Oleh:
Nabila Fathir 220070500111040
Eri Kurniasari 220070500111046
Ajeng Friska Fidhelia 220070500111047
Berliana Salsabila Aprilia P 220070500111048
2023
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah serta petunjuk-Nya
sehingga penulis dapat segera menyelesaikan Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan Pada An.
F Usia 23 Bulan Dengan Pneumonia Di Posyandu Sutojayan Puskesmas Pakisaji
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada perseptor lahan yaitu
Khotik Alim Baidah, S.ST dan Fatmawati, S. Keb., Bd., M. Keb yang telah memberikan
bimbingan dan bantuannya dalam mengkaji kasus tersebut sehingga bisa diagkat dalam
pembahasan dalam laporan komprehensif ini.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap tahunnya lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai usia
5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan oleh lima kondisi yang sebenarnya dapat dicegah
dan diobati antara lain pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Sering kali kombinasi
dari beberapa penyakit lain (Kemenkes, 2013).
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan
di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab
anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008) .
Pneumonia adalah radang paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab
utama pneumonia adalah bakteri, virus, dan fungi. Anak-anak dibawah 2 tahun beresiko tinggi
menderita infeksi ini. Dalam Buku manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS.2015), bayi dengan
batuk diklasifikasikan sebagai penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat
inap. Pneumonia yang berobat jalan dan batuk bukan pneumonia cukup untuk diberi nasihat
untuk perawatan di rumah. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan
gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak,
dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). Pneumonia merupakan
salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala
seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan
konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah, 2017). Pneumonia adalah penyakit
infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di alveolus yang disebabkan oleh
beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya
(Kemenkes RI, 2019). Pneumonia ditanyakan pada semua penduduk untuk kurun waktu 1 bulan
atau kurang dan dalam kurun waktu 12 bulan atau kurang.
Faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita
di negara berkembang adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah
1
(BBLR), tidak mendapat imunisasi campak, DPT dan Hib, tidak mendapat ASI yang adekuat,
malnutrisi (Said, 2012).
Berdasarkan uraian di atas kami tertarik untuk membahas topik balita dengan pneumonia
di Puskesmas Pakisaji untuk dilaporkan secara komprehensif sebagai syarat penyelesaian tugas
profesi stase Puskesmas.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
i. Melaksanakan pengkajian data yang meliputi data subjektif dan objektif secara
lengkap pada An. FK dengan pneumonia.
ii. Menginterpretasikan data dasar, yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah, dan
kebutuhan pada An. FK dengan pneumonia.
iii. Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi, kolaborasi
dan merujuk pada An. FK dengan pneumonia.
iv. Menetapkan antisipasi dan tindakan segera, pada An. FK dengan pneumonia.
v. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada An. FK dengan
pneumonia.
vi. Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada An. FK dengan
pneumonia
vii. Mengevaluasi pada pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada An. FK dengan
pneumonia
2. Manfaat
a. Untuk Mahasiswa
b. Institusi Tempat Praktek
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
3
pneumoniae, haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, streptokokus grup B, serta kuman
atipik klamidia dan mikoplasma.
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung dari kuman penyebab, usia
pasien, status imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Manifestasi klinis biasanya berat yaitu
sesak, sianosis, tetapi dapat juga gejalanya tidak terlihat jelas seperti pada neonatus. Gejala dan
tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi (nonspesifik), gejala pulmonal
pleural, atau ekstrapulmonal. Gejala nonspesifik meliputi demam, menggigil, sefalgia, resah dan
gelisah. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti muntah,
kembung, diare, atau sakit perut. Gejala pada paru timbul setelah beberapa saat proses infeksi
berlangsung. Setelah gejala awal seperti demam dan batuk pilek, gejala napas cuping hidung,
takipnu, dispnu, dan timbul apnu. Otot bantu napas interkostal dan abdominal mungkin
digunakan. Batuk umumnya dijumpai pada anak besar, tapi pada neonatus bisa tanpa batuk.
Frekuensi napas merupakan indeks paling sensitif untuk mengetahui beratnya penyakit. Hal ini
digunakan untuk mendukung diagnosis dan memantau tata laksana pneumonia. Pengukuran
frekuensinapas dilakukan dalam keadaan anak tenang atau tidur. Tim WHO telah
merekomendasikan untuk menghitung frekuensi napas pada setiap anak dengan batuk. Dengan
adanya batuk, frekuensi napas yang lebih dari normal serta adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (chest indrawing), WHO menetapkan sebagai pneumonia (di lapangan), dan
harus memerlukan perawata dengan pemberian antibiotik. Perkusi toraks pada anak tidak
mempunyai nilai diagnostik karena umumnya kelainan patologinya menyebar; suara redup pada
perkusi biasanya karena adanya efusi pleura. Suara napas yang melemah seringkali ditemukan
pada auskultasi. Ronkhi basah halus yang khas untuk pasien yang lebih besar, mungkin tidak
4
terdengar pada bayi. Pada bayi dan balita kecil karena kecilnya volume toraks biasanya suara
napas saling berbaur, dan sulit untuk diidentifikasi. Secara klinis pada anak sulit membedakan
pneumonia bakterial dengan pneumonia viral. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa
pneumonia bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis, dan
perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. Namun keadaan seperti ini kadang-kadang sulit
dijumpai pada seluruh kasus.
5
2.6 Diagnosis
2.7 Tatalaksana
Pasien pneumonia mempunyai indikasi untuk perawatan di rumah sakit. Sesak yang
terjadi harus ditangani dengan segera. Pneumonia pada bayi di bawah 2 bulan biasanya
menunjukkan gejala yang cukup berat. Tata laksana pasien meliputi terapi suportif dan terapi
etiologik. Terapi suportif berupa pemberian makanan atau cairan sesuai kebutuhan serta koreksi
asam-basa dan elektrolit sesuai kebutuhan. Terapi oksigen diberikan secara rutin. Jika
penyakitnya berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin diperlukan terutama dalam 24-
48 jam pertama. Bagian yang sangat penting dari tata laksana pneumonia adalah pemberian
antibiotik. Idealnya tata laksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun karena
berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia diberikan antibiotik secara
empiris. Pneumonia viral seharusnya tidak diberikan antibiotik, namun pasien dapat diberi
antibiotik apabila terdapat kesulitan membedakan infeksi virus dengan bakteri; di samping
kemungkinan infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan. Streptokokus dan pneumokokus
sebagai kuman Gram positif dapat dicakup oleh ampisilin, sedangkan hemofilus suatu kuman
gram negatif dapat dicakup oleh kloramfenikol. Dengan demikian keduanya dapat dipakai
sebagai antibiotik lini pertama untuk pneumonia anak tanpa komplikasi. Secara umum
pengobatan antibiotik untuk pneumonia diberikan dalam 5-10 hari, namun dapat sampai 14 hari.
Pedoman lain pemberian antibiotik sampai 2-3 hari bebas demam. Pada pasien pneumonia
community acquired, umumnya ampisilin dan kloramfenikol masih sensitif. Pilihan berikutnya
adalah obat golongan sefalosporin atau makrolid. klaritromisin pada IRBA sama efektifnya
dengan pemberian co-amoksiklav. Pemberian azitromisin tolerabilitasnya cukup baik serta efek
sampingnya minimal bila dibandingkan dengan co-amoksiklav.Pemberian azitromisin sekali
sehari selama 3 hari efektifitasnya setara dengan pemberian co-amoksiklav selama 10 hari.
Penggunaan klaritromisin secara multisenter pada pneumonia mendapatkan hasil yang cukup
baik dalam hal efektifitas dan efek sampingnya. Efek samping gangguan gastrointestinal seperti
mual nyeri abdomen didapatkan pada sebagian kecil pasien yang tidak berbeda bermakna
dengan antibiotik lain.
6
7
BAB 3
Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat obstetri dan diagnosa
pemeriksaan klien (Varney, 2007). Hari/tanggal dan waktu pengkajian: mengetahui tanggal
pengkajian saat ini (Gondodiputro, 2007).Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada
tempat awal penerimaan pasien dapat dijadikan indikator penanganan pasien (Gondodiputro,
2007).
I. PENGKAJIAN DATA
Langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pemerolehan data ini dilakukan melalui cara anamnesa.
Anamnesa dibagi menjadi 2 yaitu auto-anamnesa (anamnesa yang dilakukan secara langsung
kepada pasien) dan allo-anamnesa (anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien atau
melalui catatan rekam medik pasien) (Sulistyawati, 2015).
1) Identitas balita
• Nama balita: nama balita berguna untuk menentukan penatalaksanaan balita sehingga dapat
tepat sasaran (Varney, 2008).
• Tanggal lahir balita dan Umur balita: diagnosa balita dan penentuan asuhan yang akan diberikan
agar sesuai dengan keluhan yang dialami dan usia
• Jenis kelamin: berguna untuk memperjelas identitas balita dan sebagai pembeda dengan balita
lainnya (Varney, 2008).
1
2) Identitas ibu dan ayah
• Nama ibu dan ayah: Orang tua merupakan penanggung jawab balita, sehingga setiap asuhan
yang diberikan dapat melibatkan orang tua balita sekaligus memastikan asuhan yang diberikan
tepat sasaran (Varney, 2008).
• Usia: pemberian KIE kepada orang tua balita disesuaikan dengan usia orang tua balita agar
mudah dipahami oleh orang tua balita (Marmi, 2015).
• Agama: agama/keyakinan yang dianut orang tua balita berkaitan dengan kebiasaan
perawatan balita sehari-hari (Rukiyah, 2009).
• Pendidikan: pemberian KIE kepada orang tua balita disesuaikan dengan tingkat pendidikan
orang tua balita agar mudah dipahami oleh orang tua balita (Marmi, 2015).
• Pekerjaan : pekerjaan orang tua balita memberikan gambaran tingkat ekonomi dalam
keluarga (Marmi, 2015).
• Alamat: alamat rumah balita akan mempermudah petugas dalam melakukan follow up balita
dan memberikan gambaran tentang lingkungan tempat tinggal balita (Varney, 2008).
1) Pemeriksaan umum
- Pengukuran Antropometri:
Panjang badan dan berat badan balita diukur agar dapat mengetahui apakah balita
termasuk dalam pertumbuhan yang sesuai usia atau tidak (Wayani, 2016).
- Tanda-tanda vital:
(1) Tekanan darah: Anak berusia 3–6 tahun memiliki tekanan darah sistolik normal antara 95–110
mmHg dan dan tekanan diastolik normal antara 55–70 mmHg.
(2) Suhu: suhu badan yang normal adalah 36,5°C - 37,5°C
(3) Nadi: Anak-anak berusia 1 hingga 2 tahun: 80 – 130x/mnt. Usia 3 hingga 4 tahun: 80 –
120x/mnt. Usia 5 hingga 6 tahun: 75 hingga 115x/mnt
2
(4) Pernafasan: Anak usia prasekolah (3-6 tahun): 22-34 napas per menit.
- Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan klien serta tingkat
kenyamanan fisik klien. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk
membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau
perawatan yang paling sesuai dengan kondisi klien (Nursalam, 2005).
a) Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri,
sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah,
rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
b) Muka. Pada pemeriksaan muka ini, perhatikan simetri tidaknya, paralisis, jarak antara
hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan
nyeri pada sinus.
c) Mata. Pada pemeriksaan mata perhatikan fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis,
eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan
kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada balita normal dibawah 6 bulan.
d) Hidung. Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan bentuknya, gerakan cuping hidung,
mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus
e) Mulut.
3
h) Thorax
• Inspeksi pada anak < 2 tahun : lingkar dada dan lingkar kepala
• Inspeksi pada anak > 2 tahun : lingkar dada dan lingkar kepala.
Perhatikan :
Palpasi :
Perhatikan :
Perkusi :
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari lain, atau
secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu
keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil.
Auskultasi :
i) Abdomen
Inspeksi :
• Bentuk : cekung/cembung
• Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada balita dan anak kecil
4
• Umbilikus : hernia/tidak
• Gambaran vena : spider navy
• Gambaran peristaltik
Auskultasi :
Perkusi :
Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan untuk menentukan udara dalam usus,
atau adanya cairan bebas/ascites.
Palpasi :
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan di sendi
lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah. Apabila
ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir.
Perhatikan
Adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya. Nilai perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.
j) Ekstremitas
Perhatikan :
Kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan pembengkakan tulang. Periksa
pembengkakakan, kemerahan, dan nyeri pada ekstremitas.
Interpretasi data dasar merupakan rangkaian menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep teori, prinsip relevan untu mengetahui kesehatan pasien. Pada langkah ini data
diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa
yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan. Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan data penunjang.
5
Dx: An. “...“ Umur … dengan tumbuh kembang normal
DS: diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan secara langsung (Rismalinda,
2014).
DO: diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa
(Rismalinda, 2014).
Merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya (Salmah, 2006). Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa
atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat
menimbulkan keadaan yang lebih parah. Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada balita.
Pada langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses manajemen kebidanan. Langkah
ini mengidentifikasi perlu tindakan segera yang mampu dilakukan mandiri atau dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Disini bidan
dituntut untuk dapat menentukan langkah diagnosa potensial (Varney, 2007). Mengidentifikasi
segera yang dibutuhkan oleh klien untuk menghindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa klien
sehingga harus dilakukan kolaborasi / rujukan (Wiknjosastro, 2007). Apabila balita mengalami
keadaan patofisiologis maka lakukan perujukan/kolaborasi dengan dokter.
V. IINTERVENSI
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan
langkah-langkah yang sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal
yang sudah teridentifikasi dari kondisi anak dari setiap masalah yang berkaitan.
VI. PELAKSANAAN
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan
yang sudah dibuat pada langkah kelima secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan
6
oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
VII. EVALUASI
• Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan
kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan
kebidanan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
• Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa
proses manajemen ini tidak efektif.
7
BAB 4
TINJAUAN KASUS
DI PUSKESMAS PAKISAJI
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Balita
8
b. Identitas Orang Tua
1
Penyakit Genetika : Tidak ada riwayat penyakit herediter.
f. Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap (Hb0, BCG, Polio 4 kali, Pentabio 3 kali,
Campak Rubella 1 kali), Imunisasi lanjutan (Pentabio dan Campak Rubella)
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Makanan : 2-3 kali sehari, porsi cukup dengan nasi, sayur, lauk-pauk
dan buah.
- BAK : >6 kali kali sehari, tidak ada masalah, urin warna bening
kekuningan, tidak ada sakit saat berkemih.
- BAB : 1 kali sehari, biasanya pada pagi hari dan tidak ada
memiliki keluhan terkait BAB
- Aktivitas : Bermain
- Ayah merokok
2
Tangis/Motorik : Composmentis BB : 9.6 kg
Vital Sign
Suhu : 36,6 0C
Nadi : 90x/mins
Pernapasan : 43x/mins
b Pemeriksaan Fisik
.
3
Hidung : Tidak ada kelainan pada hidung, terdapat
cairan bening
4
c. Pemeriksaan : -
Penunjang
Tidak ada
Tidak ada
V. INTERVENSI
Intervensi
5
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini secara umum tanda-tanda vital
balita
2) Berikan penjelasan kepada ibu, apabila anaknya terlihat sesak posisikan anak dengan
posisi semi fowler
R/ Ibu mengerti
3) Jelaskan kepada untuk tetap menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman pada
anak dengan menganjurkan orangtua untuk tetap mendampingi anaknya
R/ Ibu mengerti
R/ ibu mendapatkan obat untuk anak dan bersedia membantu anak untuk meminum obat
VI. IMPLEMENTASI
i. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini secara umum tanda-tanda vital
balita. Hal ini dilakukan agar ibu mengetahui dan dapat membawa anaknya ke faskes
terdekat jika ada keluhan mengenai TTV.
ii. Memposisikan dan mengajarkan ibu posisi semi fowler dengan cara kepala lebih tinggi dari
badan dan kaki.
iii. Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita anak pada ibu, bahwa anaknya menderita
suspek pneumonia yaitu suatu penyakit yang menyerang paru-paru yang biasa ditandai
dengan batuk dan sesak nafas.
iv. Memberikan obat pada anak atas advice dokter berupa, amoxicillin, ambroxol,
dexamethasone, CTM dan salbutamol.
VII. EVALUASI
6
b. Ibu telah paham mengenai hal yang dialami oleh anaknya
c. Ibu mengatakan akan memberi obat kepada anak secara teratur dan kontrol ulang 2 hari
kedepan
CATATAN PERKEMBANGAN I
I. PENGKAJIAN
a. Identitas Balita
7
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
e. Riwayat Kesehatan
f. Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap (Hb0, BCG, Polio 4 kali, Pentabio 3 kali,
Campak Rubella 1 kali), Imunisasi lanjutan (Pentabio dan Campak Rubella)
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
• Makanan : 2-3 kali sehari, porsi cukup dengan nasi, sayur, lauk-pauk dan buah.
• Minuman : minum 5-6 gelas air putih/hari.
• BAK : >6 kali kali sehari, tidak ada masalah, urin warna bening kekuningan, tidak ada
sakit saat berkemih.
8
• BAB : 1 kali sehari, biasanya pada pagi hari dan tidak ada memiliki keluhan terkait BAB
• Istirahat : Tidur siang ±1 jam, tidur malam 7-8 jam
• Aktivitas : Bermain
• Personal Hygiene : Mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2x sehari
• Alergi : tidak memiliki alergi makanan ataupun obat
• Ayah merokok
Vital Sign
Suhu : 36,6 0C
Nadi : 90x/mins
Pernapasan : 28x/mins
9
b Pemeriksaan Fisik
.
10
Dada : Tarikan dinding dada simetris, sudah tidak
terdapat wheezing
c. Pemeriksaan : -
Penunjang
11
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
Tidak ada
V. INTERVENSI
Intervensi
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini secara umum tanda-tanda vital
balita
2) Jelaskan kepada untuk tetap menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman pada
anak dengan menganjurkan orangtua untuk tetap mendampingi anaknya
R/ Ibu mengerti
R/ ibu mendapatkan obat untuk anak dan bersedia membantu anak untuk meminum obat
VI. IMPLEMENTASI
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini secara umum tanda-tanda
vital balita. Hal ini dilakukan agar ibu mengetahui dan dapat membawa anaknya ke faskes
terdekat jika ada keluhan mengenai TTV.
12
2) Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita anak pada ibu, bahwa anaknya menderita
pneumonia yaitu suatu penyakit yang menyerang paru-paru yang biasa ditandai dengan
batuk dan sesak nafas.
VII. EVALUASI
13
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian dan Analisa Data Dasar
Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi klien mengenai kesehatan baik
fisik, psikososial, dan spiritual. Pada kasus yang penulis temui dilahan, pengkajian data
dilakukan dengan anamnesis kepada wali/orangtua karena pasien masih berusia 23
bulan. Pertanyaan wawancara dilakukan secara terfokus pada keluhan atau masalah
pasien. Pengkajian data objektif dilakukan dengan pemeriksaan keadaan umum,
antropometri, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan.
Berdasarkan pengkajian data subjektif anak “AT” didapatkan hasil bahwa anak AT
mengalami Penumonia. Pada kasus An “AT” pengkajian sudah dilakukan sesuai dengan
teori dimana pengkajian anamnesa dilakukan secara menyeluruh dan terfokus pada
keluhan yang dilami pasien. Berdasarkan data subyektif diperoleh data bahwa klien
mengalami batuk sejak 1 minggu yang lalu dan sukar bernafas. Data ini dapat digunakan
untuk pengkajian dan pemeriksaan lebih lanjut sehingga dapat disusun diagnose serta
penatalaksanaan yang sesuai dengan masalah klien
Pengkajian data obyektif pada An “AT” dengan Pneumonia dilakukan secara
menyeluruh mulai pemeriksaan keadaan umum, kesadaran,pemeriksan tanda tanda vital,
pemeriksaan antropometri, serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan teori yang ada bahwa pada saat klien datang harus dilakukan pemeriksaan
secara menyeluruh. Pada pemeriksaan didapatkan hasil bahwa keadaan umum anak
cukup kesadaran composmentis, TTV : (suhu 36.C, N 91x/menit, P 40X/menit), pada
pemeriksaan antropometri didapatkan bahwa terdapat penurunan BB anak 9.6 Kg dan
pada pemeriksaan fisik didapatkan terdapat retraksi pada dinding dada.
5.2 Diagnosa atau Masalah
Pada tinjauan pustaka disebutkan bawha pada penegakan Diagnosis pneumonia
dilakukan berdasarkan gejala klinis yang muncul yaitu nafas yang cepat 40x/min atau
lebih, terdapat wheezing dan retraksi dinding dada. Pemeriksaan fisik pada pneumonia
untuk menentukan apakah pneumonia atau pnemonia berat. Evaluasi lanjutan berupa
pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah perlu dilakukan rujukan atau tidak. . Hal ini
sesuai dengan hasil pengkajian data pada An “AT” dimana An “AT” rewel, mengalami
14
batuk dan sukar bernafas serta nafas 40x/mins sehingga batuk pada An “AT” dapat
diklasifikasikan batuk dengan Pneumonia (MTBS,2015).
Masalah yang terjadi pada kasus An “AT” yaitu Anak batuk serta sukar bernafas.
Dengan teridentifikasinya diagnose dan masalah pada kasus maka bidan dapat
memberikan asuhan yang tepat terhadap kasus tersebut.
Pada penatalaksanaan balita sakit sesuai dengan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) dapat diketahui bahwa An “AT” harus mendapatkan terapi untuk
meringankan keluhan sukar bernafas serta pelega tenggorokan untuk batuknya.
5.3 Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus An “AT” dilahan tidak teridentifikasi
adanya masalah potensial karena berdasarkan pengkajian data subyektif dan objektif
yang telah dilakukan didapatkan bahwa tidak ada tanda dan gejala yang mengarah pada
kondisi kegawat daruratan.
5.4 Tindakan Segera dan Kolaborasi
Berdasarkan data tidak ditemukan adanya indikasi untuk dilakukan tindakan
segera, berdasarkan studi kasus An “A” dilahan dapat diketahui bahwa An “A” dalam
kondisi diare dehidrasi ringan dan tidak ada kealinan yang menyertai sehingga tidak
diperlukan adanya tindakan segera
5.5 Rencana Asuhan / Intervensi
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif disusun
untuk mengatasi masalah yang dialami oleh anak. Rencana tinfakan harus dengan
persetujuan klien dan semua tindakan harus berdasarkan rasioal dan relevan serta diakui
kebenarannya. Pada kasus An “A” usia 23 bulan dengan Pneumonia penulis
merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose yang telah ditegakkan yaitu
melakukan penatalaksanaanPneumonia dengan pemberian antibiotik dan pereda batuk
serta menganjurkan ibu untuk kontrol ulang selama 2 hari kedepan.
Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat diketahui bahwa untuk
penanganan Pneumonia yaitu dengan memberikan amoksilin dan pelega tengggorokan
atau pereda batuk yang aman untuk anak, serta memberi ibu KIE kapan harus datang
kembali untuk kontrol. Sehingga dapat disimpulkan dari rencana asuhan kebidanan yang
telah diberikan pada kasus An “A” sudah sesuai dengan teori yang ada baik pada tinjuan
teori maupun MTBS
15
Pada studi kasus An “A” usia 23 bulan dengan Puskesmas Pakisaji rencana
penatalaksaan dapat diimplementasikan secara keseluruhan oleh bidan karena ibu dan
keluarga telah mengerti penjelasan yang telah diberikan bidan sebelumnya dan bersedia
menerapkan anjuran tenaga kesehatan
5.7 Evaluasi
Berdasarkan studi kasus An “A” usia 23 bulan dengan diketahuia bahwa tidak ada data
yang menyimpang dari teori yang ada, dan dapat dilakukan evaluasi karena pada tahan
implementasi klien dan keluarga bersikap kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan
oleh bidan sehingga penatalaksaan dapat dialakukan sesuai rencana dan kewenangan
yang ada
16
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Data subyektif dapat diidentifikasi melalui anamnesa kepada ibu yaitu anak mengalami
batuk selama 7 hari dan anak mengalami sukar bernafas tanpa disertai demam.
2. Indentifikasi diagnose pada kasus adalah Balita usia 23 Bulan dengan Pneumonia
3. Pada kasus tidak terdapat masalah potensial
4. Pada kasus tidak teridentifikasi adanya kebutuhan segera
5. Pada kasus identifikasi intervensi yang dilakukan adalah melakukan penatalaksanaan
pneumonia dengan pemberian amoksilin, obat pereda batuk serta KIE kapan harus
kembali.
6. Pada implementasi kasus dapat diidentifikasi bahwa intervensi yang direncanakan dapat
dilaksanakan sesuai rencana
7. Pada evaluasi kasus dapaat didindentifikasi bahwa tidak ada data yang menyimpang dari
tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai seluruhnya sesuai dengan
implementasi.
6.2 Saran
1. Tempat Pelayanan Kesehatan
- Diharapkan tenaga Kesehatan dapat memberikan KIE dengan lebih baik lagi pada
kliena
- Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait balita dengan diare dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan EBM terkini sehingga dapat dilakukan
pengkajian masalah dan tatalaksana dengan lebih baik dan mebeirkan prognosis
yang baik bagi klien
- Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini dapat digunakan mahasiswa sebagao
bahna pertimbangan dan masukan dalam mengiddentifikasi dan ,engintervensi kasus
balita sakit
17
18