Anda di halaman 1dari 65

1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TB PARU DI RUANG MELATI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H.ABDULMOELOEK PROPINSI LAMPUNG

Wahyuni Sari

2014901043

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

PRODI PROFESI NERS

TAHUN 2021
2

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan dengan Diagnosa Medis TB Paru

di Ruang Melati Rumah Sakit AbdulMoeloek Propinsi Lapung” tepat pada waktunya.

Makalah ini saya susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah

dalam ujian SOCA, selain itu untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan

pasien dengan gangguan sistem pernapasan diagnosa medis TB Paru. Saya mengucapkan

terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak

diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bandar Lampung, Januari 2021

Penulis
3

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah

kesehatan Indonesia, bahkan menjadi penyebab kematian utama dari golongan

penyakit infeksi (Arsin, 2016).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahap asam ini dapat merupakan

organisme patogen maupun saprofit (Price, 2015)

Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan

oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis (Corwin, 2016).

B. ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman

ini berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa lemak atau lipid, sehingga kuman

tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman

ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang

memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi

tempat perkembangan pada penyakit tuberkulosis. Selain itu, factor penyebabnya

yaitu herediter, jenis kelamin, usia, stress, meningkatnya sekresisteroid, infeksi

berulang (Somantri, 2009).

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain :

a. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif.


4

b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi

kortikosteroid atau terinfeksi HIV).

c. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.

d. Individu tanpa perawatan yang adekuat.

e. Individu dengan gangguan medis seperti : Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal

Kronik, penyimpanan gizi.

f. Individu yang tinggal di daerah kumuh (Elizabeth, 2001)

C. MANIFESTASI KLINIK

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk

darah,sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan

(Kemenkes, 2015).

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah

banyak pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan

kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril, 2014) :

a. Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang

dapat mencapai 40-41°C. Keluhan ini sangat dipengaruhi berat atau ringannya

infeksi kuman yang masuk. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,

tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien

merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.

b. Batuk/Batuk Darah Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk-produk radang keluar (Bahar,2015). Keterlibatan


5

bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada

setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-

minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang berupa batuk

darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada

tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding

bronkus (Price, 2015).

c. Sesak Napas Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang

infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri Dada Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi

radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan

kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

e. Malaise Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise

sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus

(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam

hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang

timbul secara tidak teratur.

D. PATOFISIOLOGI

Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian menyebar melalui jalan

nafas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang

biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian

tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (Soemantri,

2009).
6

Pada saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di

paru, terjadilah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut

kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks

primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi peradangan pada paru, mengakibatkan

terjadinya penurunan jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan

menurunnya suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014).

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.

Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel

imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag

yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut

sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,

lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa

dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,

menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk

jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi

tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar

getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang

dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam

bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding

kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan

terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke
7

laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa

pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus

dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan

rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir

melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi

mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala

dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi

tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang

lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat

menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai

penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen

merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini

terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme

masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh (Soemantri, 2014).

E. PATHWAY

Micobacterium Masuk lewat


tuberkulosa Droplet Infection jalan nafas

Menempel pada
paru

Keluar dari
tracheobionchial Dibersihkan oleh Menetap di
bersama sekret makrofag jaringan paru

Terjadi proses
Sembuh tanpa peradangan
pengobatan
8

Pengeluaran zat Tumbuh dan


pirogen berkembang
disitoplasma
makrofag
Mempengaruhi
hipotalamus
Sarang primer
/afek primer
Mempengaruhi sel
point

HIPERTERMI

Komplek primer Limfangitis lokal Limfadenitis regional

Menyebar keorang Sembuh sendiri Sembuh dengan


lain (paru lain, tanpa pengobatan bekas fibrosis
saluran pencernaan,
tulang) Melalui
media (bronchogen
percontinuitum,
hematogen,
limfogen)

Kadang tahunan dibronkus Pertahanan primer tidak adekuat

Berkembang menghancurkan Pembentukan tuberkel


jaringan ikat sekitar

Kerusakan membrane alveolar


Bagian tengah nekrosis

Membentuk jaringan keju Pembentukan sputum Menurunnya permukaan


berlebihan efek paru

Secret keluar saat batuk


Alveolus mengalami
BERSIHAN JALAN
Konsolidasi eksudasi
NAFAS
Batuk produktif TIDAK EFEKTIF
(batuk terus menerus)
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
9

Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat Distensi abdomen

Mual, muntah
RESIKO INFEKSI

Intake nutrisi kurang

DEFISIT NUTRISI

E. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Promotif , terbagi antara lain :

a) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

b) Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara

penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko

. c) Mensosialisasikan BCG dimasyaraka

2) Preventif, terbagi antara lain:

a) Vaksinasi BCG

b) Menggunakan Isoniazid

c) Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lemba

. d) Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

b. Penatalaksanaan Medis

Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:

1) Jangka pendek
10

Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan

2) Jangka panjang

Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah

perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat dilakukan

dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.

3) Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan pada

pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat : a) Rifampicin b)

Isoniazid c) Ethambutol d) Pyridoxin 2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis TB Paru

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Sputum BTA adalah mycobacterium Tuberkulosis Positif pada penyakit.

b. Tes Tuberkalin adalah Mantolix tes reaksi positif ( area indurasi 10-15 mm

terjadi48-72 jam)

c. Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan Paru

d. Darah adalah peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED)

e. Photo Thorax adalah untuk melihat infiltrasi lesi awal pada paru atas

G. PENGKAJIAN FOKUS

1. Data Pasien

Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa

dengan perbandingan yang hampir sama antara lakilaki dan perempuan. Penyakit

ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat

kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat

minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling

umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-

paru (extrapulmonary) dibanding TB paru dengan perbandingan


11

TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia3 tahun.

angka kejadian (prevalensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian

meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien

dewasa (sering disertai lubang / kavitas pada paru-paru).

2. Riwayat Kesehatan

keluhan yang sering muncul antara lain:

a. demam: subfebris, (febris 40°C - 41°C) hilang timbul

b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk

membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering

sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-

paru.

d. Keringat malam

e. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai

ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

f. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.

g. Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada

pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang

sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan

diagfragma menonjol keatas.

h. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini

muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit

infeksi menular.
12

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh

c. Pernah berobat tetapi tidak teratur

d. Riwayat kontak dengan penderita TB paru

e. Daya tahan tubuh yang menurun

f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

g. Riwayat putus OAT

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya pada keluarga p asien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya ada

keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Melitus,

jantung dan lainnya

5. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya

b. Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.

c. Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya

d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

f. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan,

Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,

menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan

dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang

banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus

harapan.
13

g. Faktor Pendukung:

1. Riwayat lingkungan.

2. Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,

kebersihan diri.

3. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,

pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

6. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk

TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)

Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat

Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/i)

Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin tinggi atau tidak

teratur. Seiring kali tidak ada demam

1) Kepala

Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva anemis,

skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya

pergeseran trakea.

2) Thorak

Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya pasien

kesulitan saat inspirasi

Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah

Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak

Auskultasi : Biasanya terdapat ronki

3) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris


14

Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema

5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

7. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada

malam atau demam pada malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.

Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan otot,nyeri, sesak (tahap

lanjut).

b) Integritas Ego

Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan tidakberdaya/putus asa.

Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas, ketakutan,mudah terangsang.

c) Makanan dan cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunanberat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilanglemak subkutan.

d) Nyeri dan Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah

e) Pernafasan

Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek, riwayat tuberkulosis/terpajan

pada individu terinfeksi.


15

Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau fibrosisparenkim paru dan

pleura). Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi pleural). Perkusi pekak dan

penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi nafas menurun / tak ada

secara bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler dan / atau

bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi cepat

setelah batuk pendek (krekels pasttussic).

f) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIVpositif.

Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.

g) Interaksi Sosial

Gejala: Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,perubahan pola biasa

dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

h) Penyuluhan

Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal

untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi. Rencana Pemulangan :

Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan

pemeliharaan/perawatan rumah

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan klien TB Paru adalah

sebagai berikut

a. bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas

b. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan atau tambahan infeksi

c. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan jumlah hemoglobin dalam

darah
16

d. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen

e. defisit nutrisi b.d intake makanan tidak adekuat,anoreksia

f. Gangguan Pola Tidur b.d kebisingan lingkungan sekitar

g. Resiko terjadinya penularan tb bd kurang pengetahuan keluarga tentang tb.

H. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Bersihan nafas tidak efektif

a. Menejemen Jalan Nafas

Tindakan :

Observasi :

- Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas )

- Monitor bunyi nafas tambahan ( mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering )

- Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )

Teraupeutik :

- Pertahankan kapatenan jalan napas dengan head-tilt dan

chin- lift ( jaw-thrust jika curiga trauma Servikal )

- Posisikan semi-fowler atau fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu

- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik


17

- Berikan oksigen , jika perlu

Edukasi :

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi

- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,mukolitik, jika perlu

b. Latihan batuk efektif

Tindakan :

Observasi

- Identifikasi kemampuan batuk

- Monitor adanya retensi sputum

- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas

- Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)

Terapeutik

- Atur posisi semi fowler atau fowler

- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

- Buang sekret pada tempat sputum Edukasi


18

- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik

,ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (

dibulatkan) 8 detik.

- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

c. Pemantauan Respirasi

Tindakan :

Observasi :

 Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya nafas

 Monitor pola napas seperti ( seperti bradipnea taipnea,hiperventilasi)

 Monitor kemampuan batuk efektif

 Monitor adanya produksi sputum

 Monitor adanya sumbatan jalan nafas

 Palpasi kesmetrisan ekspansi paru

 Auskultasi bunyi napas


19

 Monitor saturasi oksigen

 Monitor nilai AGD

 Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik :

 Atur interval pemantauan resprasi sesuai kondisi pasien

 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi :

 Jelaskan tujuan dan perusedur pemantauan

Informasikan hasil pemantauan , jika perlu

Defisit Nutrisi

a. Manajemen Nutrisi

Tindakan

Observasi :

 Identifikasi stataus nutrisi

 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan

 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric


20

 Monitor asupan makan makanan

 Monitor berat bedan

 Monitor hasil pemeriksaan laboraturium

Trapeutik :

 Lakukan oral hygiene seblum makan , jika perlu

 Fasilitasi menentukan pedoman diet, (mis.piramida makanan )

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

 Berikan siplemen makanan ,jika perlu

 Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat

ditoleransi

Edukasi :

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu

 Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis. Pereda nyeri, antiemetic),

jika perlu Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang di butuhkan


21

b. Promosikan Berat Badan

Tindakan

Observasi :

 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang

 Monitor adanya mual dan muntah

 Monitor jumlah kalori yang dikonsumsinya sehari-hari

 Monitor berat badan

 Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit serum

Terapeutik :

 Berika perawatan mulut sebelum pemberian makan,jika perlu

 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien ( mis. Makanan dengan tekstur

halus,makanan yang dibelender, makanan yang cair diberikan melalaui NGT atau

gastrostomy, total parenteral nutrition sesuai indikasi)

 Hidangkan makanan secara menarik

 Berikan suplemen, jika perlu

 Berikan pujian pada pasien /keluaraga untung peningkatan yang capai

Edukasi :

 jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau


22

jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

3. Defisit Pengetahuan

a. Edukasi Kesehatan

Tindakan

Observasi :

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi

perilaku hidup bersih dan sehat.

Terapeutik :

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Ajrkan perilaku hidup bersih sehat

Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat


23

b. Edukasi Pola Perilaku Kesehatan

Tindakan

Observasi :

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi kemampuan menjaga kebersihan diri dan lingkungan

 Monitor kemampuan melakukan dan mempertahankan kebersihan diri dan

lingkungan

Terapeutik :

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

 Peraktekan bersama keluarga cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Edukasi :

 Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga kebersihan diri dan

lingkungan

Ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

c. Edukasi Berhenti Merokok

Tindakan :
24

Observasi :

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik :

 Sediakan materi dan media edukasi

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan keluargan dan pasien untuk bertanya

Edukasi :

 jelaskan gejala fisik penarikan nikotin (mis. Sakit kepala, pusing, mual, dan

insomnia )

 jelaskan gejala berhenti merokok ( mis. Mulut kering, batuk , tenggorokan gatal )

 jelaskan aspek pisikososial yang mempengaruhi perilaku merokok

 informasikan produk pengganti nikotin ( mis, permen karet, semprotan hidung,

inhaler )

 ajarkan cara berhenti merokok.


25

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa : Wahyuni Sari

NIM : 2014901043 Tgl Pengkajian : 07-01-2021

Ruang rawat : Melati No. Register : 408041

A. IDENTITAS KLIEN

1. Nama : Tn.D

2. Umur : 58 tahun

3. Jenis kelamin : L

4. Pendidikan : SD

5. Pekerjaan : Buruh

6. Tgl masuk RS : 6 Januari 2021 Waktu : 13.45 WIB

7. Dx. Medis : TB

8. Alamat : Sukamaju

B. RIWAYAT KESEHATAN

Pasien mengatakan masuk ke rumah sakit RSAM tanggal 06-01-2021 pukul 11.40 WIB

dari IGD dibawa oleh petugas dan keluarganya dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 hari

yang lalu, badan terasa panas, napas sesak dan berat badan menurun.
26

Verbal Rating Scale

No Pain Mild Pain Moderate Severe Very Severe Worst Possible

Status Lokalis :

Beri kode huruf utk menunjuk status lokalis disamping :


C – Contusion
L – Lacerations
R – Rashes
S – Scars
*Parasite (scabies/lice)
D – Decubitus
T – Tattoo
B – Bruises
X – Body Piercing
P – Pain
O – Other_____________________________

Tinea Pedis: …Ya …Tidak


Jelaskan:

Penilaian Risiko Jatuh

Berdasarkan skoring penilaian resiko jatuh pasien masuk dalam kategori kuning dengan total skor

35.

1. Keluhan utama saat pengkajian : batuk berdarah

2. Riwayat penyakit Sekarang :

Pada saat pengkajian (07januari 2021) pasien, batuk berdahak yang disertai darah sejak dua hari

yang lalu, klien mengatakan dahak susah keluar, klien mengatkan nafsu makan berkurang, mual
27

(+), muntah (+), klien juga mengatakan sering berkeringat dimalam hari dan demam naik turun

sesak nafas, RR 24 x/menit

3. Riwayat Alergi (Obat, Makanan, dll) : tidak ada alergi obat dan makanan.

4. Bentuk reaksi alergi yg dialami : -

5. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang:

Pasien dan keluarga mengatakan dahulunya pasien mempunyai riwayat batuk darah pada

tahun 2013 dan untuk mengobatinya pasien dirawat di Rumah Sakit Tjokrodipo tetapi pada

saat itu pasien tidak mengkonsumsi obat rutin untuk penderita TB Paru

6. Riwayat penyakit keluarga : pasien mengatakan istrinya pernah pengobatan TB th 2015

C. ANAMNESIS PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL

1. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan

 Kondisi Kesehatan Umum Klien: Tampak Sakit Sedang

 Upaya menjaga/meningkatkan status kesehatan : Keluarga mengatakan membawa pasien ke

klinik terdekat jika sakitnya kambuh dan beberapa kali memeriksakan kesehatan ke

puskesmas

 Upaya Perlindungan Kesehatan yang dilakukan klien adalah menggunakan BPJS

 Upaya pemeriksaan kesehatan mandiri : Keluarga mengatakan saat tidak sakit pasien jarang

sekali memeriksakan kesehatannya mandiri

 Keluarga mengatakan 2 bulan yang lalu dirawat di klinik sukamaju dengan keluhan yang

sama
28

Pola Metabolik – Nutrisi

Kebiasaan Pola Makan sehari-hari dan Saat Dirawat Sekarang:

Saat dirumah : makan 2x/hari,tidak nafsu makan sehingga tidak menghabiskan

makanannya, klien merasakan badannya tambah kurus

Saat di RS : makan 3x/hari, mual dan nyeri ulu hati, makan habis ½ porsi. Intake dari

infus Kaen 20 tetes/menit (±1500ml/24jam), minum sekitar 8 gelas/hari (±1000 ml/24jam),

BB= 40 Kg. pasien mengatakan merasa lemas dan sulit melakukan aktivitas dan merasa bb

menurun

POLA ELIMINASI

 Eliminasi buang air kecil (b.a.k) : Pasien tidak terpasang kateter, BAK dibantu oleh keluarganya

ke kamar mandi, pasien mengatakan BAK ±4-5/hari, urine banyak, tidak nyeri saat berkemih.

Volume urine (±250ml), IWL = 15x40= 600ml/hari

Eliminasi buang air besar (b.a.b) : sudah 2 hari tidak bab, karena makannya bubur dan hanya

habis ½ dari yang disediakan

POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

 Pasien mengalami kelemahan karena seperti tidakbertenanga sehingga aktivitas dibantu oleh

keluarga. Tingkat ketergantuan partial care.

POLA ISTIRAHAT – TIDUR

 Kebiasaan tidur : Pasien mengatakan kesulitan tidur karena sering batuknya. Tidur hanya sekitar

4-5 jam setiap malam,diruangan juga ramai pasiennya


29

POLA PERSEPSI KOGNITIF

 Pasien mengatakan penglihatannya sudah sedikit menurun, dan menggunakan kaca mata baca

Pendidikan terakhir pasien SD, pasien mampu mengambil keputusan. dan mampu mengingat

POLA KONSEPSI DIRI – PERSEPSI DIRI

 Keadaan sosial : Pasien mengatakan sebelumnya kesehariannya di rumah sebagai kepala rumah

tangga, namun saat sakit hanya ditempat tidur dan pekerjaan rumah dibantu oleh anaknya.

POLA HUBUNGAN PERAN

 Pasien mengatakan memiliki hubungan dengan keluarga dan masyarakat yang baik

POLA REPRODUKTIF – SEKSUALITAS

Saat ini pasien sudah memiliki 3 orang anak dan 2 orang cucu. Keluarga pasien mengatakan

sudah tidak KB, istri sudah menopause

POLA TOLERANSI TERHADAP STRESS – KOPING

Pasien mengatakan pasrah dan akan berobat ingin sembuh, pasien juga mengatakan selalu

ditemani dengan istri dan anaknya agar tidak merasa sendirian dan dapat membantu merawatnya.

POLA KEYAKINAN – NILAI

Pasien beragama islam, dan tetap berusaha menjalankan ibadah sholat dan berdoa meskipun

sedang sakit untuk kesembuhannya

D. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda – Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 98 x/menit, kuat dan teratur RR : 24 x/mnt

teratur. Irama nafas teratur, Suhu: 36,6oC, SpO2 : 92%, kesadaran composmentis.
30

Pemeriksaan fisik

1. Kepala : bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan,dan bentuk kepala normochepal

2. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

3. Thorax ( Jantung & Paru):

a. Inspeksi : J : terlihat ictus cordis pada ICS VI mid klavikula sinistra P :

terlihat penggunaan otot bantu napas, bentuk dada pigeon chest

b. Palpasi : J : pulsasi pada dinding dada teraba kuat P: traktil fremitus menurun

pada paru kiri

c. Perkusi :J : batas atas: ICS II parasterna sinistra, batas bawah: ICS V mid

klavikula dextra,batas kanan : ICS IV mid sternalis dextra, batas kiri : ICS VI

mid klavikula sinistra. P : sonor pada ke2 paru

d. Auskultasi : J: BJ SI terdengar tunggal (lup), BJ SII terdengar tunggal (dup). P :

terdengar ronchi kasar pada paru kiri

4. Abdomen

a. Inspeksi : tidak ada benjolan,tidak ada bekas luka

b. Auskultasi : bising usus 11x/menit

c. Palpasi : nyeri tekan di epigastrium

d. Perkusi : tymphani
31

5. Punggung & Tulang Belakang : tidak ada kelainan tulang belakang

6. Genetalia & Rektum : tidak dilakukan pengkajian pada area genetalia

7. Ekstremitas Atas & Bawah : terdapat edema derajat II pada kedua ekstremitas bawah

8. Kekuatan otot :
5555 5555

3333 3333

9. Pemeriksaan Khusus :

Neurologi : tidak dilakukan pemeriksaan neurologi

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

Hasil Pemeriksaan tgl 06/01/2021

Rontgen thorax

Jantung :tidak ada kardiomegali

Paru : infiltrat pada ke 2paru,terutamakiri

Kesan ; TB paru aktif

HB : 11,2

LED : 40

TCM tgl 08/01/2021: 2+, MTB detected high


32

F. AFTAR TERAPI (OBAT, CAIRAN, dll)

NAMA DOSIS MULAI INDIKASI EFEK SAMPING


RUTE PEMBERIAN (lihat DOI) (lihat DOI)
PEMBERIAN
Terapi O2 Nasal kanul 06/01/2021 Memenuhi kebutuhan Gelisah, cemas,
tubuh terhadap oksigen peningkatan tekanan
dan mengurangi sesak darah, cairan berlebih
napas dalam paru-paru
Ringer laktat 10 tpm/IV 06 /01/2021 resusitasi cairan dan Ruam, gatal-gatal,
terapi cairan rumatan sakit kepala

Omeprazole 40mg/24 jam, 06/01/2021 Mengurangi kadar asam Nyeri perut, sakit
IV lambung kepala, penurunan
kadar kalium dalam
darah
Ceftriaxone 2x1gr/IV 06/01/2021 Antibiotic, Mengobati Nyeri perut,mual,
dan mencegah infeksi Muntah, diare,
bakteri pusing, mengantuk,
sakit kepala
Kalnex 500mg/8 jam, 06/01/2021 Koagulan,menghentikan Gangguan saluran
IV perdarahan cerna, mual,
muntah,anoreksia,
sakit kepala hipotensi
Codien 3x10mg tab, 06/01/2021 Meredakan batuk Mual, mulut kering,
oral sakit perut,
pusing,limbung
Vitamin K 2,5mg/8 jam, 06/01/2021 Mengatasi perdarahan Berkeringat,gangguan
oral indra
pengecapan,bibir
membiru, pusing
hendak pingsan,
sesak napas
G. SKALA BRADEN UNTUK PREDIKSI RISIKO LUKA TEKAN

Nama Klien : Ny.S Jenis Kelamin : P No. Register : 465814 Tanggal Penilaian Risiko : 11/01/2021

PARAMETER TEMUAN SKOR


4
Persepsi 1. Tidak 2. Gangguan sensori pada 3. Gangguan sensori pada 4. Tidak ada gangguan
Sensori merasakan/respon thd bagian 1 atau sensori,
stimuli nyeri, menurun ½ permukaan tubuh atau 2 ekstremitas atau berespon penuh terhadap
kesadaran hny berespon perintah verbal.
berespon pd stimuli nyeri, pd perintah verbal tp tdk
tdk selalu mampu mengatakan
dpt menkomunikasikan ketidaknyamanan
ketidaknyamanan
2
Kelembaban 1. Selalu terpapar oleh 2. Kulit Lembab 3. Kulit kadang-kadang 4. Kulit kering
keringat atau urine basah lembab
3
Aktivitas 1. Tergeletak di tempat 2. Tidak bisa berjalan 3. Berjalan pada jarak 4. Dapat berjalan sekitar
tidur terbatas Ruangan
Mobilitas 1.Tidak mampu bergerak 2.Tidak dapat merubah 3. Dapat merubah posisi 4. Dapat merubah posisi 4
posisi secara tepat dan ekstremitas mandiri tidur
teratur tanpa bantuan
1. Tidak dapat 2. Jarang mampu 3. Mampu menghabiskan 4. Dapat menghabis kan 3
Nutrisi menghabiskan 1/3 porsi menghabiskan lebih porsi
makannya, sedikit ½ porsi makanannya atau dari ½ porsi makannya Makannya, tidak
minum, puasa atau intake cairan kurang dari memerlukan
NPO lebih dari 5 hari jumlah optimum suplementasi nutrisi.
1. Tidak mampu 2. Membutuhkan bantuan 3. Dapat bergerak bebas 3
Gesekan mengangkat minimal mengangkat tanpa
badannya sendiri, atau tubuhnya gesekan
spastik, kontraktur atau
gelisah
19
SKOR
Diadopsi dari Braden & Bergstom (1998), AHCPR (2008) Skor : 15 – 18 berisiko, 13 – 14 risiko sedang, 10 – 12 risiko

tinggi, ≤ 9 risiko sangat tinggi


FORMAT ANALISIS DATA
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR ; 408041
NO TANGGAL DATA MASALAH ETIOLOGI
JAM KEPERAWATAN
1. DS : Bersihan Jalan Hipersekresi
07-01-2021  Pasien mengatakan napas tidak efektif jalan napas
14:00 batukberdahak
 Pasien mengatakan dahak
berwarna kemerahan
karena bercampur dengan
darah
 Pasien mengatakan dahak
agak sulit untuk
dikeluarkan
 Mengatakan sesak napas
DO :
 Pasien tampak batuk
berdahak
 Pasien tampakagakkesulitan
mengeluarkan dahak
 Auskultasi :suara napas
ronkhi
 Terdapat penggunaan otot
bantu napas
 Napas cepat dan dangkal

23
 TD : 120/86mmhg
 RR: 24x/mnt
 Nadi :88x/mnt
 Suhu : 36,8 ᵒ C

2. 07-01-2021 DS: Defisit nutrisi Faktor


14.10  Pasien mengatakan psikologis
tidaknafsu makan (keengganan

 Pasien mengatakan makan untuk makan)

siang hanya habis 3-4


sendok makanPasien
mengatakan badannya
tambah kurus, 3 bulan
terakhir BB turun 10 kg dari
55 kg menjadi 45kg
 Mengatakan badannya
lemes
DO :
 Tampak lemah
 Makan siang pasien hanya
makan 3-4 sendok
 Mukosa Bibir lembab
 BB:49 kg
 TB : 163 cm
 IMT : 16,98
 HB :11,2

24
3 07/01/2021 DS : Gangguan pola Proses
14.20  Pasien mengatakan susah tidur penyakit
tidur,terutama di malam hari
karena batuk terus
 Tidur malam hanya 4-5 jam
 Mengatakan napas agak
berat
 Mengatakan tidak segar saat
bangun pagi
DO :
 Pasien tampak lesu
 Tampak tidak segar
 Mata pasien tampak cekung
 Palpebra berwarna hitam
 Akral teraba hangat
4 11/01/2021 DS: Defisit Kurang
 Pasien mengatakan tidak Pengetahuan Terpapar
tahu tentang penyakitnya informasi

 Pasien sering bertanya


apakah sakitnya dapat
disembuhkan
DO:
 Pasien tidak mengerti perihal
sakitnya
 Pasien tampak bingung
ketika ditanya tentang
sakitnya

25
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041

HARI KE-1 Tanggal 07/01/2021


1. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d hipersekresijalan napas
2. Defisit nutrisi b.d Faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Gangguan Pola Tidur b.d Proses penyakit
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

HARI KE-2 : Tanggal 08/01/2021


1. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d hipersekresijalan napas
2. Defisit nutrisi b.d Faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Gangguan Pola Tidur b.d Proses penyakit
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

HARI KE-3 : Tangga 09/01/2021


1. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
2. Defisit nutrisi b.d Faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Gangguan Pola Tidur b.d Proses penyakit
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

26
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.D


Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041
No Tanggal Diagnosa Tujuan
Keperawatan ( SMART ) Rencana Tindakan Rasional Paraf
dan Data
Penunjang
1 07/01/2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jakan napas Untukmendukung
napas tidak keperawatan bersihan jalan terbebasnyajalan napas
efektif b.d napas meningkat dengan Pemantauan respirasi
hipersekresi jalan kriteria hasil: Jika terjadi perubahan yang
napas - Batuk efektif signifikan dapat ditangani
meningkat dengan segera

- Produksisputum
menurun
- Frekuensi napas
membaik (16-
20x/mnt)
2. 07/01/2021 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi Dengan
Faktor psikologis keperawatan status nutrisi mengidentifikasi,memonitor
(keengganan membaik dengan kriteri kemajuan ,dan mengatur diet
untuk makan) hasil: pasien status nutrisi dapat
- Porsi makanan yang segera tercapai
dihabiskan
meningkat Pemantauan Nutrisi Memantauan keluhan selama

- Frekuensimakan makan ,apakah nutrisidapat

membaik (1/2 porsi) tercapai

- Nafsu makan
Pemberian obat intra Dalam keadaan mual,obat intra
membaik
vena vena adalah pilihan yang paling
tepat,untukmengurangi mual-
muntah
3 07/01/2021 Gangguan Pola Setelah dilakukan asuhan Dukungan Tidur Dengan mengetahui faktor-
Tidur b.d Proses keperawatan maka pola faktor penyebab gangguan pola
penyakit tidur tidur,maka masalah kesulitan
Membaik dengan kriteri tidur dapat diatasi
hasil :
- Keluhan sulit tidur Modifikasi lingkungan Lingkungan juga sangat
membaik berpengaruh dalam mengatasi

- Keluhan pola tidur Kesulitan tidur


membaik ( 6-8 jam)
Terapi relaksasi Relaksasi diharapkan
memberikan kenyamanan
kepada pasien sehingga
kebutuhan tidur tercukupi

3. 07/01/21 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan mengajarkan mengelola faktor


pengetahuan b.d tindakan keperawatan
resiko penyakit dan perilaku
kurang terpapar diaharapkan pengetahuan hidup bersih dan
informasi dapat terpenuhi dank lien
sehat,kepatuhan terhadap
mampu memahami pengobatan akan memberikan
tentang kesehatan dengan
motivasi dalammenjalankan
kriteria hasil : pengobatan
- Perilaku sesuai
enjuran meningkat mengubah perilaku hidup sehat
- Verbalisasi minat Edukasi Pola Perilaku
sangat berpengaruh dalam
dalam belajar Kesehatan mencapai kesembuhan dan
meningkat pencegahan penularan penyakit
- Kemampuan
menjelaskan Kebiasaan merokok yang terus-
pengetahuan tentang Edukasi berhenti menerus akan merusak
suatu topik merokok mekanisme pertahanan paru
meningkat .Kuman tb dapat resisten
- Kemampuan terhadap pengobatan TB.
menggambarkan
pengalaman
sebelumnya yang
sesuai topik
meningkat
- Perilaku sesuai
dengan pengetahuan
- Pertanyaan tentang
masalah yang di
hadapi menurun
- Peresepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
- Perilaku membaik
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI Review dan
Profesional PELAYANAN Verifikasi DPJP
Tanggal Instruksi PPA termasuk instruksi
Pemberi (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai (tulis nama,
dan Jam pasca bedah (instruksi ditulis dengan
Asuhan Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir paraf tanggal
rinci)
catatan) dan jam)

Ners S :pasien mengatakan masih batuk berdahakdengan - Memposisikan semifowler


07/01/21 ada bercak darah - Monitoring RR
17.00 makan sore hanya habis 5 sendok
- Mengajarkan Batuk efektif
ingin tidur tapi langsung terbatuk-batuk
- Monitoring sputum
gelisah
- Monitoring ttv
O:
- Menjelaskan jenisobat dan alasan
- RR 22x/mnt
Pemberian
- Saturasi 98%
- Monitoring BB
- Masih terdapat dahak bercampur darah
- Mengidentifikasi status gizi
- Merasa sedikit lebih nyaman setelah minum
- Mengkolaburasikan dengan ahli
hangat dan latihan batuk efektif
- Ronkhi kering(+) Gizi untukmenentukan jumlah

- Terpasang oksigen 3l/mnt kalori dan jenis nutrien jika


dibutuhkan
- Mual, tidaknafsu makan
- Mengidentifikasi pola aktivitas
- Tampak sering menguap
tidur
- Bertanya kapan batuknya bisa berhenti
A : masalah bersihan jalan napas tidak efektif , defisit
nutrisi, gangguan polatidur,defisit pengethuan belum
teratasi
P:
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
- Manajemen nutrisi
- Pemantauan nutrisi
- Dukungan tidur
- Terapi relaksasi
- Pemberian obat intra vena dan oral
- Modifikasi lingkungan
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi Pola Perilaku Kesehatan

Wahyuni Sari
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI Review dan
Profesional PELAYANAN Verifikasi DPJP
Tanggal Instruksi PPA termasuk instruksi
Pemberi (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai (tulis nama,
dan Jam pasca bedah (instruksi ditulis dengan
Asuhan Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir paraf tanggal
rinci)
catatan) dan jam)
S : batuk dengan bercakdarah (+),mual(+),tidak nafsu
08/01/21 dokter makan, susah tidur - IVFD Kaen 3 B: RL 20tts/mnt Dr.Sukarti,Sp.P
09.00 O: ku : tampak sesak / CM - Aminofluid1fls/hr
TD 100/80, ronchi (+)
- injKalnex500mg/8 jam
A : obs haemoptoe
- vitaminK 3x1
TB Paru Lesi luas
- inj Ceftriaxon 2gr/24jam
P:
- Codein 3 x 10mg
- Obs KU
- Lanjutkan terapi
- Edukasi
- Cek sputum TCM
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI
Review dan
PELAYANAN
Profesional Verifikasi DPJP
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Instruksi PPA termasuk instruksi
Pemberi (tulis nama,
dan Jam Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir pasca bedah (instruksi ditulis dengan
Asuhan paraf tanggal
catatan) rinci)
dan jam)

S : mengatakan sesak sudah agak berkurang, batuk - Monitor suara napas tambahan
Ners berdahak tidak ada darah lagi - Monitoring RR
08/01/21 Masih tidak nafsu makan,tapi mual agak berkurang
- Monit mual-muntah
11.00 Malam masih belum bisa tidur nyenyak ,masih batuk
- Monitor vital sign
terus,
- Modifikasi Lingkungan
O:
- Demonstarsikan dan latih teknik
- RR 20x/mnt
relaksasi (misalnya napas dalam )
- Oksigen sudah uff
- Monitor BB
- Sputum berdarah (-)
- Edukasi PolaPerilaku Kesehatan
- Tampak belumnafsu untuk makan
- Edukasi berhenti merokok
- Diet diberikan BTKTP,habis 8 sendok
- Tampak masih sering menguap - Menjelaskan pemberian obat
- Tampak masih lesu injeksi dan oral
A : masalah bersihan jalan napas tidak efektif , defisit
nutrisi, gangguan polatidur,defisit pengethuan belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
- Manajemen nutrisi
- Pemantauan nutrisi
- Dukungan tidur
- Terapi relaksasi
- Pemberian obat intra vena dan oral
- Modifikasi lingkungan
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi Pola Perilaku Kesehatan

Wahyuni Sari
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI
Review dan
PELAYANAN
Profesional Verifikasi DPJP
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Instruksi PPA termasuk instruksi
Pemberi (tulis nama,
dan Jam Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir pasca bedah (instruksi ditulis dengan
Asuhan paraf tanggal
catatan) rinci)
dan jam)

S : batuk(+) sdh berkurang Rifampisin 1x 450mg Dr.Sukarti,Sp.P


09/01.21 Dokter Darah(-), makan sudah mulai mau, sesak (-) Isoniazid 1x 300mg
O: RR18x/mnt, saturasi 99%,BTA 2+ Pyrazinamid 1x 1000 mg
A: TB Paru kasus Baru bta (+) Etambuthol 1x 750 mg
P: Masuk OAT B 6 10 mg
Besok rencana pulang, beri TB 09
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408081

HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI


Review dan
PELAYANAN
Profesional Verifikasi DPJP
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Instruksi PPA termasuk instruksi
Pemberi (tulis nama,
dan Jam Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir pasca bedah (instruksi ditulis dengan
Asuhan paraf tanggal
catatan) rinci)
dan jam)

09/01/21 S : Mengatakan batuk sudah berkurang,dahak - Monitor suara napas tambahan


13.00 Ners berdarah sudah tidaklagi, sudah mulai enakan - Monitoring RR
Makan mulai mau,siang ini makan habis ½ porsi
- Monit mual-muntah
Malam tidur agaklumayan,terbangun karena ruangan
- Monitor vital sign
ramai
- Modifikasi Lingkungan
O:
- Demonstarsikan dan latih teknik
- Pasien mulai tenang
relaksasi (misalnya napas dalam )
- TB 120/80mmHg
- Monitor BB
- RR 18x/mnt ,
- Edukasi Pola Perilaku Kesehatan
- Ronkhi(+)
- Batuk berkurang,dahak berkurang,darah (-) - Edukasi berhenti merokok
- BB 45 kg - Menjelaskan pemberian obat
- Makan habis 1/2porsi injeksi dan oral

- Mual-muntah tidak ada


- Menanyakan kapan pulang,dankelanjutan
pengobatan bagaimana
- Lebih segar,tidak sering menguap
A : defisit pengetahuan,bersihan jalan napas

P:
- Manajemen jalan nafas
- Modifikasi lingkungan
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi Pola Perilaku Kesehatan

Wahyuni sari
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Klien : Tn.D
Dx. Medis : TB
Ruang : Melati
No. MR : 408041
HASIL ASESMEN PASIEN & PEMBERI
Review dan
PELAYANAN
Profesional Verifikasi DPJP
Tanggal (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Instruksi PPA termasuk instruksi
Pemberi (tulis nama,
dan Jam Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir pasca bedah (instruksi ditulis dengan
Asuhan paraf tanggal
catatan) rinci)
dan jam)

10/01/21 S : tinggal batuk saja,tapi sudah jarang-jarang. - edukasi tidak merokok Dr.Retno Ariza
10.00 Dokter O: keluhan banyak berkurang , Sp.P
Mual(-), haemoptoe (-)
A;TB Paru kasus baru lesiluas
P : pulang ,dengan TB 09
BAB III

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan Sistem


pernafasan yaitu TB paru di RSUD Abdul Moeloek di lakukan sejak tanggal 7
Januari 2021 sampai dengan 9Januari 2021, Pasien mengatakan masuk ke RSAM
tanggal 6 Januari 2021 pukul 13.40 WIB dari IGD dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan dan batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu, sesak nafas, badan
terasa panas, dan berat badan menurun sejak 6 bulan sebanyak 10 kg.

Masalah keperawatan yang pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tindakan yang
telah dilakukan adalah Pengaruh Latihan Batuk Efektif Dan Efektivitas Posisi
Semi Fowler.

 Pertahankan kepatenan jalan nafas

 Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui nasal kanul

 Monitor aliran oksigen

 Monitoring tanda-tanda vital

 Monitor seputum

 Lakukan penghisapan lendir jika terlalu berlebihan menggunakan suction

 Lakukan dan ajarkan posisi semi fowler

 Lakukan dan ajarkan teknik batuk efektik

40
Pada hari pertama hingga hari ketiga masalah bersihan nafas mulai teratasi
ditandai dengan pasien mengatakan sputum membaik, sesak nafas sudah terasa
berkurang dan frekuensi pernapasan 22 x/mnt, dihari kedua oksigen diturunkan
dari 3 liter hingga 1 liter. Dihari ketiga tidakmenggunakan bantuan oksigen
frekuensi pernafasan 16x/mnt.

Masalah keperawatan kedua Devisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor


psikologis (keengganan untuk makan)Tindakan yang telah dilakukan adalah
Manajemen Nutrisi

 Identifikasi stataus nutrisi

 Identifikas ialergi dan intoleransi makanan

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan

 Monitor asupan makan makanan

 Monitor berat bedan

 Monitor hasil pemeriksaan laboraturium

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

 Identifikasi (adanya) alergi makanan yang dimiliki pasien

 Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (mis;


bersih, berventilasi, santai dan bebas dari bau)
 Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak

41
 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (tim gizi)

 Atur diet yang diperlukan

Pada hari pertama sampai hari ketiga devisit nutrisi kurang dari kebutuhan mulai
teratasi dengan sebelumnya pasien hanyak makan 2 sendok makan dan pada hari
ketiga pasien mampu makan dengan 1/2porsi makanan dengan diet makanan
BTKTP diet yang ditentukan dari rumah sakit. Dan selama pengamatan
melakukan asuhan keperawatan di ruang paru pasien tidak mengalami penurunan
berat badan dengan BB 45 kg.

Masalah keperawatan ketiga Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan


Proses Penyakit tindakan yang dilakukan adalah dukungan tidur.

 Identifikasi pola aktivitas dan tidur

 Identifikasi factor pengganggu tidur ( fisikdan / atau pisikologi)

 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi,


the, alcohol.
 Modifikasi lingkungan ( mis. Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras,
dan tempat tidur )
 Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

 Tetapkan jadwal tidur rutin

 Jelaskan tidur cukup selama sakit

 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

42
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur

 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur(


mis. Pisikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja )
 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmokologilainnya

 Tentukan pola tidur/aktivitas pasien

 Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama kondisi sakit

 Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

 Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur

 Anjurkan untuk tidur siang hari

Pada hari pertama hingga hari ketiga gangguan pola tidur mulai menunjukkan
teratasi pencapaian dengan dukungan tidur dengan ditandai pesien mengatakan
sudah bisa tidur tadi malam namun belum nyenyak (4 jam) dan tidur siang 1/ 2
jam, pasien mengatakan masih sering terbangun dimalam hari karena batuk , dan
ini menunjukkan peningkatan yang sebelumnya pasien hanya mampu tidur
malam 3-4 jam dan dan pada hari ketiga pasien mengatakan batuk membaik.

Masalah keperawatan ke empat Devisit Pengetahuan Berhubungan Dengan


Kurang Informasi Tentang Penyakit Dan Kesehatan Tindakan yang telah di
lakukan adalah.

 Menjelaskan tentang penyakit Tb paru

 Menjelaskan tentang kesehatan diri dan lingkungan

 Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


43
 Ajarkan perilaku hidup bersih sehat

 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup


bersih dan sehat
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

 Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga kebersihan diri
dan lingkungan

 Jelaskan maslah yang dapat timbul jika tidak patuh berobat

Pada hari pertama hingga hari ketiga devisit pengetahuan menunjukkan teratasi
pencapaian pengetahuan informasi dengan ditandai pesien mengatakan mulai
paham tentang penyakit nya dan sudah melakukan hidup bersih sehat mulai dari
cuci tangan sebelum makan, menggunakan masker, etika batuk dan berhenti
merokok,
pada hari ke tiga pasien sudan paham dan tidak terlalu banyak bertanya kepada
perawat dalam masalah kesehatan diri dan lingkungan.

3.1 Analisis Intervensi Inovasi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait

Intervensi inovasi yang di lakukan pada kasus diatas adalah teknik latihan batuk
efektif dan semi foowler. Tujuan batuk efektif dan semi fowler yaitu untuk
mengeluarkan sputum , membersihkan jalan nafas serta menurunkan frekuansi
pernafasaan sehingga pasien tidak mengalami sesak nafas frekuensi pernafasan
dalam batas normal 18-22 x/i.

44
Dari ke empat masalah di atas penulis mengangkat dua masalah pokok yaitu
Seputum Yang Berlebihan dan Devisit Pengetahuan, kemudian penulis melakukan
Critical Review Evidance Based/Tindakan kepada pada pasien sesuai dengan hasil
jurnal atau penelitian terkait yang sejalan dengan penulis yaitu :

Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Seputum Pada Pasien


Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjung Pinang Tahun 2019
Penelitian ini di teliti oleh Linda widiastuti. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran seputum pada
pasien tuberkulosis di puskesmas kampung bugis tahun 2019. Desain penelitian
ini adalah Quasi Experiment sebagai eksperimen semu, dengan pendekatan One
group Pretest-Postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru
berjumlah 26 responden mencakup semua pasien TB paru di puskesmas kampung
bugis. Sampel sejumlah 24 responden daiambil emnnggunakan accidental
sampling. Variabel independen adalah batuk efektif dan variabel dependen
pengeluaran seputum. Analisa data uji chi kuadrat dengan tingkat signifikan p ≤
0,05. Hasil penelitian didapatkan sebagain besar responden tidak dapat
mengeluarkan seputum sebelum dilatih batuk efektif sebesar 13 responden (
54,2%) dan hampir seluruh responden dapat mengeluarkan seputum setelah dilatih
batuk efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi kuadrat
0,021 berarti <0.05 maka Ha diterima. Pasien TB dengan melakukan batuk yang
benar batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal dan di anjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan seputum, pasien dianjurkan minum ±2 liter untuk mempermudah

45
pengeluaran seputum. Penulis berfokus kepada diagnosa ini dan melakukan
tindakan selama 7 hari dengan durasi 30 menit dalam sehari karena apabila
dibiarkan dan tidak diberikan intervensi, maka akan dapat menimbulkan masalah
yang lebih berat yaitu pola nafas tidak efektif, yang mana klien akan merasakan
sesak nafas.

3.2 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan

Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pasien melakukan beberapa aktifitas


yang masing-masing diagnosa, penulis melakukan komunikasi setiap tindakan dan
kegiatan yang dilakukan, konseling, penyuluhan, memberikan asuhan
keperawatan langsung, serta tindakan penyelamatan jiwa seperti keadaan
psikososial dan spiritual Tn. D.
Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik dimana penulis dan
Tn.D serta keluarga menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien nyaman
saat dilakukan tindakan.

Peran keluarga juga cukup penting dalam tingkat keberhasilan terapi ,menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh festy (2009) semakin baik peran yang
dimainkan oleh keluarga dalam pelaksanaan program terapi maka semakin baik
pula hasil yang akan dicapai. Peran keluarga terdiri dari peran sebagai motivator,
edukator dan peran sebagai perawat.

46
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan penulis pada Tn. D pada
tanggal 07 - 09 Januari 2021 maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsep TB Paru

Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru sehingga pada
bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus
akan mengecil (Nugroho, 2014).

2. Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengkajian diawali dengan pasien secara


keseluruhan pada keluhan Tn.D dengan TB Paru dilakukan Asuhan Keperawatan
selama 3 hari pada tanggal 07-09 Januari 2021 pukul 13.00 WIB di dapatkan
adanya persamaan antara konsep teoritis dan kenyataan kasus yang ditemukan
dilapangan. Sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang telah ditemukan
pada Tn.D maka diadapatkan 4 diagnosa yaitu:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas

b. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis(keengganan untuk makan)


c. Gangguan Pola Tidur b.d proses penyakit

47
d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakitnya

Penulis memberikan asuhan keperawatan pada masalah Tn.D , yaitu tentang


batuk efektif, pemberian posisi Semi Powler, pemberian edukasi gizi
terhadap peningkatan berat badan pasien, dan pemberian penyuluhan
kesehatan tentang TB Paru, sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada Tn.I dapat teratasi.

3.Penerapan jurnal pada Tn.D

a. Pengaruh Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien


Dengan Bersihan Jalan Nafas Di di puskesmas kampung bugis tahun
2019.
Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.I maka didapatkan
hasil yaitu ada pengaruh tehnik Batuk efektif terhadap pengeluaran
secret pada pasien TB Paru. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Linda widiastuti (2019), dimana ada pengaruh tehnik
batuk efektif pengeluaran secret pada pasien TB Paru.

b. Efektivitas Posisi Semi Fowler Dengan Pursed Lip Breathing Dan


Semi Fowler Dengan Diaphragma Breathingterhadap Sao2 Pasien Tb
Paru Di Rsp Dr. Ariowirawan Salatiga Tahun 2016.
Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.D maka didapatkan
hasil yaitu ada pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap
kestabilan pola napas pada pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Niko Qorisetyartha, dkk (2016), dimana ada

48
pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas
pada pasien TB Paru.

c. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Perawatan


Pasien Tuberkulosis (TB) Tahun 2017.
Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.D maka didapatkan
hasil yaitu ada pengaruh setelah penyuluhan kesehatan media booklet
terhadap pengetahuan perawatan pasien TB Paru. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ermalynda Sukmawati (2017),
dimana ada pengaruh penyuluhan kesehatan media booklet terhadap
pengetahuan perawatan pasien TB Paru.

4. Menganalisa asuhan keperawatan jurnal, teori dan kasus tentang TB Paru


Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru tidak
didapatkan perbedaan diagnosa keperawatan secara teoritis dengan kasus
atau masalah keperawatan pada Tn.D, tetapi ada beberapa diagnosa teori
yang tidak muncul didalam kasus yaitu
- Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan atau tambahan infeksi -
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan jumlah Hb
- Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen.

Setelah penulis melakukan analisis terhadap jurnal terkait tentang masalah


TB Paru ditemukan adanya persamaan jurnal tersebut dengan masalah
keperawatan pada Tn.D dengan TB Paru. Dimana jurnal dan penelitian
tersebut bisa mendukung tindakan atau implementasi keperawatan yang

49
diberikan kepada pasien TB Paru sehingga kualitas hidup pasien TB Paru
lebih meningkat.
B. Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.D dengan


TB Paru, diharapkan dapat memberikan masukkan terutama pada:

1. Bagi Pasien dan Keluarga


Diharapkan informasi yang didapat menjadi pengalaman bagi pasien dan
keluarga khususnya penyakit TB Paru, sehingga pasien disiplin dalam
pengobatan, dan diharapkan bagi keluarga agar memberikan motivasi dan
dukungan agar yakin bahwa penyakit akan sembuh, dan percaya bahwa
penyakit ini hanya ujian dari Allah SWT.

2. Bagi RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi


Diharapkan bagi petugas medis agar dapat meningkatkan pelayanan,
terutama rawat inap paru dalam memberikan pelayanan yang lebih baik
dan menghasilkan pelayanan yang memuaskan bagi pasien. Dengan
adanya penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat menjadi
intervensi baru bagi perawat untuk meluangkan waktu dalam melakukan
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga pasien, memberikan
motivasi dan dukungan, sehingga pasien tidak menngalami depresi atau
cemas akan penyakitnya.

50
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk lebih menambah
referensi mengenai TB Paru dan bisa memperdalam lagi ilmu
pembelajaran mengenai gangguan sistem pernafasan khususnya TB
Paru.

4. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan bisa mendapatkan intervensi inovatif lebih, dalam
penanganan masalah keperawatan TB Paru, dan juga bisa memberikan
perbandingan tindakan keperawatan pada pasien yang berbeda tetapi
dengan kasus yang sama.

51
DAFTAR PUSTAKA

TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi

Dan Indikator Diagnositik. Jakarta : PPNI

TIM POKJA SIKI DPP PPNI, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI

TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan

Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : PPNI

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

http://repository.ump.ac.id/3939/3/Mona%20Martin%20BAB%20II.pdf diakses pada 11

Januari 2021 pukul 16.15 WIB

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/578/1/KTI%20ISMAIL.pdf diakses pada 11

Januari 2021 pukul 16.20 WIB Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul dalam

Aryanti Tri Nugroho. 2014. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press.

Amin and Bahar 2014, Tuberkulosis Paru.Buku Ajar Ilmu penyakit DalamJilid III. Ed6,

Jakarta: FKUI;2014.

Andra F.S & Yessie M.P 2015, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha

Medika. Yogyakarta

Aru Sudoyono W, Dkk 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5,

PenerbitBuku Kedokteran, Internal Publishing. Jakarta.

52
Bahar, Asril. 2015. Tuberkulosis Paru. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Corwin, E.J . 2001. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : EGC

Crofton. 2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika.

Danusantoso. 2007. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.

Depkes RI, 2015.Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-8. Jakarta.

53

Anda mungkin juga menyukai