Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

Ny. S DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI BANGSAL SADEWA 1


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik KDM

Dosen pembimbing : Siti Lestari, MN

Clinical Instructure : Supriyadi, S.Kep., Ners.

Disusun oleh :

Werdining Tyas Utami


P27220021127

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
Jl. Letjen Sutoyo, Mojosongo, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57127
Tahun 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian

Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru
yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang
terjadi pada jaringan paru melaui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernafasan atau melaui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono &Sukarmin, 2009)

Bronkopneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru–paru yang secara anatomi


mengenai begian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus
yang dapat disebabkan oleh bermacam–macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur
dan benda asing ditandai oleh trias
(sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung atau mulut).
(Mansjoer, 2000. Dalam Dewi, 2013)

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya


menyerang di bronkioli terminal. Bronkioli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi dilobuli yang
berdekatan, penyakit ini sering bersifat sekunder menyertai infeksi saluran pernapasan
atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yangdisebabkan


oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. (Amin Huda
Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015)

2. Etiologi

Reeves 2001 (dalam Padilla, 2013) memaparkan penyebab terjadinya


bronkopneumoni antara lain :

a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti :Streptococcus pneumonia, Streptococcus aureus dan Streptococcus
pyogenesis.Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia
dan P.Aeruginosa.
b. Virus

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan


udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia.

3. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,


bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet)
invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis
dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini
tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat
merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai
ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah GI.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. terdapatnya bakteri
didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi
penyakit. masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan
yang ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain,
penyebaran secara hematogen ( Nurarif dan Kusuma, 2013)
4. Pathway

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut


Wijayaningsih (2013), ialah :

1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas

2) Demam (39o -40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

3) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.

5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare.

6) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.

7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan


atelectasis absorbsi.

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut,mungkin juga
komplikasi lain yang dekat seperti atelektosis, emfisema,atau komplikasi jauh seperti
meningitis, komplikasi tidak terjadi biladiberikan antibiotik secara tepat
(Ngastiyah, 2005)

7. Penatalaksanaan

Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara asuhan
keperawatan dan medis

a. Asuhan keperawatan

1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas

2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam

4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan

5) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs

6) Monitor tanda-tanda vital


7) Kolaborasi pemberian O2

8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi

b. Medis

Farmakologi Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan


gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman
penyebab.

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau beberapa
lobus yang bebercak-bercak.

b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.

c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang berhubungan


dengan oksigen.

d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui mikroorganisme


penyebab dan obat yang cocok diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Chairunisa Yoanita. 2019. Asuhan Keperawatan dengan Bronkopneumonia


di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra. Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Samarinda. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/308/1/Untitled.pdf.
Diakses pada 2 Juni 2022.

Sari, Lia Pitri. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan


Bronkopneumonia di Ruang RSUD Tanjungpinang.
https://www.academia.edu/10956899/Isi_makalah_Bronkopneumonia. Diakses
pada 2 Juni 2022.

Sari, Mega Okta. 2018. Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia


dengan Fokus Studi Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di RSUD
Tidar Kota Magelang. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/060_mega%20okta%20sari.pdf .
Diakses pada 2 Juni 2022.
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. S DENGAN BRONKOPNEUMONIA

Tanggal / jam MRS : 30 Mei 2022

Pukul : 13.35 WIB

Tanggal / jam pengkajian : 30 Mei 2022

Pukul : 14.30 WIB

Metode pengkajian : Anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik

Diagnosa medis : Bronkopneumonia

No registrasi : 139xxx

A. Pengkajian Keperawatan

1. Biodata

a. Identitas klien
Nama : Ny. S

Umur : 59 tahun

Alamat : Soka RT 01/01, Pesido, Jatiroto, Kab. Wonogiri

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Diagnosa medis : Bronkopneumonia

b. Penanggung jawab

Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun

Alamat : Soka RT 01/01, Pesido, Jatiroto, Kab. Wonogiri

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Hubungan dg px : Anak

2. Keluhan utama

Pasien datang dari poliklinik paru dengan keluhan sesak dan batuk
berdahak. Sesak dirasakan terutama setelah batuk.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30 Mei 2022 pukul


19.30 WIB, Ny. S tampak lemas saat berbicara, pasien mengatakan
dada sesak dan disertai batuk berdahak . Pasien mengatakan sesak
berkurang ketika diposisikan semi fowler. Batuk disertai dahak
berwarna putih. Nafsu makan menurun. Terpasang infus RL 16 tpm .

b. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan pernah memiliki riwayat hipertensi. Pasien


mengatakan tidak memiliki riwayat alergi, DM, dan kelainan jantung.

c. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun seperti DM dan


kelainan jantung pada keluarganya.

d. Riwayat psikososial

Pasien dapat berbicara dengan perawat maupun orang lain dengan


lancar. Ekspresi pasien terlihat tergganggu terhadap penyakitnya.
Pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan dari perawat walaupun
terlihat sedang tidak nyaman terhadap sakitnya.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : sedang

b. Kesadaran : composmentis

c. TTV

TD : 132/78 mmHG

N : 83 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,2 °C

SPO2 : 98%

O2 : 7 lpm

d. Pemeriksaan fisik head to head

1. Kepala

Bentuk kepala simetris, rambut bersih, rambut menyebar kurang rapi


tetapi bersih , tidak ada bau, kulit berwarna coklat, warna kulit wajah
sawo matang dan struktur wajah lengkap.

2. Mata

Bentuk simetris dan lengkap, palpebral normal, konjungtiva tidak


pucat dan sclera normal, pupil isokor, kornea dan iris transparan halus
bersih dan jernih dan penglihatan normal.

3. Hidung
Bentuk simetris dan tidak ada kelaianan, lubang hidung normal tidak
ada kelainan, tidak ada sekret, tidak ada polip, tampak pernapasan
cuping hidung.
4. Telinga
Bentuk simetris dan normal, lubang telinga bersih, dan pendengaran
normal.
5. Mulut
Bibir kering, gigi dan gusi bersih, dan warna bibir pucat.
6. Leher
Trachea dan thyroid normal, suara normal, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, thoraks teraba normal, frekwensi nafas tidak
normal, irama nafas cepat dan ada tanda kesulitan nafas.
7. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan diperut, tidak ada
bayangan vena.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya penumpukan
cairan/asites.
Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
Perkusi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya penumpukan
cairan/asites, dan tidak ada pembesaran pada hepar dan lien.
8. Thorax
Jantung : Suara jantung lup dup, tidak ada pembesaran jantung
Paru-paru : Auskultasi paru rhonkhi
9. Integumen : Warna kulit coklat, kulit halus
10. Genetalia : Tidak ada benjolan, tidak ada luka
11. Ekstremitas : Terpasang infus RL 16 tpm

5. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Swab PCR 1 & 2 : negatif

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Ket.


Glukosa sewaktu 98.61 mg/dl 60-140

Kreatinine 0,72 mg/dl 0,6-1,2

SGOT 57,2 U/l 8-33

SGPT 29,3 U/l 4-36

Ureum 20,6 mg/dl 17,0-43,0

O2 Saturasi 99,7 % 94-100

Total CO2 44,9 mmol/l 23-27

HCO3 42,6 mmol/l 22-28

Hematokrit 44,1 % 37-50

PO2 341,7 mmHG 75-100

PCO2 72.,1 mmHG 35-45

Hemoglobin 10,7 gr/dl 11,5-16

Trombosit 251.000 /ul 150.000-500.000

Eritrosit 3,71 juta/ul 3,80-5,80

b. Hasil Pemeriksaan Radiologi

Foto Rontgen Thorax tanggal 30 Mei 2022

Kesan : Kardiomegali Oedem Pulmo

c. Terapi farmakologi

No Nama Barang Aturan Cara Kegunaan


Pakai

1 Infus Ringer Laktat 10 tpm Infus Untuk menggantikan cairan tubuh


yang hilang saat mengalami luka,
cedera, atau menjalani operasi
yang menyebabkan kehilangan
darah dengan cepat dalam
jumlah yang banyak

2 Furosemide 20 mg/8 Injeksi Untuk membuang cairan berlebih


jam di dalam tubuh. Cairan berlebih
yang menumpuk di dalam tubuh
dapat menyebabkan sesak napas,
lelah, kaki dan pergelangan kaki
membengkak.

5 Methylprednisolone 500 mg/8 Injeksi Untuk mengobati kondisi seperti


jam radang sendi, kelainan darah,
kanker tertentu, reaksi alergi yang
parah, penyakit kulit/ginjal
/usus /paru-paru, kondisi mata,
serta gangguan sistem kekebalan.
6 NAC 2500 mg/ Injeksi Untuk mengenceran
dahak
12 jam
7 Omeprazole 40 mg/12 Injeksi Mengatasi gangguan lambung,
jam seperti asalm lambung dan
tukak
lambung
8 Rosuvastatin 1 x 20 mg PO untuk menurunkan kadar
kolesterol jahat atau LDL dalam
darah. Obat ini juga membantu
meningkatkan kadar kolesterol
baik atau HDL dan menurunkan
trigliserida, yang merupakan
sejenis lemak dalam darah.
9 Ramipril 1 x 5 mg PO Untuk pengobatan hipertensi,
dapat digunakan juga untuk
perawatan gagal jantung kongestif
beberapa hari setelah menderita
infark miokardia akut
10 Aspilet 1 x 80 mg PO untuk mencegah dan mengobati
trombosis atau agregasi platelet
(pembekuan darah) yang terjadi
pada tubuh.

B. Data Fokus

Data Subyektif Data Objektif

- Pasien mengatakan sesak - Pasien tampak lemah

- Pasien mengatakan kesulitan - Pasien tampak berkeringat lebih


benapas
- Membran mukosa bibir pasien
- Pasien mengatakan batuk kering

- Pasien mengatakan batuk - Pasien tampak batuk


berdahak kadang sulit
- TTV
dikeluarkan
TD : 132/78 mmHG
- Pasien mengatakan makan
sedikit-sedikit N : 83 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,2 °C

SPO2 : 98%

O2 : 7 lpm

- Auskultasi paru rhonkhi

- Terpasang infus RL 16 tpm

- Tampak pernafasan cuping


hidung

- Tampak adanya retraksi dada

- Tampak pola napas cepat dan


dangkal

C. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Akumulasi secret Bersihan jalan


di bronkus napas tidak
- Pasien mengatakan sesak
efektif
- Pasien mengatakan batuk

- Pasien mengatakan batuk berdahak


kadang sulit dikeluarkan

DO :

- TTV

TD : 132/78 mmHG

N : 83 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,2 °C

SPO2 : 98%

O2 : 7 lpm

- Pasien tampak lemah


- Membran mukosa bibir pasien
kering
- Pasien tampak batuk
- Tampak pernafasan cuping hidung
- Auskultasi paru rhonkhi
2 DS : Suplai oksigen Pola napas tidak
dalam darah efektif
- Pasien mengatakan sesak
menurun
- Pasien mengatakan kesulitan
bernapas

DO :

- TTV

TD : 132/78 mmHG

N : 83 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,2 °C

SPO2 : 98%

O2 : 7 lpm

- Pasien tampak lemah

- Membran mukosa bibir pasien


kering

- Tampak pernafasan cuping hidung

- Pola napas cepat dan dangkal

- Tampak adanya retraksi dada


D. Diagnosa Keperawatan

1. SDKI 2016 : D. 0001 Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan


dengan akumulasi sekret di bronkus

2. SDKI 2016 : D.0005 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan


penurunan ekspansi paru

E. Intervensi Keperawatan

No Dx Rencana keperawatan
kep Tujuan Intervensi
1. Dx 1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi kemampuan batuk
jam diharapkan jalan napas 2. Monitor adanya retensi sputum
menjadi efektif dengan 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
kriteria hasil : 4. Monitor input dan output cairan
1. Jalan napas bersih Terapeutik
2. Sesak berkurang 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
3. Batuk efektif 2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
4. Mengeluarkan sekret pasien
5. RR : 12-20 x/menit 3. Buang sekret pada tempat sputum
6. N : 60-100 x/menit Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran jika perlu
2. Dx 2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor pola napas
jam diharapkan frekuensi 2. Monitor bunyi napas tambahan
napas membaik dengan 3. Monitor sputum
kriteria hasil : Terapeutik
1. Retraksi dada menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
2. Frekuensi napas head-tilt dan chin-lift (jaw-thtust jika curiga
membaik trauma servikal)
3. Nadi : 60-100 x/menit 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
RR : 12-20 x/menit 3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir <15 detik
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspaktoran,
mukolitik jika perlu

F. Implemntasi Keperawatan

Hari,Tgl Dx Jam Implementasi Respon Pasien Ttd,


Nama
Senin, 30 1 14.30 Mengidentifikasi kemampuan S : Pasien mengatakan
Mei 2022 WIB batuk bersedia
O : Pasien tampak
kooperatif

1 14.35 Menjelaskan tujuan dan S : Pasien mengatakan


WIB prosedur batuk efektif, bersedia dan sudah
menganjurkan tarik napas memahami cara batuk
dalam melalui hidung selama 4 efektif
detik, ditahan selama 2 detik, O : Pasien tampak
kemudian keluarkan dari mulut kooperatif dan
dengan bibir mencucu selama 8 memahami cara batuk
detik, menganjurkan efektif
mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali, menganjurkan
batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang
ke-3
2 14.45 Memonitor pola napas, S : Pasien mengatakan
WIB memberikan oksigen sesek berkurang
O : Pasien tampak
kooperatif, retraksi
dada berkurang,

TD :
132/78
mmHG

N : 83
x/menit

RR : 22
x/menit

Suhu :
36,2 °C

SPO2 :
98%

O2 : 7
lpm

1, 2 14.55 Memberikan obat Furosemid S : Pasien mengatakan


WIB melalui injeksi, rosuvastatin 1x bersedia
20 mg, ramipril 1 x 5mg O : Pasien tampak
kooperatif

Selasa, 31 1 09.30 Mengidentifikasi kemampuan S : Pasien mengatakan


Mei 2022 WIB batuk, memonitor input dan bersedia, pasien
output cairan mengatakan mampu
mengeluarkan dahak
saat batuk, pasien
mengatakan sesek
berkurang
O:
Pasien tampak
kooperatif, terpasang
infus RL 16 tpm
2 09.35 Memonitor pola napas, S : Pasien mengatakan
WIB memberikan oksigen sesek berkurang
O : Pasien tampak
kooperatif, tidak
tampak retraksi dada,
TD : 116/71
mmHg
RR : 20 x/menit,
Suhu : 360C,
N : 65 x/menit,
SPO2 : 98%,
terpasang oksigenasi
10 lpm
1, 2 09.40 Memberikan obat Furosemid S : Pasien mengatakan
WIB melalui injeksi, rosuvastatin 1x bersedia
20 mg, ramipril 1 x 5mg O : Pasien tampak
kooperatif

1,2 11.10 Melakukan fisioterapi pada S : Pasien mengatakan


WIB pasien bersedia
O : Pasien tampak
kooperatif

Rabu, 1 1 11.00 Mengidentifikasi kemampuan S : Pasien mengatakan


Juni 2022 WIB batuk, memonitor input dan bersedia, pasien
output cairan mengatakan batuk
sudah berkurang,
pasien mengatakan
sesek berkurang
O:
Pasien tampak
kooperatif, terpasang
infus RL 15 tpm
2 11.05 Memonitor pola napas, S : Pasien mengatakan
WIB memberikan oksigen sesek berkurang
O : Pasien tampak
kooperatif, tidak
tampak retraksi dada,
TD : 130/80mmHg
RR : 20 x/menit,
Suhu : 36,10C,
N : 81 x/menit,
SPO2 : 97%,
terpasang oksigenasi 8
lpm

1,2 11.10 Memberikan obat Furosemid S : Pasien mengatakan


WIB melalui injeksi, rosuvastatin 1x bersedia
20 mg, ramipril 1 x 5mg O : Pasien tampak
kooperatif

1,2 13.00 Melakukan fisioterapi pada S : Pasien mengatakan


WIB pasien bersedia
O : Pasien tampak
kooperatif

G. Evaluasi Keperawatan

Tanggal Dx Evaluasi Ttd,nama


Senin, 30 Mei 1 S : Pasien mengatakan memahami cara batuk efektif
2022 O:
K/u sedang
Kesadaran : CM
Pasien tampak tenang
Pasien tampak memahami cara batuk efektif
A : Bersihkan jalan napas
P : Lanjutkan intervensi (identifikasi kemampuan batuk,
monitor input dan output cairan, kolaborasi pemberian
mukolitik)
2 S : Pasien mengatakan sesek berkurang
O:
K/ u sedang
Kesadaran : CM
TD : 132/78mmHg, RR : 22 x/menit, Suhu : 36,20C, N :
83 x/menit, SPO2 : 98%, terpasang oksigenasi 7 lpm,
retraksi dada berkurang
A : Pola napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi (monitor pola napas, beri
oksigen, kolaborasi pemberian mukolitik)
Selasa, 31 Mei 1 S : Pasien mengatakan sesek berkurang, pasien
2022 mengatakan mampu mengeluarkan dahak saat batuk
O:
K/u sedang
Kesadaran : CM
TD : 116/71 mmHg, RR : 20 x/menit, Suhu : 360C, N :
65 x/menit, SPO2 : 98%, terpasang oksigenasi 10 lpm,
terpasang infus RL 10 tpm
A : Bersihkan jalan napas
P :Lanjutkan intervensi ( monitor pola napas, beri
oksigen, kolaborasi pemberian mukolitik)
2 S : Pasien mengatakan sesek berkurang
O:
K/u sedang
Kesadaran : CM
TD : 116/71 mmHg, RR : 20 x/menit, Suhu : 360C, N :
65 x/menit, SPO2 : 98%, terpasang oksigenasi 10 lpm
Pasien tampak rileks, tidak tampak retraksi dada
A : Pola napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi ( monitor pola napas, beri
oksigen, kolaborasi pemberian mukolitik)
Rabu, 1 Juni 1. S : Pasien mengatakan sesek berkurang, pasien
2022 mengatakan batuk berkurang
O:
K/u sedang
Kesadaran : CM
TD : 30/80 mmHg, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,10C, N :
81 x/menit, SPO2 : 97%, terpasang oksigenasi 8 lpm,
A : Bersihkan jalan napas
P :Lanjutkan intervensi ( monitor pola napas, beri
oksigen, kolaborasi pemberian mukolitik)
2. S : Pasien mengatakan sesek berkurang
O:
K/u sedang
Kesadaran : CM
TD : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit, Suhu : 36,10C, N :
81 x/menit, SPO2 : 97%, terpasang oksigenasi 8 lpm
Pasien tampak rileks, tidak tampak retraksi dada
A : Pola napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi ( monitor pola napas, beri
oksigen, kolaborasi pemberian mukolitik)

Anda mungkin juga menyukai