Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS ( TB )

DI Ruang ASOKA RSUD Haryoto Lumajang

Oleh:
M Iqbal Humaidi Andriansyah
22101097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN

Sebelum masuk ke pembahasan TB paru kita terlebih dulu harus


memahami terkait paru-paru, Paru-paru itu sendiri berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas dengan tujuan untuk menyuplai oksigen bagi jaringan dan
mengeluargkan karbondioksida. Pertukaran gas melalui beberapa proses udara
masuk ke paru paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit yaitu bronkus
dan bronkiolus yang merupakan cabang dari trakea atau tenggorokan.

Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama


menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah (Wijaya,
2013).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe,
Tuberkulosis penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
(Bruner dan Suddart. 2012).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi, penyakit yang
mengakibatkankan infeksi saluran pernafasan ini hingga saat ini, penyakit
tuberkulosis masih menjadi penyakit infeksi menular yang paling berbahaya di
dunia. (FKUI, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis
paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular
disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik
bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.
1.2 ETIOLOGI

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil


mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat
bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif
lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan
jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain
(Elizabeth Jpowh 2011)
a. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif

b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam


terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
c. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik

d. Individu tanpa perawatan yang adekuat

e. Individu dengan gangguan medis seperti: DM, GGK.

f. Imigran dari negara dengan TB yang tinggi

g. Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)

h. Individu yang tinggal di daerah kumuh


1.3 MANIFESTASI KLINIS

Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-


macam atau malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak:
a. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana


0
badan dapat mencapai 40-41 Celsius. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
hilang timbul demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah
terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis
masuk.

b. Batuk/batuk berdarah

Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada


bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradagan
menjadi produktif (menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk
darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak bernafas

Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas


akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
d. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .
e. Malaise dan kelelahan

Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering


ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi
kselitan tidur pada malam hari (Price, 2015).

1.4 PATOFISIOLOGI

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan


atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya
sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada
jalan nafas atau paru- paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya
kurang dari 5 mikromilimeter.
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil tuberculosis.Bakteri
menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk Perkembangan tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area
lain dari paru-paru (lobusatas). Basil juga menyebar melalui system system limfe
dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan
area lain dari paru-paru (lobusatas). Selanjutnya, system kekebalan tubuh
memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara linfosit spesifik-
tuberkulosis menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri.
1.5 PATHWAY
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat,)

b. Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis


TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah.
- Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

- Adanya kavitas, tunggal atau ganda

- Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru

- Adanya klasifikasi

- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

- Bayangan milier

c. Pemeriksaan sputum BTA pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB


paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dapat dibedakan menjadi
TB paru BTA positif dan BTA negative.
Yang dimaksud TB paru BTA positif adalah :

- Apabila sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil


BTA positif
- Apabila hasil 1 pemeriksaan spesimen dahak menunjukan BTA positif dan
pemeriksaan radiologi menunjukan gambaran tuberculosis aktif
- Apabila hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukan BTA posistif
dan hasil biakan positif
Yang dimaksud TB paru BTA negative adalah :

- Apabila hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan hasil negative,


namun gambaran klinis dan radiologi menunjukan TB paru aktif, dan
tatalaksana dengan antibiotic sprektum luas tidak berespon
- Apabila hasil pemeriksaan dahak 3 kali negative, namun biakan positif

d. Darah: leukosit meningkat


1.7 PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksananaan Medis

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :

a. Tahap Intensif

Pada tahap pengobatan intensif, pasien perlu minum obat TBC setiap hari
dalam kurun waktu 2 bulan. Pengobatan intensif ditujukan untuk menekan
jumlah bakteri penyebab TBC dan menghentikan infeksinya sehingga pasien
tidak bisa lagi menularkan penyakit.

b. Tahap Lanjutan

Di pengobatan tahap lanjutan, jumlah dan dosis obat TBC yang


diberikan akan berkurang. Biasanya hanya 2 jenis obat. Namun, durasinya
justru lebih lama, yaitu sekitar 4 bulan pada pasien dengan kategori kasus
baru.
Tahap pengobatan lanjutan penting untuk memastikan bahwa
bakteri yang sudah tidak aktif menginfeksi (dorman) benar-benar hilang
dari tubuh, sehingga mencegah gejala TBC kambuh .

Terdapat 5 jenis obat TBC yang umum diresepkan, yaitu:

a. Isoniazid

b. Rifampicin

c. Pyrazinamide

d. Etambutol

e. Strptomisin
Kelima jenis obat TBC di atas biasa disebut obat primer atau obat lini
pertama. Dalam setiap tahapan pengobatan TBC, akan dikombinasi dari beberapa
antituberkulosis. Kombinasi obat TBC dan dosisnya ditentukan dari kondisi dan
kategori pasien TBC sehingga bisa berbeda-beda.
2. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Hidayat (2018) perawatan anak dengan tuberculosis


dapat dilakukan dengan melakukan :
a. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder

b. Pemberian oksigen yang adekuat

c. Latihan batuk efektif

d. Fisioterapi dada

1.8 DIAGNOSA BANDING

1. Bersihan jalan napas tidakefektif berhubungan dengan sekresi yang


tertahan
2. Nyeri akut berhubungan denganagen percedera fisiologis

3. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

1.9 KOMPLIKASI

a. Spondilitis

Spondilitis tuberculosa adalah Spondilitis tuberkulosa ialah suatu bentuk


infeksi tuberculosis ektrapulmoner yang mengenai tulang belakang
(vertebra).
b. Meningitis

Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang
mengenai selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai
meningens. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong
ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu Mycobacterium
Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang lain.
c. Efusi pleura

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleurayang terletak


diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain.

1.10 KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian

- Identitas

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,


tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status
ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
- Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan


penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas,
batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan
suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh


penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberculosis
paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru
yang kembali aktif.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang


menderita penyakit tersebut
- Data biologis

1. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak


(nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable,
sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru),
demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
2. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan


berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik,
kehilangan lemak sub kutan.
3. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit


dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,
pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,
kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi
4. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien

a. Tingkat kesadaran: Biasanya tingkat kesadaran pasien


compos mentis.
b. Berat badan: Biasanya berat badan pasien
mengalami penurunan
c. Tekanan darah: Biasanya tekanan darah pasien menimgkat

0
d. Suhu: Biasanya suhu pasien TBC tinggi sekitar 40-41 c).

e. Pernafasan: Biasanya pasien dengan TBC nafas nya pendek


f. Nadi: Biasanya pasien mengalami peningkatan denyut
nadi
g. Kepala: Mengamati bentuk kepala, adanya
hematom/oedema, perlukaan.
h. Rambut : Pada klien TBC biasanya rambutnya hitam
serta kulit kepala klien bersih, dan tidak rontok
f. Wajah : Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena
nyeri dada yang dirasakannya pada saat batuk

h. Mata : Biasanya terdapat lingkaran hitam pada kelopak


mata karena kurang tidur akibat nyeri, mata simetris
kiri dan kanan, konjungtiva pucat,scleraikterik.pupil
bulaT
i. Hidung : Biasanya tidak ada tanda-tanda radang, ada nafas
cuping hidung.
j. Mulut : Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor dan
biasanya ada caries pada gigi
k. Leher : Biasanya tidak ada adanya pembesaran kelenjer
thyroid.
l. Dada/Thorak

Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan sama,.


Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : baiasanya ada bunyi nafas tambahan ronkhi
basah kasar dan nyaring
m. Jantung

Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat.


Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 2 jari.
Perkusi : biasanya bunyi redup
auskultasi : biasanya irama jantung cepat
n. Perut/Abdomen

Inspeksi : biasanya perut nya datar


Auskultasi : biasanya terjadi penurunan bising usus

Palpasi :, tidak ada masa

Perkusi : baiasanya tidak kembung

o. Geniteorinaria

Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien


baik. Biasanya pasien terpasang kateter.
p. Sistem integrumen

Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor


kulit jelek karena keringat dingin dimalam hari

q. Ekstermitas

Biasanya ada edema pada ekstermitas atas


dan bawah, dan kekuatan otot lemah.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidakefektif berhubungan dengan sekresi yang


tertahan
2. Nyeri akut berhubungan denganagen percedera fisiologis

3. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis


c. Intervensi
Diagnosa
No Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 Manajemen jalan nafas
napas tidak efektif jam diharapkan bersihan jalan napas tidak efektif dapat
b.d sekersi yang teratasi. Observasi
tertahan kriteriahasil: bersihan jalan napas (L.01001) - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
(D.0001) Kriteria Hasil s.a s.t nafas)
Dyspenea 5 - Monitor bunyi nafas tambahan

Frekuensi Nafas 5
Terapeutik
Keterangan : - Posisikan semi-fowler atau fowler
1 = meningkat - Berikan minum hangat
2 = cukup meningkat - Berikan oksigen , jika perlu
3 = sedang
4 = cukup Edukasi
menurun 5 = - Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
menurun tidak kontraindikasi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian brongkodilator,
ekspektoran, molitik, jika perlu
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 Manajemen Nyeri
agen pencedera jam diharapkannyeri akut dapat teratassi
psikologis Kriteria hasil: Tingkat Nyeri (L.08066) Observasi
Kriteria Hasil s.a s.t
(D0077) Keluhan nyeri 5 - Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, nyeri
Meringis 5 - Identifikasi skala nyeri
Frekuensi nadi 5
Pola napas 5 - Identifikasi faktor yang memperberat dan
Tekanan darah 5 memperingan nyeri

Keterangan :
Terapeutik
1 = meningkat
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
2 = cukup meningkat
rasa nyeri (mis. Kompres hangat/dingin)
3 = sedang
- Fasilitasi istirahat dan tidur
4 = cukup
menurun 5 =
Edukasi
menurun
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesic
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Manajemen nutrisi
(D.0019) jam diharapkan masalah defisit nutrisi dapat teratasi
kriteriahasil: status nutrisi (L. 03030)
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil s.a s.t
- Identifikasi alergi dan itoleransi makanan
Kekuatan otot 5
pengunyah - Monitor berat badan
Indeks masa tubuh 5

Keterangan : Terapeutik
1 = meningkat - Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
2 = cukup meningkat - Berikan suplemen makanan, jika perlu
3 = sedang Edukasi
4 = cukup - Ajarkan diet yang diprogramkan
menurun 5 =
menurun
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhan ,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 juni


2021 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/
Barbara, C.L., 2016, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan), Bandung
Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan
Tuberkulosis Paru.
Doengoes, Marylinn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed.
3, EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.
Jakarta:Media Aeculapius
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Price, S.A, 2015, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

Jakarta : EGC

Smeltzer, C.S.2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Sudoyo dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: FKsUI.

Anda mungkin juga menyukai