Dosen Pembimbing:
Oleh:
EVITA HENDRASARI
NIM G3A020202
A. TINJAUAN TEORI
1. TB PARU
a. Pengertian
Menurut(Corwin, 2009), Tuberkulosis adalah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosi
yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya.
Bakteri tersebut dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran
pencernaandan juga luka bakar pada kulit. Tetapi bakteri ini paling
banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang
terinfeksi bakteri tersebut.
b. Etiologi
Penyebab tuberculosis (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare,
2009) adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe
Human dan Tipe Bovin.
c. Patofisiologi
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis masuk kedalam tubuh
melalui saluran nafas. Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu
sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung
bertahan dirongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada didalam ruang alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas
atau dibagian atas lobus bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan
reaksi peradangan. Leukosit polimorfonukleartampak pada tempat
tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak 9 membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsilidasi dan
timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan
paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembangbiak didalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar
limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat seperi keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, 2009).
Lesi primer paru-paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebetulan mengalami pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kepercabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada
bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah
dan usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan 10 tertutup oleh jaringan parut
yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang
ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan
ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah dalam jumlah yang kecil yang kadang-kadang dapat
mnimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi bila focus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
kedalam sistem vaskuler dan tersebar kedalam sistem vaskuler ke
organ-organ tubuh (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, 2009)
d. Manifestasi klinik
Menurut (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, 2009) gambaran
klinis dari tuberculosis yaitu : 1. Sistemik Malaise, anoreksia, berat
badan menurun, dan keluar keringat malam. 2. Akut Demam tinggi,
seperti flu dan menggigil. 3. Milier Demam akut, sesak nafas, dan
sianosis. 4. Respiratorik Batuk lama lebih dari dua minggu, sputum
yang mukoid atau mukopuluren, nyeri dada, batuk darah, dan gejala
lain. Bila ada tandatanda penyebaran ke organ lain seperti pleura, akan
terjadi nyeri pleura, sesak nafas ataupun gejala meningeal (nyeri
kepala, kaku kuduk, dan lain sebagainya)
Luaran Tambahan :
Kontrol Gejala
Pertukaran Gas
REspons Alergi Lokal
Respons Alergi Sistemik
REspons Ventilasi Mekanik
Tingkat Infeksi.
B. TINJAUAN KASUS
I PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 12/04/2021
a. Data Demografi
1. Biodata Klien
a) Nama : Tn. X
b) Usia : 56 tahun
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Agama : Islam
e) Pendidikan : tamat SMA
f) Alamat rumah : Tlogosari Semarang
2. Penanggung jawab
a) Nama : Ny. Y
b) Hubungan dg ps : Istri
c) Usia : 53 tahun
d) Agama : Islam
e) Alamat : Tlogosari Semarang
f) Pendidikan : tamat SMA
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemas, sesak napas saat aktivitas berat, batuk
berdahak (+), pasien mengatakan dahak sulit keluar
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Tlogosari dengan TB paru
sudah setahun minum OAT. Pasien lemas selama 15 hari di rumah lalu
oleh keluarga dibawa ke RS Panti Wiloso. Karena rumah sakit Panti
Wiloso penuh, kemudian dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
tanggal 13-4-2021, masuk melalui IGD.
2. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan di rumahnya hanya batuk biasa dan menganggap itu
sebagai hal sepele. Setelah keadaan tubuh memburuk yaitu lemas,
keluarga kemudian membawa pasien ke RS Panti Wiloso untuk dirawat
selama 1 minggu. Pasien dirawat di RS Panti Wiloso sudah ± 1 bulan
yang lalu.
3. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sakit / ada penyakit
yang seperti dialami pasien, pasien juga tidak mempunyai penyakit yang
menurun, misalnya : DM, Hipertensi, Jantung, TB dll.
d. Riwayat Psikososial
Selama sakit pasien dibantu orang lain dalam perawatan dirinya. Gambaran
diri pasien, merasa tidak percaya diri pada perubahan bentuk tubuh klien
yang dulunya gemuk sekarang kurus. Pasien mengatakan ingin segera
sembuh dan pulang ke rumah. pasien mengatakan belum tahu tentang
bagaimana perawatan TB keluarga pasien mengatakan alat makan masih
dipakai bersama, ketika batuk pasien tidak mutup mulut, membuang dahak
sembarangan
e. Riwayat Spiritual
Pasien terbaring di rumah sakit hanya bisa berdoa, keluarga pasien juga
mendoakan untuk kesembuhan pasien. Biasanya pasien sholat 5 waktu
dalam sehari.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Lemah,
2. Kesadaran
Composmentis GCS 15 (E4M6V5)
3. Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36.3 0
C
4. Head to toe
a) Kepala (Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut)
Inspeksi :
Kepala : bersih, rambut hitam, tidak ada lesi, tidak ada ketombe, rontok
Telinga : bersih, tidak ada serumen
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflek terhadap cahaya
positif, isokor
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : tidak ada sari awan, gigi lengkap, tidak ada massa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b) Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, JVP 7 mmH2O
Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
d) Jantung
Perkusi : pekak
e) Abdomen
g) Ekstremitas
Kekuatan otot 5555/5555, tidak ada lesi, teraba hangat, capilary refil kembali dalam 2
detik
g. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Index 0 1 2 3 Keterangan
Makan, Minum 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
Mandi 1 : Tergantung orang lain
2 : Mandiri
Perawatan diri (grooming) 1 : Tergantung orang lain
2 : Mandiri
Berpakaian (dressing) 0 : Tidak mampu
1 : Dibantu
2 : Mandiri
BAB (bladder) 0 : Inkontinensia
(tidak teratur/ perlu enema)
1 : Kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 : Kontinensia (teratur)
BAK (bowel) 0 : Inkontinensia
(pakai kateter/terkontrol)
1 : Kadang inkontinensia
(maks 1 x 24 jam)
2 : Kontinensia (teratur)
Transfer 1 : Tidak mampu
2 : Butuh bantuan alat dan 2 orang
2 : Butuh bantuan kecil
3 : Mandiri
Mobilitas 1 : Imobile
2 : Menggunakan kursi roda
3 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 : Mandiri
Penggunaan toilet 0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tapi beberapa
hal dilakukan sendiri
2 : Mandiri
Naik turun tangga 1 : Tidak mampu
2 : Membutuhkan bantuan
2 : Mandiri
Total Score Tidak terkaji Tidak terkaji
5. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum sakit : Tidak terkaji
Setelah sakit : RR pasien 24 x/menit.
6. Kebutuhan Eliminasi
a. BAB
Parameter Sebelum sakit Saat pengkajian
Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Darah Tidak terkaji Tidak terkaji
b. BAK
Parameter Sebelum sakit Saat pengkajian
Frekuensi Tidak terkaji ± 4 kali sehari
Jumlah Tidak terkaji 800 cc
Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
Darah Tidak terkaji Tidak terkaji
8. Kebutuhan Termoregulasi
Suhu tubuh pasien 36,3 C. Tidak merasa kedinginan.
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Interpretasi
Gula darah sewaktu 94 80 – 160 mg/dl
SGOT *72 5-40 u/l(370) H
SGPT 32 7-56 u/l(370)
Kreatinin 0,73 0.60 – 1.30 Mg/dl
HbsAg Negatif Negatif - Normal
BTA Positif Negatif -
2. Pemeriksaan Foto Thorax
cor dalam batas normal, pada paru-paru terdapat gambaran TB paru di
apek paru dan lobus medium.
i. Terapi
Jenis Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindikas Efek Samping
Terapi i
NaCl 20 tpm Intra Pengganti cairan Hiperhidrasi, Hypernatremia
0,9% Vena isotonic plasma, hypernatremi
kekurangan natrium dan a,
klorida, alkalosis hipokalemia,
hipokloremik, larutan kondisi
pengantar untuk asidosis,
pengobatan tambahan hipertensi
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindikasi Efek Samping
Aminofel Intra Perawatan kerusakan Hipersensitivitas Sakit perut, sensasi
Vena otot, fungsi otak miskin Baru-baru ini berputar, pembilasan,
terkait dengan penyakit mengalami perasaan geli,
hati, keracunan serangan jantung, peradangan, kembung,
tembaga, radang Berencana untuk mual, muntah, sakit
sendi, bisul, dehidrasi, hamil, Diabetes perut,diare, tekanan
kekurangan asam mellitus, Hamil, darah rendah,
amino, masalah Pediatri, Penyakit perburukan dari asma,
pernapasan pada bayi ginjal encok,kelainan darah,
prematur, gula darah pingsan sementara,
lainnya.
Ranitidin 2x50 Intra mengurangi jumlah Hipersensitivitas Sakit kepala, Kantuk,
mg Vena asam lambung dalam Akatisia, Diare, Ruam
perut. Pruritus, Pembesaran
payudara, Nyeri
payudara, Galaktorea,
Amenore, Haid tidak
teratur, Gangguan
laktasi, Kelemahan
Vit B 3x1 Oral perawatan Pra dan pasca hipersensitivitas Diare
Complex pengobatan operatif, Polisitemia vera
Kehamilan, Demam, Trombosis pembuluh
Gangguan darah perifer
gastrointestinal, Luka
Gatal eksantema
bakar serius, Gangguan
sementara
sistem pencernaan,
kondisi lainnya.
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindikasi Efek Samping
Perasaan
pembengkakan seluruh
tubuh
Curcuma 3x1 oral berfungsi untuk - mual
merawat osteoarthritis diare
lutut, peradangan, perdarahan pada orang-
penyakit dermatologi, orang dengan kondisi
gangguan hati serta kesehatan tertentu (batu
masalah lain. ginjal atau penyakit
autoimun)
BTA (+)
b. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi
Dx
1 Bersihan jalan napas tidak efektif 13/4/2021
c. Fisioterapi dada
Identifikasi indikasi
fisioterapi dada
Identifikasi kontraindikasi
Monitor status pernapasan
Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi dada
Anjurkan batuk setelah
prosedur selesai.
d. Terapi oksigen
Monitor kecepatan aliran
oksigen,
Monitor posisi alat terapi
oksigen,
Monitor aliran secara periodic
Evaluasi kecukupan fraksi
oksigen.
e. Dukungan terhadap
kepatuhan program
pengobatan.
Berikan informasi tentang
program pengobatan yang
harus dijalani,
Buat komitmen mengenai
program pengobatan,
Tgl No Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan TTD
Dx Hasil
Libatkan keluarga dalam
program pengobatan.
IV Implementasi Keperawatan
Tgl No. Jam Tindakan Keperawatan dan Hasil (Evaluasi Formatif) Paraf
Dx
13/4/20 1 7.00 Memberikan posisi semi-fowler Evita
21 S: pasien mengatakan posisi sekarang lebih nyaman O:
pasien dalam posisi semi fowler 350
13/4/20 1 7.05 Monitor status pernapasan, pola napas, dan tanda vital Evita
21
S: pasien mengatakan masih terasa sesak bila untuk aktivitas
seperti berjalan
O: TD: 100/60, RR: 24x/m, N: 72x/m S: 36,9 C, tidak tampak
retraksi dada, pengembangan dada simetris. Suara napas
tambahan ronkhi(+)
13/4/20 1 7.10 Memberikan terapi oksigen Evita
21
S: pasien mengatakan lebih nyaman menggunakan oksigen
O: O2 terpasang dengan nasal kanul dengaan aliran 3 liter per
menit.
13/4/20 1 8.15 Mengidentifikasi tingkat kemampuan batuk dan aktivitas, Evita
21 melibatkan keluarga dalam aktivitas pasien.
S: pasien mengatakan masih lemes, masih batuk terus, namun
dahak sulit keluar
O: pasien tampak lemah, masih sering batuk, dahak hanya
dibuang pada tisu. Masih muncul suara ronkhi. Aktivitas
dibantu keluarga seperti makan dan minum.
13/4/20 1 9.00 Memberikan informasi program pengobatan yang harus Evita
21 Dijalani
V Evaluasi Keperawatan
Tan N Ja Evaluasi Sumatif / SOAP Paraf
ggal o m
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, B. G. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Agung & Waluyo, eds.). Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.