Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

Disusun oleh:
Ferry Irawan
1814901210147

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN NERS B


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2019/2020
I. Konsep Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh Normal Dengan Cara Menyesuaikan
Pakaian dan Memodifikasi Lingkungan
1.1 Definisi Suhu Tubuh Normal
Suhu tubuh adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas, sehingga panas dalam tubuh
dipertahankan secara konsisten. Suhu tubuh manusia berpusat pada hipotalamus
anterior. Terdapat 3 komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas.
Suhu merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh
dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan eksternal atau substansi panas
dingin atau permukaan kulit tubuh.
Hipertermi atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seseorang
individu mengalami kenaikan suhu tubuh.
Adapun lokasi untuk pengukuran temperatur tubuh adalah:
a. Ketiak (aksila)
b. Anus (rektal)
c. Dibawah lidah (liblingual)

1.2 Fungsi fisiologi kebutuhan suhu tubuh


a. Produksi panas
Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme yang merupakan reaksi
kimia pada sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar yang utama
bagi metabolisme. Suhu tubuh membutuhkan fungsi normal dari proses
produksi panas. Reaksi kimia selular memerlukan bila metabolisme meningkat,
panas tubuh meningkat dan diproduksi. Produksi panas terjadi selama istirahat,
gerakan otot polos, gerakan otot dan termogenesis.
1) Metabolisme basal merupakan penghasil panas yang diproduksi tubuh saat
istirahat. Jumlah rata-rata metabolisme (BMR) bergabung pada luas
permukaan tubuh. Hormon tyroid juga mempengaruhi BMR dengan cara
meningkatkan pemecahan glukosa dan lemak tubuh. Hormon tyroid
meningkatkan laju reaksi kimia yang hampir seluruh sel tubuh.
2) Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan membutuhkan
tambahan energi. Produksi panas dapat meningkat diatas 50 kali normal.
3) Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda
dalam tubuh. Menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4-5 kali lebih
besar dan normal. Panas di produksi untuk mempertahankan suhu tubuh.
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara stimultan. Struktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan. Pengeluaran panas secara
normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
1) Radiasi merupakan perpindahan panas dari permukaan sutau objek ke
permukaan objek lain tanpa bersentuhan. Panas berpindah melalui
gelombang elektromagnetik.
2) Konduksi merupakan perpindahan panas dari satu objek ke objek lain ke
kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin,
panas akan hilang.
3) Konveksi merupakan perpindahan panas karena gerakan udara. Panas di
produksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak
dengan kulit.
4) Evaporasi merupakan panas karena gerakan udara menjadi gas. Tubuh
secara kontinu kehilangan panas melalui evaporasi kira-kira 1000 kali
sampai 9000 ml sehari, yang menguap dari kulit dan paru yang
mengakibatkan kehilangan panas dan air (Wikipedia, org).

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh


a. Usia
Regulasi suhu tidak stabil dari anak-anak sampai mencapai pubertas. Rentang
suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari pada dewasa awal.
Suhu oral 35ºC tidak lazim pada lansia sekitar 36ºC, lansia terutama sensitif
terhadap suhu ekstrem karena mekanisme kontrol terutama pada kontrol
vasometer (kontrol vasokontriksi dan vasodilatasi) penurunan curah jumlah
jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat dan penurunan
metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan KH, dan
lemak. Hal ini menyebabkan eningkatan metabolisme dan produksi panas.
Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas, akibatnya
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga yang lama seperti lari jarak jauh, dapat
meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria.
Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus
menstruasi. Bila kadar progesteron rendah suhu tubuh beberapa derajat di
bawah kadar batas.
d. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk RS atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya lebih tinggi
dari batas normal. (adanya kerja hormon epinefrin dan non epinefrin yang
memecah glikogen menjadi energi dan menghasilkan panas).

Perubahan suhu tubuh manusia


1. Hipertermi
Keadaan dimana ketika seseorang individu mengalami atau beresiko
mengalami kenaikan suhu tubuh terus-menerus lebih tinggi dari 37,8ºC per
rectal karena faktor eksternal:
 Pola hipertermi
1) Terus menerus merupakan pada demam yang tingginya menetap
lebih dari 24 jam bervariasi 1ºC-2ºC.
2) Intermiten: demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal, suhu akan kembali normal paling sedikit sekali 24 jam.
3) Relaps: oeriode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal episode demam.
4) Remiten: dimana demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
suhu normal
2. Hipotermi
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu
kesulitan mengatasi normal (suhu dingin), suhunya berada dibawah
35ºC.
Gejalanya:
1) Penderita berbicara ngelantur
2) Kulit sedikit berwarna abu-abu
3) Detak jantung melemah
4) Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha
untuk menghasilkan panas.
5) Irama sirkadian (Siklus 24 jam gelap dan terang) suhu tubuh
berubah normal (0,5ºC - 1ºC selama periode 24 jam). Bagaimanapun
suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh
biasanya paling rendah pada jam 01.00-04.00 dini hari dan
meningkat pada waktu pagi-siang hari. Namun perlu diketahui
puncak suhu meningkat pada usia lansia yaitu pada dini hari.
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan
suhu tubuh akan naik. Jika klien berada dilingkungan luar tanpa baju
hangat, suhu tubuh mungkin mudah karena penyebaran yang efektif
dan pengeluaran panas yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
Pada pasien hipotermi pasien tidak sadarkan diri, badan menjadi
sangat kaku, pupil mengalami dilatasi dan pernafasan sangat lambat
hingga tidak terlihat. Mekanisme tubuh kerja suhu tubuh menjadi
menurun:
 Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh: karena rangsangan pada
pusat simpatis hipotalamus posterior.
 Piloreksi: rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili
yang melekat pada folike rambut berdiri
 Peningkatan pembentukan panas: sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akbiat
rangsangan simpatis, sera peningkatan sekresi tiroksin.
3. Demam (hiperpireksia)
Demam merupakan temperatur tubuh dari atas batas normal, penyebab
tersering, yaitu karena bakteri, tumor, dan keadaan lingkungan.
Pengaturan temperatur hipotalamus pada penyakit demam efek pirogen.
Hasil pemecahan protein dan zat termostas hipotalamus. Zat yang
menimbulkan efek seperti ini disebut pirigen. Pirogen yang dilepaslan
oleh bakteri atau pirogen dilepaskan dari degenarasi jaringan tubuh
dapat menyebabkan demam dan peranan interleukin-I.
Apabila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan
atau dalam darah keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan dan limfosit. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna
hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interlekuin-II ke dalam
cairan tubuh yang juga disebut pirogen leukosit atau pirogen endogen.
Interlekuin-I saat mencapai hipotalamus segera menimbulkan demam.
 Hiperpireksia atau demam adalah kegagalan mekanisme
pengeluaran panas untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan produksi panas.
4. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan,
disebabkan oleh lingkungan yang terpajan dengan panas. Tindakan yang
dapat dilakukan yaitu memindahkan pasien ketempat yang lebih dingin
serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan suhu tinggi
dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, klien dengan resiko tinggi pada penyakit kardiovaskular,
hpertiroidisme, diabetes dan alkoholik dan klien yang mengonsumsi
obta-obatan yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan
panas dan mereka yang menjalani olahraga berat.
Tanda gejalanya:
 Konvulsi atau kejang
 Delirium
 Mual
 Kram otot
 Gangguan visual
 Inkontinensai urine
Gejala-gejala yang lebih penting adalah kulit hangat dan kering.
Penderita heatstroke banyak kehilangan cairan dan elektrolit dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke yangbesar pada suhu 40,5ºC
mengakibatkan keruasakan jaringan pada sel dan semua jaringan
organ tubuh. Jika kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar,
pupil tidak reaktif, dan terjadi kerusakan neurologis yang permanen
terkecuali dapat tindakan pendinginan yang cepat.

1.4 Macam-macam gangguan pada kebutuhan suhu tubuh


a. Serangan demam
Apabila temperatur tubuh meningkat melebihi temperatur krisis. Hiperpireksi
dari temperatur jaringan tubuh teutama otak, efek yang membahayakan dari
temperatur suhu tubuh adalah perdarahan lokal dan degenerasi. Perenkimatosa
sel di seluruh tubuh, terutama otak, kerusakan pada hati, dan ginjal dan organ
tubuh lainnya yang sering akan memperburuk keadaan.
b. Demam
Merupakan titik patokan atau peningkatan suhu tubuh di atas normal. Dengan
peningkatan titik patokan (sel point) tersebut, maka hipotalamus mengirim
sinyal untuk meningkatkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan mengigil dan
meningkatkan metabolisme basal.
 Karakteristik demam
 Menggigil atau kedinginan
 Krisis atau kematian
 Mekanisme demam
 Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin-I yang
disebut pirogen endogen
 Interleukin-I dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag dan sel-sel yang
mengalami cidera.
 Interleukin, tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan
prostaglandin yang merangsang hipotalamus.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan suhu tubuh


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
 Mengidentifikasi klien yang memiliki peningkatan suhu diatas batas
normal.
 Mengkaji tanda dan gejala perubahan suhu dan faktor yang secara
normal mempengaruhi suhu tubuh.
2.1.2 Pemeriksaan fisik
 Hitung tanda-tanda vital ketika panas terus-menerus dan sesuai perintah
(2/4 jam).
 Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor kulit (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun).
 Tanda-tanda dehidrasi
 Perubahan tingkah laku: bingung disorientasi, gelisah disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur (luka, sputum, urine, darah)
 Mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang
 Untuk menentukan obat yang efektif
2. Sel darah putih:
 Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
 Leucositosis (15.000-30.000)
3. Elektrolit serum:
 Ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, perpindahan cairan,
perubahan fungsi ginjal.
4. Glukosa serum:
 Sebagai respon dari puasa dan perubahan seluler dalam
metabolisme.
5. Urinalisis: bakteri penyebab infeksi

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan untuk berkeringat.
2.2.1 Definisi: peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
2.2.1 Batasan karakteristik
a. Objektif
 Kulit merah
 Suhu tubuh di atas rentang normal
 Frekuensi nafas meningkat
 Kejang tau konvulsi
 Kulit teraba hangat
 Takikardia
 Takipnea
2.2.3 Faktor yang berhubungan
 Dehidrasi
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau penurunan untuk berkeringat
 Pakaian yang tidak tepat
 Peningkatan laju metabolisme
 Obat atau anestesia
 Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
 Aktivitas yang berlebihan

2. Penurunan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan laju metabolik


2.2.4 Definisi: suhu tubuh di bawah rentang normal
2.2.5 Batasan Karakteristik
a. Objektif
 Kulit dingin
 Bantalan kuku sianosis hipertensi
 Pucat
 Merinding
 Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal
 Menggigil
 Pengisisan ulang kapiler lambat
 Takikardia
2.2.6 Faktor yang berhubungan
 Penuaan
 Konsumsi alkohol
 Kerusakan hipotalamus
 Penurunan laju hmetabolik
 Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk menggigil
 Ketidakaktifan
 Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi
 Malnutrisi
 Obat-obatan (menyebabkan vasodilatasi)
 Terpajan lingkungan yang dingin atau kedinginan (dalam waktu
lama).
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan atau
penurunan kemampuan untuk berkeringat
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
a. Pasien akan menunjukkan suhu tubuh yang dibuktikan oleh indikator
gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5:gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
 Peningkatan suhu kulit
 Hipertermia
 Dehidrasi
 Mengantuk
b. Pasien akan menunjukkan suhu tubuh yang dibuktikan oleh indikator
gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5:gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
 Berkeringat saat panas
 Denyut nadi radialis
 Frekuensi pernafasan
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Intervensi
 Terapi demam
 Kewaspadaan hipertermia maligna
 Perawatan bayi baru lahir
 Regulasi suhu
 Pemantauan tanda vital
b. Rasional
 Penatalaksanaan pasien yang mengalami hiperpireksia akibat faktor
selain lingkungan
 Pencegahan atau penurunan respons hipermetabolik terhadap obat-
obat farmakologis yang digunakan selama pembedahan
 Penatalaksanaan neonatus selama transisi dari ke kehidupan di luar
rahim dan periode stabilisasi selanjutnya
 Mencapai atau mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
 Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan,
dan suhu tubuh untuk menetukan serta mencegah komplikasi.

Diagnosa 2: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan laju metabolik


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
a. Pasien akan menunjukkan suhu tubuh yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5): gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan
atau tidak ada gangguan):
 Penuruanan suhu tubuh
 Perubahan warna kulit
b. Pasien akan menunjukkan suhu tubuh yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5): gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan
atau tidak ada gangguan):
 Merinding atau kedinginan
 Menggigil saat kedinginan
 Laporan suhu yang nyaman
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Intervensi
 Terapi hipotermia
 Perawatan bayi baru lahir
 Regulasi suhu
 Pemantauan tanda vital
b. Rasional
 Menghangatkan kembali dan melakukan surveilans pasien yang
memiliki suhu tubuh kurang dari 35ºC
 Penatalksanaan neonatus selama transisi ke kehidupan di luar rahim
periode stabilisasi selanjutnya
 Mempertahankan atau mencapai suhu tubuh intra bedah yang
diharapkan
 Mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, pernapasan,
dan suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah komplikasi.

III. Daftar Pustaka


 Walkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta:EGC
 Wikipedia.org/wiki/barel. Body. Temperature.com. Diakses pada tanggal 2 April 2019.
Jam 21.36 WITA.

Banjarmasin, 2 April 2019

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(Yustan Azidin. Ns., M.Kep) (Sri Benajir, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai