Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH

A. Definisi

Suhu tubuh adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia


mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas, sehingga
panas dalam tubuh dipertahankan secara konsisten. Suhu tubuh manusia
berpusat pada hipotalamus anterior

Suhu merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang


dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan
eksternal atau substansi panas dingin atau permukaan kulit
tubuh.Hipertermi atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seseorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh.

Adapun lokasi untuk pengukuran temperatur tubuh adalah:

a. Ketiak (aksila)

b. Anus (rektal)

c. Dibawah lidah (liblingual)

B. Mekanisme Fisiologi Sesuai Kebutuhan dalam Bentuk Skematik


1. Fungsi fisiologi kebutuhan suhu tubuh

a. Produksi panas

Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme yang


merupakan reaksi kimia pada sel tubuh. Makanan merupakan sumber
bahan bakar yang utama bagi metabolisme. Suhu tubuh membutuhkan
fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia selular
memerlukan bila metabolisme meningkat, panas tubuh meningkat dan
diproduksi. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos,
gerakan otot dan termogenesis.
1) Metabolisme basal merupakan penghasil panas yang diproduksi
tubuh saat istirahat. Jumlah rata-rata metabolisme (BMR) bergabung
pada luas permukaan tubuh. Hormon tyroid juga mempengaruhi BMR
dengan cara meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh.
Hormon tyroid meningkatkan laju reaksi kimia yang hampir seluruh
sel tubuh.

2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan


membutuhkan tambahan energi. Produksi panas dapat meningkat
diatas 50 kali normal.

3) Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang


berbeda dalam tubuh. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas
4-5 kali lebih besar dan normal. Panas di produksi untuk
mempertahankan suhu tubuh. Pengeluaran dan produksi panas terjadi
secara stimultan. Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan
secara konstan.Pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi dan evaporasi.

 Radiasi merupakan perpindahan panas dari permukaan sutau objek


ke permukaan objek lain tanpa bersentuhan. Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik.
 Konduksi merupakan perpindahan panas dari satu objek ke objek
lain ke kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek
yang lebih dingin, panas akan hilang.
 Konveksi merupakan perpindahan panas karena gerakan udara.
Panas di produksi pertama kali pada molekul udara secara
langsung dalam kontak dengan kulit.
 Evaporasi merupakan panas karena gerakan udara menjadi gas.
Tubuh secara kontinu kehilangan panas melalui evaporasi kira-
kira 1000 kali sampai 9000 ml sehari, yang menguap dari kulit dan
paru yang mengakibatkan kehilangan panas dan air
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
a. Usia
Regulasi suhu tidak stabil dari anak-anak sampai mencapai
pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai
seseorang mendekati lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh
yang lebih sempit dari pada dewasa awal.Suhu oral 35ºC tidak lazim
pada lansia sekitar 36ºC, lansia terutama sensitif terhadap suhu
ekstrem karena mekanisme kontrol terutama pada kontrol vasometer
(kontrol vasokontriksi dan vasodilatasi) penurunan curah
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
pemecahan KH, dan lemak. Hal ini menyebabkan eningkatan
metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat
meningkatkan produksi panas, akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
Olahraga yang lama seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu
tubuh untuk sementara sampai 41ºC.
c. Kadar hormone
Secara umum, wanita fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkat dan
menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar
progesteron rendah suhu tubuh beberapa derajat di bawah kadar batas.
d. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk RS atau tempat praktik dokter
suhu tubuhnya lebih tinggi dari batas normal. (adanya kerja hormon
epinefrin dan non epinefrin yang memecah glikogen menjadi energi
dan menghasilkan panas)
D. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI
Gangguan pengaturan suhu tubuh menuru:
a. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6-40˚C) dan hiperpireksia (>40˚C) merupakan
kondisiutuhnya mekanisme termoregulasi tetapi suhu tubuh
dipertahankan pada angkayang tinggi. Infeksi adalah penyebab utama
pireksia. Penyebab pireksia yang lain adalah dehidrasi, obat-obatan
tertentu, keganasan, pembedahan, traumaberat, infark miokardium
akut, reaksi tranfusi darah, gagal jantung, danhiperteroid.
b. Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat
kehilanganmekanisme termoregulasi. Terdapat disfungsi hipotalamus.
Kondisi inidisebabkan oleh masalah system saraf pusat (SSP) dan
tidak berespon terhadapterapi antipiretik. Metabolisme serebri
meningkat sehingga otak memilikikesulitan besar dalam mengatasi
peningkatan produksi karbon dioksida. Terjadivasodilatasi serebri dan
dapat meningkatkan tekanan intrakarnial sehinggamembahayakan
pasien yang mengalami gangguan neurologis. Suhu 41-43˚C
menyebabkan kerusakan saraf, koagulasi, dan konvulsi. Jika
keadaanberbahaya ini tidak dibalikan melalui upaya pendinginan yang
efektif, individumenderita kerusakan otak permanen dan
kematian.Kondisi yang menyertai hipertermia terdiri dari heatcramps
(kram akibat terpajan suhu panas), heat exhaustion (kelelahan akibat
terpajan suhu panas) heat stroke (kenaikan suhu tubuh tanpa keluar
keringat), hipertermia maligna, dan hipertermia malignaantipsikotik
(neuroleptik).
c. Hipotermia
Hipotermia adalah suhu inti yang kurang dari 35˚C. Hampir
semuaproses metabolisme dapat dipengaruhi oleh hipotermia. Derajat
hipotermiadiklasifikasikan sebagai ringan (suhu tubuh 32-35˚C),
sedang (28-31,5˚C),berat (20-27˚C), dan sangat berat (<20˚C).
Hipotermia dapat bersifat insidentalatau terpeutik. Individu berusia
ekstrem dan mereka yang terpajan kondisi lingkungan yang buruk,
rentan mengalapmi hipotermia insidental. Kematian biasanya terjadi
jika suhu inti turun dibawah 25˚ C. hipotermia terapeutik dapat dipicu,
akibat kurang hati-hati atau pasca anestesia.d. Frosbite Frostbite adalah
cedera lokal akibat suhu dingin pada permukaan tubuh, dan bukan
pada intinya (seperti pada hipotermia). Frostbite terjadi akibat
pemajanan suhu dibawah beku. Jari, tangan, kaki, jari kaki, dan wajah,
terutama hidung, telinga dan pipi, paling beresiko mengalami frostbite
DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah, Intansari. (2018). Nursing Interventions Classification


(NIC).Yogyakarta:Mocomedia.

Nurjannah, Intansari. (2018). Nursing Outcomes Classification (NOC).


Yogyakarta: Mocomedia.

Tarwoto, Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan


Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai