau dimanapun
diletakkan.

d) Tahap operasi formal (formal operational)


Tahap operasi formal ada pada rentang usia 11 tahun-
dewasa. Pada fase ini dikenal juga dengan masa remaja.
Remaja berpikir dengan cara lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistis. Tahap operasional formal, usia sebelas sampai lima
belas tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan
pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih
abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari pemikiran
operasional formal tampak jelas dalam pemecahan problem
verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen

9
konkret A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa
jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya pemikir
operasional formal dapat memecahkan persoalan itu walau
problem ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki
kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga
memiliki kemampuan untuk melakukan idealisasi dan
membayangkan kemungkinankemungkinan. Pada tahap ini,
anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas
ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang
lain. Konsep operasional formal juga menyatakan bahwa
anak dapat mengembangkan hipotesis deduktif tentang cara
untuk memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara
sistematis.

2) Tahap Perkembangan Moral


Berikut ini merupakan tahapan perkembangan moral menurut
Kohlberg yang dibagi dalam 3 tingkat dan pertingkat dibagi
menjadi 2 tahapan (Rohman dkk, 2022) yaitu:

Tabel 2.3 Pembagian Tingkatan Tahap Perkembangan Moral


No. Tingkat Perkembangan Tahapan dan Deskripsi
Moral
1. Tingkat prakonvensional a. Moralitas heteronom. Kaitannya
dengan sanksi dan anak akan taat
pada peraturan karena adanya sanksi
jika melanggar
b. Prioritas egosentris. Tahap ini
merupakan tahap mementingkan diri
sendiri yang sesuai dengan
kebenaran dianggap sebagai
keputusan yang melibatkan keadilan
(anak menganggap jika mereka

10
melakukan hal yang baik, maka
orang lain akan melakukan hal yang
sama pada mereka)
2. Tingkat Konvensional a. Ekspektasi interpersonal mutual,
hubungan dengan individu lain,
kesesuaian kepribadian dengan
lingkungan sekitar (pada tahap ini,
anak remaja sering mengikuti
standar moral yang dimiliki orangtua
agar menjadi pribadi yang baik).
b. Moralitas sistem sosial yang
ditandai dengan keharmonisan, dan
perlakuan adil (seorang anak
menganggap bahwa dalam sebuah
kelompok masyarakat harus
memiliki peraturan atau hukum bagi
setiap anggota)
3. Tingkat Pasca a. Manfaat sosial dan hak personal
Konvensional (seorang anak akan menganggap
shahih sebuah hukum serta sistem
sosial berdasarkan pada taraf
mampu menanggung keselamatan
dan HAM).
b. Prinsip etis universal yang
dianggap memiliki kedudukan
tertinggi dalam teori ini (seorang
anak jika dihadapkan dengan situasi
yang dianggap tidak sesuai dengan
ketentuan HAM, anak akan lebih
memilih hati nurani meskipun
memiliki resiko)

3) Tahapan Perkembangan Spiritual


Berikut ini merupakan tahapan pekembangan spiritual menurut

11
Fowler (Sarayanti, 2016):

Tabel 2.4 Tahapan Perkembangan Spiritual Menurut Fowler


Tahapan Usia Deskripsi
Tidak terdiferensiasi 0-3 tahun Bayi tidak dapat merumuskan
konsep mengenai diri sendiri atau
lingkungannya
Intuitif-Proyektif 4-6 tahun Suatu kombinasi antara kepercayaan
dan gambaran yang diberikan oleh
orang lain yang dipercaya.
Setelahnya digabungkan dengan
pengalaman dan imajinasi sendiri.
Mitos-faktual 7-12 tahun Dunia fantasi dan khayalan pribadi,
simbol-simbol yang mengacu pada
sesuatu yang khusus, kisah dramatik,
dan mitos yang digunakan untuk
menyampaikan maksud spiritual.
Sintetik- Remaja/dewasa Dunia dan lingkungan mendasar
konvensional terususn atas harapan dan penilaian
orang lain; focus interpersonal
Individualisasi- Setelah 18 tahun Membangun system pribadi yang
reflkesif eksplisit; kesadaran diri yang tinggi

Paradoksial- Setelah 30 tahun Kesadaran akan kebenaran yang


konsolidatif berasal dari berbagai sudut pandang

Universalizing Mungkin tidak Menjadi perwujudan prinsip cinta


pernah dan keadilan

4) Tahapan Perkembangan Psikoseksual


Teori perkembangan psikoseksual anak menurut Freud dibagi
menjadi 5 tahap (Saputra, 2019), yaitu:
a) Fase Oral. Fase ini terjadi antara usia 0-1,5 tahun, dikatakan
fase oral karena pada masa ini bagi bayi, mulut merupakan
hal yang dapat memicu kesenangannya dengan mencicipi
atau menghisap sesuatu, contohnya seperti menghisap
tangannya sendiri atau payudara ibu.

12
b) Fase Anal (Usia 1,5-3 tahun), pada tahap ini fungsi utama
libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang
air besar. Contohnya seperti melatih anak untuk buang air
kecil atau besar ke toilet dengan baik.
c) Fase Phallic (Usia 3-5 tahun), pada fase ini fokus utama
libido adalah pada alat kelamin. Hak penting pada fase ini
yaitu munculnya oedipus complex, yang diikuti oleh
fenomena castration anxiety (Kecemasan terpotongnya penis)
pada laki-laki dan penis envy (kecemburuan penis) pada
perempuan. Oedipus complex yaitu ketika anak laki-laki
akan menganggap ayahnya sebagai kompetitornya dalam
berebut kasih sayang ibunya, pun pada perempuan
sebaliknya.
d) Fase Laten (Usia 5-12 tahun/pubertas), pada fase ini libido
seakan “tidur” dan akan bangkit lagi dengan kekuatan penuh
kelak di masa pubertas tiba. Di fase ini, anak akan memilingi
rasa ingin tahu yang besar tentang berbagai hal.
e) Fase Genital (Usia 12 tahun/pubertas sampai seterusnya)
merupakan tahap akhir dari psikoseksual. Pada fase ini
seseorang akan mengalami perubahan yang besar dalam diri
maupun dunianya, dan masa ini pula seseorang akan
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.

5) Tahapan Perkembangan Psikososial


Teori psikososial adalah teori yang menjelaskan bahwa
perkembangan manusia dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial
yang menjadikan manusia matang secara fisik dan psikologis.
Menurut Erikson, setiap tahap memiliki kemungkinan pemecahan
positif maupun negatif. Kegagalan pada tahap tertentu akan
mempengaruhi tahap-tahap berikutnya. Erikson membagi rentang
kehidupan dalam delapan tahap dengan nama, dan komponen-
komponen dasar sebagai berikut (Saputra, 2019) :

13
a) Masa bayi, tahap percaya lawan tidak percaya
b) Masa kanak-kanak, tahap otonomi lawan rasa malu dan
ragu-ragu
c) Usia prasekolah, tahap inisiatif lawan rasa bersalah
d) Usia sekolah, tahap industri lawan rasa rendah diri
e) Masa remaja, tahap identitas lawan keraguan akan identitas
f) Masa awal dewasa, tahap keakraban lawan perasaan terasing
g) Masa dewasa, tahap produktif lawan keadaan pasif
h) Masa tua, tahap integritas lawan putus asa.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


a. Faktor Genetik
Faktor genetik atau keturunan (hereditas) merupakan faktor utama
yang sangat mempengaruhi perkembangan pada manusia. Karena
merupakan pewarisan atau diturunkan biologis oleh kedua orang tua
kepada anaknya. Faktor genetik dapat diartikan sebagai segala
potensi (baik fisik maupun fisikis) yang dimiliki individu sejak masa
prakelahiran sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen
yang dimikili oleh orang tua (Amini dan Naimah, 2020; Khadijah
dkk, 2022).
b. Faktor Lingkungan
1) Nutrisi dan Gizi
Makanan yang dikonsumsi oleh anak memiliki peran penting
dalam tumbuh kembang anak. Perkembangan otak anak sangat
dipengaruhi oleh asupan gizi selama masa kehamilan ibunya
hingga usia 5 tahun. Kekurangan gizi pada masa tersebut,
umumnya anak akan mengalami kesulitan selama masa
perkembangannya dan pertumbuhannya terhambat. Status gizi
yang buruk akan berisiko 5,7 kali lipat terjadinya keterlambatan
perkembangan (Khadijah dkk, 2022).
2) ASI Eksklusif
Adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan

14
pertumbuhan anak berdasarkan TB/U dikarenakan pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh status gizi, salah satunya pemberian
ASIeksklusif. ASI mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. ASI mengandung
nutrisi penting untuk pertumbuhan otak, yaitu long chain poly
unsaturated fatty acid (LCPUFA) /asam lemak rantai panjang
yang terdiri dari arachidonic acid (AA) dan docosa heksanoik
acid (DHA). DHA berperan penting dalam mengoptimalkan
perkembangan otak, jaringan syaraf, dan jaringan penglihatan
pada bayi. Maka dari itu sangat dianjurkan mengedukasi ibu
tentang pentingnya ASI eksklusif dan inisiasi menyusui sejak
dini. Agar pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
yang diharapkan dan dengan semestinya (Hendrawan dkk, 2021).
3) Pendidikan dan Pengetahuan Orang Tua
Pendidikan dan pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
memudahkan untuk upaya membantu orang tua dalam
mengembangkan kemampuan motorik anak. Dalam pemberian
stimulasi perkembangan pada anak diperlukan pengetahuan dan
juga sikap yang mendukung dari orang tua seperti orang tua harus
dapat menerima informasi-informasi dari luar yang dapat
berpengaruh terhadap perkembangan anak, bagaimana cara
pengasuhan anak yang baik dan bagaimana cara stimulasi pada
motorik halus anak (Fitriahadi dan Priskila, 2020; Wahyuni dkk,
2021).
4) Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh adalah interaksi antara orang tua dan anak dalam
berkomunikasi, mendidik, mengasuh, dan berlanjut dari waktu ke
waktu. Dengan pola asuh yang tepat diterapkan pada anak,
mereka dapat berinteraksi dengan baik lingkungan tentang dunia
sekitar dan mengenal lingkungan kehidupan sosial yang berlaku.
Pola asuh yang berkualitas pada masa anak usia dini sangatlah
penting. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan yang

15
signifikan antara kualitas hubungan orangtua-anak dan hasil dari
pola asuh yang baik meliputi fisik, emosional dan sosial pada
anak-anak. Kualitas orang tua-anak hubungan memiliki efek
penting pada berbagai hasil anak, termasuk kesehatan mental,
gaya hidup sehat, kesehatan fisik, keterampilan sosial, dan
capaian pendidikan (Murdiningsih dan Komariah, 2019).
5) Penggunaan Gadget
Pada penelitian Fitriahadi dan Priskila (2020) menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan
perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena gadget
menimbulkan kacanduan pada anak yang mengunakannya, anak
yang cenderung terlalu lama menggunakan gadget akan jarang
melakukan komunikasi dan berinteraksi dengan sekitarnya, pada
akhirnya anak akan kurang dalam stimulasi tumbuh kembangnya.
6) Ekonomi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumahorbo dkk
(2020), pendapatan orang tua terhadap pertumbuhan balita
memiliki hubungan yang signifikan. Dari hasil pengamatan di
lapangan, responden yang merupakan seorang ibu tingkat
pendapatannya rendah, yaitu tergantung pada penghasilan kepala
keluarga. Dilihat dari tingkat pendapatan inilah ada kaitan dengan
pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari, sehingga anggapan
mereka makan dengan menu seadanya merupakan hal yang
lumrah padahal anak membutuhkan nutrisi dan gizi yang sesuai
dengan usia dan kebutuhannya.
7) BBLR
Adanya hubungan antara BBLR dengan pertumbuhan anak
berdasarkan TB/U dikarenakan pertumbuhan sangat terkait oleh
status gizi, salah satunya BBLR. Menurut Hendrawan dkk (2021)
bayi dengan BBLR memiliki risiko untuk mengalami hambatan
pertumbuhan. Hal ini terjadi karena bayi yang lahir BBLR baik
itu dismatur maupun prematuritas murni sejak dalam kandungan

16
sudah mengalami berbagi masalah yang menyebabkan bayi
tersebut harus lahir BBLR (Hendrawan dkk, 2021).
8) Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu tindakan untuk memberikan
kekebalan tubuh agar mempunyai daya kemampuan untuk
pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan
penyakit tertentu, dengan cara memasukkan vaksin kedalam
tubuh manusia sehingga membentuk kekebalan, kelak apabila
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit
tersebut (Hendrawan dkk, 2021).
9) Penyakit Infeksi
Berdasarkan salah satu penelitian, hubungan penyakit infeksi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita memiliki
hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa penyakit
infeksi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak balita memiliki potensi terserang penyakit yang tinggi
apabila tidak diimbangi dengan lingkungan yang baik serta gizi
yang kurang. Sehingga, faktor ini berhubungan erat dengan faktor
gizi (Rumahorbo, 2020).

2.2 Pemeriksaan Tumbuh Kembang


Kegiatan skrining deteksi dini dan stimulasi pertumbuhan perkembangan
balita menggunakan alat ukur dibawah ini:
2.2.1 Z-Score
Penentuan status pertumbuhan dilakukan berdasarkan berat badan
dan tinggi badan anak.

Tabel 2.5 Skrining Pertumbuhan Anak Menurut Z-Score (Fitri dkk, 2021)
Indikator Pertumbuhan
Z-Score
TB/U BB/U BB/TB IMT/U
Sangat gemuk Sangat gemuk
Di atas 3 Sangat tinggi Gizi lebih
(Obesitas) (Obesitas)

17
Gemuk Gemuk
Di atas 2
(Overweight) (Overweight)
Resiko
Di atas 1 Normal Resiko gemuk
Gemuk
Normal
0 (Median)
Normal Normal
Di bawah -1
Pendek Kurus Kurus
Di bawah -2 Gizi kurang
(Stunted) (wasted) (wasted)
Sangat
Sangat kurus Sangat kurus
pendek
Di bawah -3 Gizi buruk (Severe (Severe
(severe
wasted) wasted)
stunted)

2.2.2 KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)


Skrining perkembangan balita dapat menggunakan formulir
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Formulir ini berisi
9 -10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak. Hasil pemeriksaan dikategorikan menjadi 3 yaitu:
- Sesuai tahapan perkembangan (S), jika jawaban ya berjumlah
9 – 10
- Perkembangan anak meragukan (M), jika jawaban ya 7 – 8
- Kemungkinan ada penyimpangan (P), jika jawaban ya
berjumlah 6 atau kurang (Fitri dkk, 2021)

2.2.3 Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya (UKBM) yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan
posyandu sangat penting untuk mendorong kemandirian
masyarakat dapat berprilaku hidup bersih dan sehat.
Penyelenggaraan posyandu dilakukan oleh kader yang telah dilatih
dibidang kesehatan dan keluarga berencana (KB) dengan beberapa
anggota berasal dari PKK, pemuda setempat dan melibatkan tokoh
masyarakat. Posyandu (Pusat Pelayanan Terpadu) bertujuan untuk

18
menyediakan layanan dasar seperti keluarga berencana, kesehatan
ibu dan anak, gizi (pemantauan pertumbuhan dan perkembangan,
makanan tambahan, suplemen vitamin dan mineral dan pendidikan
gizi), imunisasi, dan pengendalian penyakit (pencegahan diare)
(Hamsah dkk, 2020).

2.2.4 KMS (Kartu Menuju Sehat)


KMS balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan pada indeks antropometri BB/U (Berat
badan/Usia) yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. KMS di
Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana
utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan
pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1)
penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan
berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status
pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan (2)
menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut
hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling,
pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan
rujukan. Pengisian KMS dilakukan di Posyandu (Maulidia dkk,
2015; Hamsah dkk, 2020).

2.2.5 Denver II
Tes Denver II merupakan tes psikomotorik dan merupakan salah
satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
Denver II yang digunakan sekarang adalah revisi dari Denver
Developmental Screening Test (DDST). DDST memenuhi semua
persyaratan yang di perlukan untuk metode skrining yang baik. Tes
ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan
menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan ternyata DDST secara elektif dapat

19
mengidentifikasikan antara 85 – 100% bayi dan anak – anak
sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada
“followup” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST
abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Penilaian DDST berdasarkan petunjuk terdapat penjelasan tentang
bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (passed), gagal
(fail), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas
(No Opportunity), dan menolak untuk melakukan tes (Refusal).
1) Pass (lulus): bila anak melakukan tes dengan baik, atau orang
tua/ pengasuh anak memberi laporan (“tepat”/dapat dipercaya)
bahwa anak dapat melakukannya.
2) Fail (gagal): bila anak tidak dapat melakukan tes dengan baik,
atau orang tua/ pengasuh memberi laporan (“tepat”) bahwa
anak tidak dapat melakukan dengan baik.
3) No Opportunity (tidak ada kesempatan): bila anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan tes karena ada
hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada tes dengan tanda
NO.
4) Refusal (menolak): bila anak menolak untuk melakukan tes.
Setelah semua pemeriksaan diselesaikan, dilakukan tes
perilaku (terdapat dalam formulir Denver II di sebelah kanan
bawah), untuk menolong pemeriksa secara subjektif menilai
perilaku anak secara menyeluruh pada saat tes berlangsung.
Sedangkan untuk interpretasi penilaian individual antara lain :
1) Penilaian Lebih (advanced)
Bila seorang anak lulus (pass) pada item tugas perkembangan
yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan
anak lebih, karena kebanyakan anak sebayanya belum lulus.
2) Penilaian Normal
Bila seorang anak gagal (fail) atau menolak (refusal)
melakukan tes pada item di sebelah kanan garis umur, maka
perkembangan anak dinyatakan normal. Anak tidak diharapkan

20
lulus sampai umurnya lebih tua.
3) Penilaian caution/ peringatan
Bila seorang anak gagal atau menolak tes pada item dimana
garis umur terletak pada atau antara persenil 75 dan 90, maka
skornya adalah caution (peringatan)
4) Penilaian delayed/ keterlambatan
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tes pada item
yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur, karena anak
gagal atau menolak tes dimana 90% anak-anak sudah dapat
melakukannya. Keterlambatan ditandai dengan memberi warna
pada bagian akhir kotak segi panjang.
5) Penilaian No Opportunity (tidak ada kesempatan) pada tes
yang dilaporkan orang tua anak tidak ada kesempatan untuk
melakukan atau mencoba, diberi skor sebagai NO.

2.3 Kebutuhan Nutrisi dan Gizi Anak


Menurut Sri dkk (2016) pada masa balita, membutuhkan banyak sekali
asupan nutrisi yang sesuai dengan tumbuh kembangnya. Berikut ini
beberapa zat gizi yang dibutuhkan:
a. Energi. Kebutuhan energi pada tahun pertama yaitu 100-200 kkal/kg
BB. Lalu, untuk 3 tahun pertambahan usia, kebutuhan energi turun
10kkal/kg BB.
b. Protein. Protein ini dibutuhkan untuk zat pebangun yaitu
pertumbuhan dan sumber energy. Disarankan untuk memberikan
protein 2,5-3 g/kg BB balita dan 1,5-2 g/kg BB anak sekolah. Produk
protein dibagi menjadi dua, yaitu produk nabati dan produk hewani.
Produk protein hewani didapatkan dari daging, ayam, ikan, dan
lainnya. Sedangkan protein nabati didapatkan dari tahu, tempe, dan
lainnya (Juliana dkk, 2022).
c. Lemak. Kebutuhan lemak pada balita disesuaikan dengan energi
total anak, yaitu sekitar 20-30% kebutuhan energi total. Beberapa
sumber lemak tak jenuh bisa didapatkan dari kacang-kacangan, ikan,

21
dan minyak sayur (Juliana dkk, 2022).
d. Karbohidrat. Karbohidrat yang dibutuhkan dalam masa balita ini
yaitu 50-65% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat
kompleks dan 10% dari gula sederhana. Karbohidrat kompleks
adalah jenis karbohidrat yang cenderung lebih sulit dicerna dan
membuat anak lebih cepat kenyang. Beberapa makanan yang
termasuk karbohidrat kompleks yaitu: kelompok umbi-umbian, roti,
pasta, jagung, gandum, singkong, dan lainnya (Juliana dkk, 2022).

2.4 Imunisasi Pada Anak


a. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada balita
segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam setelah disuntikkan
vitamin K. Balita lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin
HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang
berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir (IDAI, 2020).
b. Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila
lahir di fasilitas kesehatan diberikan bOPV-0 saat balita pulang atau
pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV
bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali
sebelum berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).
c. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera
mungkin sebelum balita berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau
lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. (IDAI, 2020).
d. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin
DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan
atau 2, 4, 6 bulan. (IDAI, 2020).
e. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster

22
Hib diberikan pada usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI,
2020).
f. Vaksin pneumokokus (PCV)
Vaksin PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster
pada umur 12- 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan,
berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12
bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).
g. Vaksin rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai
umur 6 minggu, dosis kedua dengan internal minimal 4 minggu,
harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga
dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32
minggu (IDAI, 2020).
h. Vaksin influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun.
(IDAI, 2020).
i. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila
sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan
MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun
berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI,
2020).
j. Vaksin jepanese encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau
yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka
panjang dapat berikan booster 1-2 tahun kemudian (IDAI, 2020).
k. Vaksin varisela
Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI, 2020).
l. Vaksin hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2
diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian (IDAI, 2020).

23
m. Vaksin tifoid
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang
setiap 3 tahun (IDAI, 2020).
n. Vaksin human papilloma virus (HPV)
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali
dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6).
(IDAI, 2020).
o. Vaksin dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan
seropositif dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat
dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji
serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan
pemeriksaan serologi IgG anti positif (IDAI, 2020).

2.5 Pathway

24
Lingkungan Pola Asuh, Genetika Nutrisi dan Sosial
Pendidikan dan Gizi Ekonomi
Pengetahuan
Orang Tua

Baik atau Tidak

Baik Tidak baik

Stimulasi Aspek • Pertumbuhan terhambat


Perkembangan Pertumbuhan dan dan tidak proporsional
dan Pertumbuhan Perkembangan • Kegagalan tumbuh
pada kategori usia • Personal Sosial kembang
selanjutnya • Motorik Halus dan • Keterlambatan
Kasar perkembangan
• Bahasa

Stimulasi Pertumbuhan
dan Perkembangan untuk
mengejar keterlambatan

25
BAB 3
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

• Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan


yang diberikan kepada klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat
obstetri dan diagnosa pemeriksaan klien (Varney, 2007).
• Hari/tanggal dan waktu pengkajian: mengetahui tanggal pengkajian saat ini
(Gondodiputro, 2007).
• Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal penerimaan
pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien (Gondodiputro, 2007).
I. PENGKAJIAN DATA
Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pemerolehan data ini
dilakukan melalui cara anamnesa. Anamnesa dibagi menjadi 2 yaitu auto-
anamnesa (anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien) dan allo-
anamnesa (anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien atau melalui catatan
rekam medik pasien) (Sulistyawati, 2015).
1.1 Data Subjektif
1.1.1 Identitas Klien, Ibu dan Suami
1. Identitas balita
• Nama balita: nama balita berguna untuk menentukan penatalaksanaan balita
sehingga dapat tepat sasaran (Varney, 2008).
• Tanggal lahir balita dan Umur balita: diagnosa balita dan penentuan asuhan
yang akan diberikan agar sesuai dengan keluhan yang dialami dan usia
• Jenis kelamin: berguna untuk memperjelas identitas balita dan sebagai
pembeda dengan balita lainnya (Varney, 2008).

2. Identitas ibu dan ayah


• Nama ibu dan ayah: Orang tua merupakan penanggung jawab balita, sehingga
setiap asuhan yang diberikan dapat melibatkan orang tua balita sekaligus
memastikan asuhan yang diberikan tepat sasaran (Varney, 2008).

26
• Usia: pemberian KIE kepada orang tua balita disesuaikan dengan usia orang
tua balita agar mudah dipahami oleh orang tua balita (Marmi, 2015).
• Agama: agama/keyakinan yang dianut orang tua balita berkaitan dengan
kebiasaan perawatan balita sehari-hari (Rukiyah, 2009).
• Pendidikan: pemberian KIE kepada orang tua balita disesuaikan dengan
tingkat pendidikan orang tua balita agar mudah dipahami oleh orang tua balita
(Marmi, 2015).
• Pekerjaan : pekerjaan orang tua balita memberikan gambaran tingkat
ekonomi dalam keluarga (Marmi, 2015).
• Alamat: alamat rumah balita akan mempermudah petugas dalam melakukan
follow up balita dan memberikan gambaran tentang lingkungan tempat tinggal
balita (Varney, 2008).

1.2 Data Obyektif


1.2.1 Pemeriksaan Umum
1) Pemeriksaan umum
- Pengukuran Antropometri:
Panjang badan dan berat badan balita diukur agar dapat mengetahui
apakah balita termasuk dalam pertumbuhan yang sesuai usia atau tidak
(Wayani, 2016).
- Tanda-tanda vital:
(1) Tekanan darah: Anak berusia 3–6 tahun memiliki tekanan darah
sistolik normal antara 95–110 mmHg dan dan tekanan diastolik normal
antara 55–70 mmHg.
(2) Suhu: suhu badan yang normal adalah 36,5°C - 37,5°C
(3) Nadi: Anak-anak berusia 1 hingga 2 tahun: 80 – 130x/mnt. Usia 3
hingga 4 tahun: 80 – 120x/mnt. Usia 5 hingga 6 tahun: 75 hingga
115x/mnt
(4) Pernafasan: Anak usia prasekolah (3-6 tahun): 22-34 napas per
menit.

27
- Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan klien
serta tingkat kenyamanan fisik klien. Informasi dari hasil pemeriksaan
fisik dan anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinik,
menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau
perawatan yang paling sesuai dengan kondisi klien (Nursalam, 2005).
a) Kepala
- Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran,
lingkar kepala, asimetri, sefalhematom, maulase, kraniotabes,
sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak
dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital
posterior.
- Muka. Pada pemeriksaan muka ini, perhatikan simetri tidaknya,
paralisis, jarak antara hidung dan mulut, jembatan hidung,
mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.
- Mata. Pada pemeriksaan mata perhatikan fotofobia, ketajaman
melihat, nistagmus, ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar
lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan
fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada balita normal
dibawah 6 bulan.
- Hidung. Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan bentuknya,
gerakan cuping hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan
septum, perkusi sinus
- Mulut.
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
• Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
• Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh
lambat/tidak.
• Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
• Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna,
ukuran, gerakan, tepi hiperemis/tidak.

28
• Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
- Telinga. Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna
dan bau sekresi telinga, nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang
telinga, membrane timpani. Pemeriksaan menggunakan heat lamp
dan spekulum telinga.
b) Leher. Perhatikan kelenjar leher, letak trakhea, pembesaran
kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher.
c) Thorax
• Inspeksi pada anak < 2 tahun : lingkar dada  lingkar kepala
• Inspeksi pada anak > 2 tahun : lingkar dada  lingkar kepala.
Perhatikan :
- Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
- Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada
retraksi.tidak
- Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot d. Ictus cordis
• Palpasi
Perhatikan :
1. Pengembangan dada : simetri/tidak
2. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
3. Sela iga : retraksi/tidak
4. Perabaan iktus cordis
• Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu
jari/tanpa bantalan jari lain, atau secara tidak langsung dengan
menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu
keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih
kecil.
• Auskultasi
Periksa suara seperti ronchii dan wheezing

d) Abdomen

29
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara
berurutan meliputi ;
• Inspeksi
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
1. Bentuk : cekung/cembung
2. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada balita
dan anak kecil
3. Umbilikus : hernia/tidak
4. Gambaran vena : spider navy
5. Gambaran peristaltik
• Auskultasi. Perhatikan suara peristaltik, normal akan
terdengar tiap 10 – 30 detik.
• Perkusi. Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan
untuk menentukan udara dalam usus, atau adanya cairan
bebas/ascites.
• Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas
dalam, kaki dibengkokkan di sendi lutut, palpasi dilakukan
dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah.
Apabila ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling
akhir.
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya.
Nilai perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.
e) Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing
finger, dan pembengkakan tulang. Periksa pembengkakakan,
kemerahan, dan nyeri pada ekstremitas.

II. INTERPRETASI DATA


Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang
diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untu mengetahui kesehatan
pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah,

30
kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan. Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan data penunjang.
Dx: An. “...“ Umur … dengan tumbuh kembang normal
DS: diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan secara langsung
(Rismalinda, 2014).
DO: diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke
diagnosa (Rismalinda, 2014).

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya (Salmah, 2006).
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang
lebih parah. Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada balita.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, DAN


RUJUKAN
Pada langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses manajemen
kebidanan. Langkah ini mengidentifikasi perlu tindakan segera yang mampu
dilakukan mandiri atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk
dapat menentukan langkah diagnosa potensial (Varney, 2007).
Mengidentifikasi segera yang dibutuhkan oleh klien untuk menghindari hal-
hal yang dapat mengancam jiwa klien sehingga harus dilakukan kolaborasi /
rujukan (Wiknjosastro, 2007). Apabila balita mengalami keadaan
patofisiologis maka lakukan perujukan/kolaborasi dengan dokter.

V. IINTERVENSI
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah yang sebelumnya. Rencana asuhan yang

31
menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah terisentifikasi dari kondisi
anak dari setiap masalah yang berkaitan.

VI. PELAKSANAAN
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah kelima secara aman dan
efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

VII. EVALUASI
Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah :

1) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang


mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-
benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebidanan yang telah
teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
2) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk
mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.

32
BAB 4
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. AT USIA 38 BULAN DENGAN
TUMBUH KEMBANG NORMAL DI PUSKESMAS PAKISAJI

Tanggal : 14 Maret 2023 Pukul : 10.00 WIB


Tempat Pengkajian : Puskesmas Pakisaji Pengkaji : Penulis

I. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif (S)
a. Identitas Balita

Nama Balita : An. “AT”


Umur balita : 38 bulan
Hari/Tanggal : 24 Desember 2018
Jenis kelamin : Perempuan

b. Identitas Orang Tua


Nama : Ny. L Nama Suami : Tn. S
Usia : 27 tahun Usia : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Sutojayan Kec Pakisaji Kab. Malang

c. Alasan Datang : Melakukan skrining tumbuh kembang


d. Keluhan Utama : Tidak ada keluhan
e. Riwayat Kesehatan
Riwaat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit seperti asma,
diabetes, hipertensi atau penyakit familial
lainnya.
Penyakit Genetika : Tidak ada riwayat penyakit herediter.

33
f. Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap (Hb0, BCG, Polio 4 kali,
Pentabio 3 kali, Campak Rubella 1 kali), Imunisasi lanjutan (Pentabio dan
Campak Rubella)
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Makanan : 2-3 kali sehari, porsi cukup dengan nasi, sayur, lauk-pauk
dan buah.
- Minuman : minum 5-6 gelas air putih/hari.
- BAK : >6 kali kali sehari, tidak ada masalah, urin warna bening
kekuningan, tidak ada sakit saat berkemih.
- BAB : 1 kali sehari, biasanya pada pagi hari dan tidak ada
memiliki keluhan terkait BAB
- Istirahat : Tidur siang ±1 jam, tidur malam 7-8 jam
- Aktivitas : Bermain
- Personal Hygiene : Mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2x sehari
- Alergi : tidak memiliki alergi makanan ataupun obat
- Ayah merokok

2. DATA OBJEKTIF (O)


a. Keadaan Umum Antropometri
Kondisi Umum : Baik TB : 104 cm
Tangis/Motorik : Composmentis BB : 16,2 kg
Vital Sign
Suhu : 36,6 0C
Nadi : 90x/mins
Pernapasan : 35x/mins

b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kepala simetris, tidak ada pembesaran pada
kepala.
Wajah : Pada wajah tidak menunjukkan penyakit
bawaan, tidak ada edema dan luka pada
wajah,

34
Mata : Pada mata terlihat konjungtiva pucat, sklera
bewarna putih, tidak ada kelainan pada mata.
Hidung : Tidak ada kelainan pada hidung, terdapat
cairan bening
Telinga : Tinggi pada kedua telinga simetris, tidak ada
kelainan pendengaran
Mulut : Tidak terlihat adanya
palatoschisis/labiopalatoschisis/labioschisis,
terdapat karies gigi
Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher dan
tidak ada nyeri telan
Dada : Tarikan dinding dada simetris, tidak ada
wheezing
Abdomen : Bentuk perut normal, tidak ada luka pada
abdomen, tidak terdapat nyeri maupun
pembengkakan
Ekstremitas : Tidak terdapat pembengkakan dan nyeri
tekan pada ekstremitas
c. Pemeriksaan : KMS : normal sesuai usia di daerah hijau tua
TB/U : di daerah -2 sampai 2 SD
Penunjang
BB/TB : di daerah -2 sampai 2 SD
KPSP : Sesuai tahapan perkembangan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : An. AT usia 38 bulan dengan tumbuh kembang normal
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

35
V. INTERVENSI
▪ Tujuan : setelah dilakukannya asuhan kebidanan, diharapkan orang tua
dapat menerapkan hasil edukasi sehingga anak dapat berkembang sesuai usianya
▪ Kriteria Hasil :
a. Ibu kooperatif
b. Balita merespon dan bersedia melakukan skrining tumbuh kembang yang
disediakan
c. Hasil skrining sesuai dengan usia balita
• Intervensi
Tanggal : 14 Maret 2023 Pukul : 10.15 WIB
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini secara umum tanda-
tanda vital balita
R/ Menjelaskan hasil pemeriksaan agar pasien mengetahui keadaan balitanya
serta bidan dapat merencakanan tindakan yang akan dilakukan pada keluarga
balita.
2) Berikan penjelasan terkait hasil skrining tumbuh kembang balita kepada ibu
R/ Penjelasan terkait hasil skrining membuat ibu mengetahui apakah terdapat
penyimpangan atau keterlambatan terhadap tumbuh kembang balita dan
kedepannya dapat dikembangkan lagi sesuai usianya dengan penyuluhan
yang tepat
3) Jelaskan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak
R/ Selain anak serta orang tua, terdapat faktor eksternal lainnya sehingga
orang tua harus mengetahui hal ini sehingga tidak mengganggu proses
tumbuh kembang anak
4) Jelaskan mengenai tahapan tumbuh kembang selanjutnya yang patut dicapai
R/ Tahapan tumbuh kembang selanjutnya juga penting dalam menentukan
perkembangan dan pertumbuhan anak pada masa emasnya sehingga tidak ada
kelalaian dalam tumbuh kembangnya. Disini, peran bidan sangat penting
untuk memberikan edukasi kepada orang tua
5) Anjurkan untuk melakukan skrining tumbuh kembang secara rutin
R/ Kunjungan rutin untuk mengetahui mengenai pertumbuhan balita sudah

36
sesuai usianya atau belum

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 14 Maret 2023 Pukul : 10.20 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini secara umum
tanda-tanda vital balita. Hal ini dilakukan agar ibu mengetahui dan dapat
membawa anaknya kefaskes terdekat jika ada keluhan mengenai TTV.
2) Memerikan penjelasan terkait hasil skrining tumbuh kembang balita kepada
ibu. Penjelasan terkait hasil skrining membuat ibu mengetahui apakah
terdapat penyimpangan atau keterlambatan terhadap tumbuh kembang balita
dan kedepannya dapat dikembangkan lagi sesuai usianya dengan penyuluhan
yang tepat. Pada An. AT ditemukan bahwa hasil pertumbuhan dan
perkembangannya sudah sesuai usia. Pada KPSP, klien dapat menjawab
semuanya dengan baik.
3) Menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak sangatlah banyak, beberapa diantaranya yaitu nutrisi, ekonomi,
penyakit, dan lainnya. Hal ini harus diperhatikan ibu, terutama terhadap
nutrisi yang dikonsumsi anak. Nutrisi yang baik, akan memudahkan anak
untuk melakukan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
4) Menjelaskan mengenai tahapan tumbuh kembang selanjutnya yang patut
dicapai. Pada perkembangan selanjutnya, yaitu pada usia 42 bulan dibutuhkan
stimulasi meliputi:
Gerak kasar : ajari anak untuk melompat, berdiri dengan satu kaki,
memanjat, bermain bola, mengendarai sepeda roda 3, berlari
Gerak Halus : Ajari anak untuk menggambar bentuk seperti garis lurus,
bulat, huruf dan angka, ajari anak menulis namanya, serta menggambar benda
seperti matahari. Ajari anak untuk menggunting, bermain puzzle, menyusun
balok, mencocokkan gambar, dan menempel. Ajari anak untuk berhitung,
mencampur warna, dan membuat gambar temple.

37
Bicara dan Bahasa : Stimulasi anak untuk bercerita tentang dirinya,
mengenal huruf, orang tua lebih sering bicara dengan anak, dan membuat
album foto dan minta anak untuk menceritakan mengenai foto album tersebut
Sosialisasi dan Kemandirian : Ajari anak mencuci tangan dan kaki, makan
menggunakan sendok dan garpu, mengancingkan kancing Tarik, membantu
memasak, dan menentukan batasan.
5) Menganjurkan untuk melakukan skrining tumbuh kembang secara rutin agar
orang tua dapat mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anaknya sudah
sesuai usia atau belum. Sehingga dapat dilakukan stimulasi dengan baik dan
tidak mengalami keterlambatan tumbuh kembang

VII. EVALUASI
Tanggal : 14 Maret 2023 Pukul : 10.35 WIB

a. Orang tua cukup kooperatif dalam skrining yang dilakukan


b. Balita merespon dan bersedia melakukan skrining tumbuh kembang yang
disediakan oleh bidan
c. Hasil skrining menunjukkan hasil bahwa tumbuh kembang sesuai dengan usia
An. AT yang berusia 38 bulan

38
BAB V

PEMBAHASAN

Pada kasus An. AT yang berusia 38 bulan di atas menunjukkan bahwa


pertumbuhan dan perkembangan An, AT cukup baik karena sudah sesuai dengan
usia klien. Dalam hal ini, tentunya peran orang tua dan lingkungannya sangat
berperan penting terhadap tumbuh kembangnya. Beberapa faktor tumbuh
kembang yang dapat mempengaruhi salah satunya adalah asupan nutrisi yang
diterima klien selama masa ini. Dari hasil anamnesis, didapatkan bahwa ibu klien
sudah memberikan asupan yang sesuai dengan kebutuhannya yaitu karbohidrat,
protein, serat, dan lemak. Pada penelitian Windyartiet al (2020), menunjukkan
hasil bahwa nutrisi sangat berpengaruh/signifikan terhadap tumbuh kembang
balita (p-value <0,05). Hal ini dikarenakan pertumbuhan otak anak membutuhkan
kandungan nutrisi dari makanan untuk berkembang. Pada anak dengan memiliki
status gizi yang normal, akan lebih baik tumbuh kembangnya dibandingkan anak
dengan status gizi yang buruk, tetapi ada faktor lainnya yang juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak sehingga faktor tersebut harus
diperhatikan. Penelitian Windyarti et al (2020) didukung dengan penelitian oleh
Anggraeningsih dan Yulianti (2022) yang menunjukkan bahwa status gizi
berpengaruh terhadap perkembangan balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak dengan gizi yang baik memiliki perkembangan yang sesuai usianya (78%).
Dalam penelitian Anggraeningsih dan Yulianti (2022) ini juga membahas
mengenai pendidikan ibu yang menjadi faktor penentu/yang berpengaruh dalam
tumbuh kembang anak. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka semakin baik juga
status gizi balita dan hal ini tentunya berpengaruh terhadap tumbuh kembang
balita. Penelitian dari Rohmawati dan Purnani (2022) juga membahas mengenai
pengaruh pendidikan ibu terhadap tumbuh kembang balita. Hasilnya, ada
hubungan erat antara pendidikan ibu dan tumbuh kembang balita. Pendidikan ibu
yang mumpuni terbukti dapat mengubah mindset seseorang dalam memutuskan
sesuatu terutama yang terbaik baik dirinya dan anaknya. Selain itu, ibu yang
memiliki pendidikan tinggi cenderung mudah untuk menerima informasi yang
disampaikan (Rohmawati dan Purnani, 2022). Faktor lainnya yang bisa

39
mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu paparan penyakit. Pada penelitian
Siddiq (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola
makan yang diberikan kepada anak dengan penyakit infeksi yang terjadi.
Terjadinya penyakit dengan pola makan sangat berkaitan erat. Akibat dari pola
makan serta nutrisi yang kurang bagi balita dapat menyebabkan balita mudah
terserang penyakit infeksius. Dampaknya, infeksi ini dapat menurunkan berat
badan anak karena anak kehilangan nafsu makannya.
Tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak, terdapat kemungkinan anak akan mengalami gangguan/ keterlambatan
tumbuh kembang. Sedangkan keterlambatan ini merupakan masalah kesehatan
yang besar di banyak negara di dunia. Sehingga hal ini menjadi tantangan bagi
dunia kesehatan dan juga masyarakat dalam menangani kasus ini (Workie et al,
2020).

40
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia di bawah <5 tahun sangat
penting untuk menentukan masa depan seorang anak. Apabila pertumbuhan
dan perkembangannya sudah sesuai dengan usianya dan tidak terjadi
penyimpangan, maka peluang anak untuk memiliki masa depan yang baik
sangat besar.

6.2 Saran
Bagi orang tua, sebaiknya lebih menstimulasi anak di rumah yang relevan
dengan pertumbuhan dan perkembngan anak sesuai usianya, jangan
memberikan gadget kepada anak, karena berakibat fatal. Begitu juga dengan
nutrisi dan lingkungan yang baik untuk anak agar anak menjalani proses
tumbuh kembang dengan baik.

41
DAFTAR PUSTAKA

Aini, I. 2020. Upaya Orang Tua Dalam Mendampingi Keterlambatan Berjalan


Pada Anak. Diploma Thesis, Universitas Muhammadiyah Malang.
https://eprints.umm.ac.id/75973/

Amini, N., Naimah. 2020. Faktor Hereditas Dalam Mempengaruhi


Perkembangan Intelligensi Anak Usia Dini. Jurnal Buah Hati. Vol. 7(2):108-124

Anggraeni, N., Yulianti, H. 2022. Hubungan Status Gizi Balita Dan


Perkembangan Anak Balita Di Kelurahan Liliba Kecamatan Oebobo. Jurnal
Health Sains. Vol. 3(7): 830-836

Ariani., dkk. 2020. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Penyakit


Jantung Bawaan. Universitas Brawijaya Press: Malang

Eritiana, E., Izazi, D. 2022. E-Posyandu Pengolahan Data Status Tumbuh


Kembang Pada Balita (Studi Kasus : Posyandu Cahaya Kartini). Strata 1 thesis,
Universitas Teknokrat Indonesia.

Fitri, S., Pratiwi, S., Yuniarti, E. 2021. Pendidikan Kesehatan dan Skrining
Tumbuh Kembang Balita. Media Karya Kesehatan. Vol. 4(2): 144-153

Fitriahadi, E., Priskila, Y. 2020. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Anak Usia 3-6 Tahun Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Tinggede,
Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah Indonesia. Jurnal
Kesehatan. Vol. 13(2): 183-191

Hamsah, I., dkk. 2020. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol. 9(2): 1003-1008

Hendrawan, M., Hernawan, A., Saleh, I. 2021. Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak (Usia 4-6 Tahun) Di 6 PAUD Desa
Kuala Dua Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian. Jurnal Penelitian Kesehatan.
Vol. 8(1):22-36

42
Juliana, E., Nataliningsih., Aisyah, I. 2022. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Dan
Perkembangan Anak. SADELI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.
2(1):11-19

Khadijah., Siregar, W., Nasution, P., Tanjung, I. 2022. Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Di RA Rantau Prapat Kabupaten
Labuhan Batu. Jurnal Pendidikan Konseling. Vol. 4(3): 2354-2359
Marinda, L. 2020. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan
Problematikanya Pada Anak Usia Sekolah Dasar. An-Nisa’: Jurnal Kajian
Perempuan dan Keislaman. Vol. 13(1): 116-152

Maulidia., Nyoto, R., Sukamto, A. 2015. Sistem Informasi KMS (Kartu Menuju
Sehat) (Studi Kasus: UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat). Jurnal
Sistem dan Teknologi Informasi. Vol. 1(1): 1-6

Murdiningsih., Komariah, N. 2019. Knowledge and parenting patterns with


toddler’s growth and development. International Jpurnal of Public Health. Vol.
8(2): 179-184

Rafik, D. 2018. Perbedaan Kemampuan Motorik Kasar dan Motorik Halus


Berdasarkan Berat Badan Bayi Saat Lahir Pada Usia Toddler di Wilayah Kerja
Puskesmas Tlanakan Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan. Undergraduate
thesis, Universitas Muhammadiyah Surabaya. http://repository.um-
surabaya.ac.id/3417/

Rahmawati, D. 2021. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Stunting Pada Balita Usia 24-60 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Margorejo
Metro Selatan. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.

Raihana. 2018. Urgensi Sekolah PAUD Untuk Tumbuh Kembang Anak Usia
Dini.Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Vol. 1(1)
https://journal.uir.ac.id/index.php/generasiemas/article/view/2251

Rohman, A., dkk. 2022. Studi Komparatif Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Dan Anak Usia Remaja Perspektif Teori Lawrence Kohlberg (MI Sholbiyah Dan

43
MA Salafiyah As-Syafi’iyyah Bojonegoro). Jurnal Darma Agung. Vol. 30(2):
243-253

Rohmawati, H., Purnani, W. 2022. Relationship Between Mother's Education


Level and Toddler Growth. Journal of Global Research in Public Health. Vol.
7(2):169-172

Rumahorbo, R., Syamsiah, N., Mirah. 2020. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Tumbuh Kembang Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2019. CHMK Health Journal. Vol. 4(2): 158-165

Saputra, M. 2019. Teori Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud Dan


Psikososial Erik H. Erikson.
https://www.researchgate.net/publication/343473569_TEORI_PERKEMBANGA
N_PSIKOSEKSUAL_SIGMUND_FREUD_DAN_PSIKOSOSIAL_ERIK_H_ER
IKSON

Sarayati, S. 2016 Analisis Faktor Perilaku Seksual Pada Anak Sd Di Sdn Dukuh
Kupang II – 489 Kecamatan Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya.
Skripsi Thesis, Universitas Airlangga. https://repository.unair.ac.id/29636/

Siddiq, M. 2018. Penyakit Infeksi dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi
Kurang Berdasarkan Bb/u pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Sepenggal. Scientia Journal.
https://www.neliti.com/publications/286575/penyakit-infeksi-dan-pola-makan-
dengan-kejadian-status-gizi-kurang-berdasarkan-b

Sri, A., Th. Ninuk., Hartini, S., Huda,N., Syamsiatun. 2016. Asupan Energi
Protein dan Status Gizi Balita Yang Pernah Mendapat PMT Pemulihan di
Wilayah Kerja Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman DIY. Skripsi thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/980/

Sulistyorini, L., et al. Stimulation of Growth and Development of Pandalungan


Toddler in Indonesia. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology. Vol.
16(2): 237-245

44
Wahyuni., Najihah, K., Yuniati., Dwijayanti, N. 2021. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak di Gampong Cot Mesjid Kecamatan
Lhueng Bata Kota Banda Aceh. Jurnal KEsmas Jambi (JKMJ). Vol. 5(2):36-44

Windyarti, M., Amelia, P., Ashfiha, E. 2020. Realtionship between Toddler


Nutrition Status and Development of Toddler age 12-36 Months. Journal of
Midwifery. Vol. 5(1): 31-35

Workie, S., Mekonen, T., Mekonen, T., Fekadu, W. 2020. Child development
and nutritional status in 12–59 months of age in resource limited setting of
Ethiopia. Journal of Health. Vol 39:6

45

Anda mungkin juga menyukai