Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM) TEMPERATUR :

KEBUTUHAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Nama : Aziyatil Farizah


NIM : 23101021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023-2024
LAPORAN PENDAHULUAN SUHU TUBUH

1.1 Pengertian Suhu Tubuh


Suhu adalah suatu keadaan baik panas atau dingin pada suatu subtansi. Suhu
tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah pasangan yang hilang ke lingkungan luar. Suhu mencerminkan
keseimbangan antara poduksi dan pengeluaran dari tubuh, yang diukur dalam unit
panas disebut derajat (Fransiska, 2018).
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang dapat dibagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hopotermi dan febris. Suhu tubuh kita sering kali
berubah-ubah tanpa kita sadari tanpa tahu sebab-sebabnya dan mekanismenya.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik yang diperankan
oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme
umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati
batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebu titik tetap. Titik
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. Apabila suhu
tubuh meningkat lebih dari titik tetap hipotalamus akan merangsang untuk
melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh dengan
cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga
suhu kembali pada titik tetap (Fransiska, 2018)
1.2 Etiologi
Penyebab dari keseimbangan suhu tubuh adalah :
(Buku SDKI edisi 2016)
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakt (misal, infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator
i. Kerusakan hipotalamus
j. Konsumsi alkohol
k. Berat badan ekstrem
l. Kekurangan lemak subkutan
m. Terpapar suhu lingkungan rendah
n. Malnutrisi
o. Pemakaian pakaian tipis
p. Penurunan tidak beraktivitas
q. Transfer panas (misal, kondisi konveksi, evaporasi, radiasi)
r. Trauma
s. Proses penuaan
t. Efek agen farmakologis
u. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia
v. Laju metabolisme
1.3 Patofisiologi
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan kedalam otak
melalui traktus (jaras) spinolamikus (mekanismenya hampir sama dengan sensasi
nyeri). Kerika sinyal suhu tubuh sampai tingkat medula spinalis, sinyal akan menjalar
dalam kraktus lissauer beberapa segmen diatas atau dibawah, selanjutnya akan berakhir
terutama pada lamina I,II,dan III radiks dornalis. Setelah mengalami percabangan
melalui satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan
diajarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral
sisi berlawanan dan akan berakhir di tingkat retikular batang dan kompleks ventrobasal
talamus. Beberapa sinyal tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke konteks
smatosensorik. Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif yaitu rektum,
membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rektal. Suhu permukaan
yaitu tubuh terdapat pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat
berfrekuensi sebesar 40-20°C. Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus,
hipotalamus ini dikenal sebagai temostat yang berada dibawah otak. Terdapat dua
hipotalamus, yaitu hipotalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas
dan hipotalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
1.4 Patways
1.5 Macam/Jenis
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting. Peningkatan
system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan virus).
Polademam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah
pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Pirogen,
seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai
antigen yang memicu respons sistem imun.

b. Kelelahan akibat panas

Kelelahan akibat panas karena terjadi bila diaferosis yang banyak


mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh
lingkungan yang terpajan panas. tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal
umum selama kelelahan akibat panas. tindakan pertama yaitu memindahkan pasien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.

c. Hipertemi

Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh


menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas tersebut disebut
hipertermi. Hipertermi terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus
dapat mempengaruhi mekanisme panas. Hipertermi malginan adalah kondisi
bawaan yang tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang
yang rentang mengunakan obat-obatan anastetik tertentu.
d. Headstroke

Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap matahari
atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan, panas pada tubuh
kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya dengan
mortalitas yang tinggi. Pasien yang berisiko adalah anak-anak, lansia, pederita
penyakit kardiovaskular, hipotiroid, diabetes atau alkoholisme. Resiko ini juga
terdapat pada individu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi
kemampuan tubuh untuk membuang panas. (fenotiazin, antikolinergik, deuretik,
amfetamin, dan antagonis beta-adrenergik), serta pasien yang berolahraga atau
bekerja keras (atlet, pekerja bangunan, dan petani). Tanda dan gejala heatstroke
adalah rasa bingung, haus yang sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan dan
bahkan inkontinensia. Tanda yang paling penting adalah kulit yang panas dan
kering.

e. Hipotermi

Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap lingkungan dingin
akan melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas, sehingga terjadi
hipotermi. Hipotermi dikelompokan oleh pengukuran suhu int

1.6 Kebutuhan Fisiologis Suhu Tubuh


Manusia memiliki kebutuhan fisiologis terkait suhu tubuh untuk menjaga kesehatan
dan kinerja optimal. Beberapa kebutuhan fisiologis suhu tubuh manusia melibatkan :
a. Suhu Tubuh Normal
Tubuh manusia biasanya berusaha mempertahankan suhu inti sekitar 98,6
derajat Fahrenheit (37 derajat Celsius). Fluktuasi besar dari suhu ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan.
b. Termostat Tubuh
Hipotalamus dalam otak berperan sebagai termostat tubuh, mengatur suhu
tubuh dengan merespons perubahan suhu eksternal dan internal.
c. Pertukaran Panas
Proses pertukaran panas melibatkan konduksi (pemindahan panas melalui
sentuhan langsung), konveksi (pemindahan panas melalui pergerakan fluida,
seperti udara), radiasi (pemindahan panas melalui radiasi gelombang
elektromagnetik), dan evaporasi (pemindahan panas melalui penguapan cairan,
seperti keringat).
d. Keringat
Keringat adalah mekanisme penting yang digunakan tubuh untuk
mendinginkan diri. Saat tubuh panas, kelenjar keringat aktif mengeluarkan cairan
dari pori-pori kulit, dan proses penguapan ini menyerap panas dari tubuh.
e. Perilaku pengaturan suhu
Manusia juga menggunakan perilaku untuk mengatur suhu tubuh, seperti
mengenakan pakaian sesuai dengan kondisi cuaca atau mencari tempat yang lebih
sejuk atau hangat.
f. Asupan cairan dan nutrisi
Asupan cairan dan nutrisi yang cukup juga penting untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat
mempengaruhi produksi energi dan panas dalam tubuh.
g. Tidur yang cukup
Tidur yang cukup membantu tubuh untuk pulih dan mempertahankan suhu
tubuh yang seimbang.
1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Suhu Tubuh
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan suhu tubuh
diantaranya (Fransiska, 2018):
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu
tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari suhu
lingkungan. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Pada
dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dewasa
muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada
dewasa tua adalah 36°C. mereka lebih sensitif terhadap suhu ekstrem karena
perburukan mekanisme atau berkurangnya aktivitas kelenjar keringat dan
metabolisme yang menurun.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuh lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan
dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh daapat meningkatkan suhu tubuh
sampai 41°C.
c. Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan
meningkatkan produksi panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal
yang lebih tinggi.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang
tepat suhu tubuh manusia berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan
lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi
suhu yang kurang efisien.
e. Penyakit
Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh diantaranya
adalah :
1. Demam Berdarah Dengue
2. Demam Tifoid
3. Febris / Demam
4. Malaria
1.8 Manifestasi klinik
a. Hipertermia
Hipertemia merupakan keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8°C per oral atau 38,8°C per
rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal. Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal hipertermi adsalah keadaan suhu
tubuh seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya (Heriyati, 2019).
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas, yang terjadi ketika orang yang
rentan menggunakan obat-obatan teretentu.
Menurut (Heriyati, 2019) mengatakan suhu normal tubuh berkisaran
antara 36,50°C - 37,50°C hipertermia jika suhu tubuh >37,50°C dan hipertermi
jika suhu tubuh <36,50°C. Ada beberapa tanda dan gejala hipertermia :
1. Suhu tinggi 37,8°C peroral 38,8°C per rektal
2. Takikardi
3. Takipnea
4. Menggigil
5. Dehidrasi
6. Pusing
7. Kejang
b. Hipotemia
Hipotemia ialah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus
terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotemia. Hipotemia diklasigikasikan melalui pengukuran
suhu inti. Hal teresbut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama
proseder bedahh untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh
terhadap oksige (Sinta, 2017)
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga
dapat didefinisikansuhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia
juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah
35°C.sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35°C. Hipotermi adalah
keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresikoHipotermi adalah
keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
penurunan suhu tubuh terus menerus dibawah 35,5ºC per rektal
karenamengalami penurunan suhu tubuh terus menerus dibawah 35,5ºC per
rektal karena peninngkatan kerentanan terhadap faktor eksternal. Tanda dan
gejala hipotermia :
1. Hipotermia Ringan :
- Menggigil
- Pusing
- Lapar
- Mual
- Laju napas meningkat
- Denyut jantung meningkat
- Lemas
2. Hipotermia Berat
- Penurunan kesadaran
- Mengigau
- Tidak dapat berkosentrasi
- Nadi lemah dan lambat
- Laju pernapasan melambat
A. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat penyakit dan keluhan
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : mengidenfikasi kemungkinan terjadinya
resiko infeksi
b. Pemeriksaan urine
c. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
thypoid
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
4. Uji tourniquet
B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Data demografi (meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, komunikasi yang dipakai,
termasuk biodata penanggung jawab, tanggal pengkajian, diagnosa
medis).
b. Faktor sosial ekonomi dan budaya
c. Faktor lingkungan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): panas
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit) : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala
lain yang menyertai demam (misalnya : mual, muntah, nafsu makan,
eleminasi, nyeri otot, dan sendi dll) apakah menggigil, gelisah
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien )
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
3. Pemeriksaan fisik
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin, kering, kemerahan,
hangat, dan turgor kulit menurun)
c. Tanda-tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, sakit kepala,
nyeri otot, lemah dll
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul
a) Hipertermi (D.0130) berhubungan dengan penyakit
b) Hipotermi (D.0131) berhubungan dengan penurunan suhu dibawah rentang
normal
c) Termoregulasi tidak efektif (D.0149) berhubungan dengan suhu tubuh
c. Kriteria hasil dan intervensi
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Hipertermi (D.0130) Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)


berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan suhu tubuh Observasi
penyakit (mis. Infeski, kembali dalam rentang normal dengan 1. Identifikasi penyebab hipertermia ( mis.
kanker) kriteria hasil : Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Termoregulasi (L.14134) penggunaan inkubator)
Indikator SA ST 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Mengigil 1 5
Terapeutik
Pucat 1 5
1. Sediakan lingkungan yang dingin
Ket :
1. Meningkat 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

2. Cukup meningkat 3. Ganti linen setiap hari atau lebih sering


3. Sedang jika mengalami hiperhidrosis (keringat
4. Cukup menurun
berlebih)
5. Menurun
4. Lakukan pendinginan eksternal ( mis.
Selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
Indikator SA ST
5. Berikan oksigen, jika perlu
Suhu tubuh 1 5
Edukasi
Suhu kulit 1 5
1. Anjurkan tirah baring
Tekanan darah 1 5
Kolaborasi
Ket :
1. memburuk 1. Kolaborasi pemberian cairan dan

2. cukup memburuk elektronik intravena, jika perlu

3. sedang
4. cukup membaik
5. membaik

2. Hipotermi (D.0131) Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Hipotermia (L.14507)


berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan suhu kembali Observasi
penurunan suhu pada rentang normal dengan kriteria 1. Monitor suhu tubuh
dibawah rentang normal hasil : 2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis.
Terpapar suhu lingkungan rendah,
Termoregulasi (L.14134) pakaian tipis, kerusakan hipotalamus,
Indikator SA ST penurunan laju metabolisme,
kekurangan lemak subkutan)
Mengigil 1 5
3. Monitor tanda dan gejala akibat
Pucat 1 5 hipotermia (hipotermia ringan :
takipnea, disatria, menggigil, hipertensi,
Ket :
diuresis. Hipotermia sedang : aritmia,
1. Meningkat
hipotensi, apatis, koagulopati, refleks
2. Cukup meningkat
menurun,. Hipotalamus berat : oliguria,
3. Sedang
refleks menghilang, edema paru, asam-
4. Cukup menurun
basa abnormal)
5. Menurun
Terapeutik

Indikator SA ST 1. Sediakan lingkungan yang hangat


(mis,atur suhu ruangan, inkubator)
Suhu tubuh 1 5
2. Ganti pakaian atau linen yang basah

Suhu kulit 1 5 3. Lakukan penghangatan pasif ( mis,


selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
Tekanan darah 1 5 4. Lakukan penghangatan aktif eksternal
(mis. Kompres hangat, botol hangat,
Ket : selimut hangat, perawatan metode
1. memburuk kangguru)
2. cukup memburuk 5. Lakukan penghangatan aktif internal
3. sedang (mis. Infus cairan hangat, oksigenasi
4. cukup membaik hangat, lavase peritoneal dengan cairan
5. membaik hangat )
Edukasi

1. Anjurkan makan/minum hangat


3. Termoregulasi tidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Regulasi Temperatur (L.14578)
efektif (D.0149) 3x24 jam diharapkan suhu kembali Observasi
berhubungan dengan pada rentang normal dengan kriteria 1. Monitor suhu tubuh
suhu tubuh hasil : 2. Monitor tekanan darah, frekuensi
Termoregulasi (L.14134) pernafasan, dan nadi
Indikator SA ST 3. Monitor warna kulit dan suhu kulit
4. Monitor dan catat tanda dan gejala
Mengigil 1 5
hipotermia dan hipertermia
Pucat 1 5
Terapeutik
Ket : 1. Pasang alat pemantau suhu kontinu,
1. Meningkat jika perlu
2. Cukup meningkat 2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
3. Sedang yang adekuat
4. Cukup menurun 3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
5. Menurun kebutuhan pasien

Edukasi
Indikator SA ST
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermia
Suhu tubuh 1 5
karena terpapar udara dingin

Suhu kulit 1 5 Kolaborasi


1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
Tekanan darah 1 5
perlu

Ket :
1. memburuk
2. cukup memburuk
3. sedang
4. cukup membaik
5. membaik
Perfusi perifer (L.02011)
Indikator SA ST

Warna kulit pucat 1 5

Kelemahan otot 1 5

Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Indikator SA ST

Akral 1 5

Turgor kulit 1 5

Tekanan darah 1 5
sistolik
Tekanan darah 1 5
diastolic
Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang baik dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
perlu pendekatan lain. Penilaian keperawatan merupakan suatu kegiatan yang
melaksanakan rencana tindakan yang telah dilakukan. Untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil yang diterima
atau didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Heriyati, B. (2019). Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak yang Mengalami Hipertermi di Ruang Melur Rumah
Sakit Umum Daerah Sidikalang.

Sinta, Dewi. (2017). Hubungan Pengetahuan tentang Hipotermi terhadap Praktik


Penanganan Hipotermi pada Mahasiswa Pecinta Alam.

Fransiska, L. (2018). Suhu Tubuh: Homeostasis dan Efek Terhadap Kinerja Tubuh
Manusia .

Anda mungkin juga menyukai