Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawatdarurat

Dosen Pengampu : Haerul Imam, S.Kep., Ners

Disusun Oleh :

PINPIN FITRIANI AK118213


PUSPA SRI AGUSTRI AK118135
RIRIN NOVIYANI AK118151
ROSLIANA AK118157
SHEILA SYAADATUL I AK118169
SOMANTRI AK118178

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Tugas ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Gawatdarurat,selain itu
untuk memahami dan mengetahui tentang bagaimana analisa jurnal yang baik dan benar.

Kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
ini. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,diharapkan
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bandung, 6 Juni 2021

Kelompok 2

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat menyerang
berbagai organ,terutama parenkim paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi. Tuberkulosis (TB) sudah menjadi permasalahan
kesehatan jutaan orang didunia. TB paru penyakit yang merusak saluran pernapasan,dan
mengakibatkan gangguan pernapasan yang biasanya dapat menyebabkan disfungsi ventilasi.
Salah satu penyebab gangguan pernapasan adalah infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran
pernapasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem organ tubuh lain.
Infeksi pernapasan yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan salah satunya adalah
tuberkulosis paru. Penyakit ini menular langsung melalui droplet orang yang telah terinfeksi
kuman atau basil tuberculosis. Gejala utamanya adalah batuk selama 2 minggu atau
lebih,batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak disertai darah,sesak nafas,badan
lemas,nafsu makan menurun,berat badan menurun,demam lebih dari 1 bulan. Munculnya
berbagai gejala klinis pada pasien TB paru akan menimbulkan maslaah keperawatan dan
mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satu diantaranya adalah kebutuhan
istirahat,seperti adanya nyeri dada saat aktivitas,dyspnea saat istirahat atau aktivitas,alergi
dan gangguan tidur. Penderita TB paru sangat dipengaruhi oleh gejala yang sangat umum
yaitu sesak napas yang berkepanjangan dialami penderita. Sesak napas yang membuat
sistem pernapasan penderita menjadi sangat terganggu. Dengan demikian kestabilan pola
napas pada pasien TB paru menjadi salah satu masalah dalam proses penyembuhan. Sesak
napas akan timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai setengah paru. Dan itu
akan menyebabkan peningkatan frekuensi napas yang sangat meningkat.

2
1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengaruh pemberian posisi semi fowler 45° terhadap keefektifan pola napas pada
pasien TB paru?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawaan. Penyakit ini disebabkan
oleh mikroorganisme mycobacterium tuberculosis,yang biasanya ditularkan melalui percikan
ludah (droplet),dari satu individu lainnya,dan membentuk kolonisasi dibronkiolus atau alveolus.
Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna,melalui ingesti susu tercemar yang
tidak dipasteurisasi,atau kadang-kadang melalui lesi kulit. Tuberkulosis yaitu penyakit menular
yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular langsung
melalui droplet orang yang telah terinfeksi kuman/basil tuberculosis. Gejala utamanya adalah
batuk selama 2 minggu atau lebih,batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak,dahak
bercampur darah,sesak napas,badan lemas,napsu makan menurun,malaise,berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik,demam lebih dari satu bulan.

2.2 Klasifikasi

Tuberkulosis pada manusia dapat dibedakan dalam dua bentuk,yaitu tuberkulosis primer dan
tuberkulosis sekunder.

1. Tuberkulosis primer
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi
spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran
pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan,maka bakteri
akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses
ini bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah,maka bakteri akan berkembang biak
dalam tubuh makrofag. Dari proses ini,dihasilkan bahan kemotaksis yang menarik
monosit (makrofag) dari aliran darah dan membentuk tuberkel. Sebelum menghancurkan
bakteri,makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan oleh
limfosit T.

4
2. Tuberkulosis sekunder
Telah terjadi revolusi dari infeksi primer,sejumlah kecil bakteri TB masih dapat hidup
dalam keadaan dorman dijaringan parut. Sebanyak 90% diantaranya tidak mengalami
kekambuhan. Reaktifitas penyakit TB (TB pascaprimer/TB sekunder) terjadi bila daya
tahan tubuh menurun,pecandu alkohol akut,silikosis,dan pada penderita diabetes mellitus
serta AIDS. Berbeda dengan TB primer,TB sekunder,kelenjar limfe regional dan organ
lainnya jarang terkena,lesi lebih terbatas,dan terlokalisir. Reaksi imunologis terjadi
dengan adanya pembentukan granuloma,mirip dengan yang terjadi pada TB primer.
Tetapi nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkejuan) yang
luas dan disebut tuborkulema.
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria
termasuk dalam family mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis meliputi m. Tuberculosis, m. Bovis, m. Africanum, m.
Microti, dan m. Canettii. Dari beberapa jenis tersebut,m tuberculosis merupakan jenis
yang terpenting dan paling sering dijumpai. Mycobacterium tuberculosis adalah aerob
obligat. Intraselular fakultatif karakteristik fisiologis yang dapat berkontribusi kepada
virulensi parasit,biasanya dari makrofag,dan memiliki waktu generasi lambat,15-20 jam.
Jenis-jenis tuberkulosis yang sering menyerang :
a. Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
b. Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
c. Tuberkulosis pada sistem saraf
2.4 Tanda dan gejala
Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini,berikut gejala-gejala penyakit
tuberkulosis yang perlu diketahui,gejala utama : batuk terus menerus dan berdahak
selama tiga pekan atau lebih. Gejala tambahan yang sering dijumpai :
1. Dahak bercampur darah atau batuk berdahak
2. Sesak napas dan rasa nyeri pada dada
3. Demam atau meriang lebih dari sebulan

5
4. Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
5. Badan lemah dan lesu
6. Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia berkeringat pada
malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak bisa langsung ditetapkan
tuberkulosis karena harus didiagnosis,tapi itu salah satu pertanda.

2.5 Patofisiologi
Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara,yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman hasil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai
alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atasa satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih
besar cenderung bertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus,sehingga tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,kuman akan mulai
mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri
ditempat ini,namun tidak membunuh organisme tersebut.
2.6 Pemeriksaan penunjang
Adapaun pemeriksaan penunjang tuberkulosis paru berdasarkan fungsinya :
1. Kultur sputum
Menunjukkan hasil positif untuk mycobacterium tuberculosis pada stadium
aktif
2. Skin test (PPD,mantoux,tine,vollme pacth)
Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih,timbul 48-72 jam setelah
injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya
antibody tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
3. Foto rontgen dada
Dapat memperlihatkan infiltrasi kalsium pada lesi awal dibagian paru-paru
bagian atas,deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada
efusi. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat,dapat mencakup area
berlubang dan fibrosa.

6
4. Analisa gas darah
Mungkin abnormal,bergantung pada lokasi,berat dan adanya sisa kerusakan
jaringan paru
5. Darah
Leukositosis,laju endap darah meningkat

7
Judul Jurnal

Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi Pemberian Posisi Semi Fowler
45 Derajat Terhadap Penurunan Respiratory Rate pada Pasien Tuberkulosis Paru di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong Tahun 2017

Kata Kunci

Tuberkulosis Paru, Posisi Semi Fowler, Penurunan Respiratory Rate

Sumber Jurnal

Google Cendekia

P : Ketidakefektifan pola nafas

I : Memberikan posisi semi fowler 45 derajat

C :

O : Hasil analisis terhadap 3 kasus pasien yang mengalami peningkatan Respiratory Rate
dan riwayat penyakit Tuberkulosis Paru terjadi penurunan Respiratory Rate dalam
7,6666% setelah diberikan intervensi inovatif dengan interval jarak 0,5-1 jam, dengan
praktikan memastikan bahwa pasien tidak mendapat obat.

T : 2017

Metode Penelitian

Metode analisis keperawatan yang digunakan adalah dengan memberikan posisi semi fowler 45
derajat terhadap penurunan respiratory rate. Jumlah responden dalam analisis keperawatan
kegawatdaruratan ini adalah 3 pasien yang datang ke IGD dengan diagnose Tuberkulosis Paru,
waktu analisis dilakukan pada tanggal 12 Juni 2017 sampai dengan 15Juli 2017 di RSUD Aji
Muhammad Parikesit Tenggarong.

Hasil Penelitian
8
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hasil intervensi terapi inovatif terhadap 3
kasus pasien yang mengalami peningkatan Respiratory Rate dan riwayat penyakit Tuberkulosis
Paru terjadi penurunan Respiratory Rate sebesar 7,6666% setelah diberikan intervensi inovatif
dengan interval jarak 1 jam dan peneliti memastikan bahwa pasien tidak mendapat obat selama
jarak terapi dengan pemeriksaan hasil akhir respiratory rate.

Kesimpulan

Pada analisis praktik klinik keperawatan pada ketiga kasus pasien Tuberkulosis Paru di IGD
RSUD Aji Muhammad Parikesit yang dilakukan oleh penulis didapatkan data subyektif dan
obyektif yang mengarah pada masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan pola nafas, hipertermi,
kurang pengetahuan dan nyeri akut. Dari keempat masalah keperawatan yang ditemukan, dalam
3 kasus diatas memiliki prioritas masalah yang berbeda-beda. Masalah keperawatan diurutkan
dalam bentuk prioritas tinggi, sedang dan rendah.

9
LINK VIDEO

https://www.youtube.com/watch?v=eWNdKhYqjxc

10
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah, R., & Ismahmudi, R. (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi
Inovasi Pemberian Posisi Semi Fowler 45 Derajat Terhadap Penurunan Respiratory Rate pada
Pasien Tuberkulosis Paru di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Aji Muhammad Parikesit
Tenggarong Tahun 2017.

11

Anda mungkin juga menyukai