Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN MANUSIA PADA Tn.

A GANGGUAN
KEAMANAN DAN PROTEKSI HIPERTERMIA : TERMOREGULASI
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANG DAHLIA
Disusun dalam rangka memenuhi tugas

Stase Keperawatan Dasar Manusia

Disusun Oleh :

NAMA : Triana Erlinda Sari

NIM : C1021045

Dosen Pembimbing : Eka Diana Permatasari, M.Kep

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA SLAWI


Tahun Ajaran 2022/2023

BAB I

KONSEP GANGGUAN KEAMANAN DAN PROTEKSI HIPERTERMIA( Termoregulasi )

1.1 Definisi Konsep Gangguan Keamanan Dan Proteksi Hipertermia


1.1. 1 Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan, termoregulasi manusia berpusat pada hipotalamus anterior.
Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem pengaturan panas Suhu atau
termoregulasi merupakan suatu perbedaan antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh
tubuh dengan jumlah panas yang hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas
dingin / permukaan kulit tubuh.
a. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu
dalam tubuh dibawah 35 o C
1.2 Etiologi
1. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara
konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi.
a. Radiasi Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek
lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik.
Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah
permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi
dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek
yang lebih dingin disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek
juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek
sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas,
cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada
molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara
hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-
kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Ketika suhu tubuh
meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat untuk melepaskan
keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik.
Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring
kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada dibawah dermis
kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair
yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit.
Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas.
Diaphoresi kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.

1.4 Gangguan atau masalah yang muncul


Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala kurang
volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama
yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan
yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,50C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus
hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak
ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di dalam
sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap,
analgesik dan perlindungan area yang terkena.

1.5 Faktor yang berhubungan


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah
faktor yang mempengarui suhu tubuh :
1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk
dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat
berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.Bayi baru lahir
mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu
menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari
ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC.
Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
2. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas
Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal.Suhu oral 35 ºC
tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36
ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme
kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi),
penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan
metabolisme.
3. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan
lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas.Segala jenis
olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.Olahraga
berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara
sampai 41 ºC
4. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan
pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi.
Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu
tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada
wanita menopause.Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode
panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
5. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia.Suhu tubuh paling rendah
biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai
seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.Penting diketahui, pola suhu
tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu
waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum,irama suhu sirkadian tidak
berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada
lansia (lenz,1984)
6. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.Klien yang cemas saat masuk
rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
7. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat,
klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas
dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh
mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif.Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekaisme suhu mereka kurang efisien.
8. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan
kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakiatkan peningkatan suhu
abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika <39oC. Demam terjadi akibat
perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam
dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
9. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan. Juga disebabkan oleh lingkungan yang panas.
10. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
11. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan
yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi.Klien berisiko termasuk yang masih
sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas
(mis.Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-
adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet,
pekerja kontruksi dan petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi,
delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia.Tanda
yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering. Penderita heatstroke tidak
berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus.
Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada
sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45
ºC, takikardia dan hipotensi.
12. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia.Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti.Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau
tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan
kebutuhan tubuh terhada oksigen. Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien
menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah
turun. kulit menjadi sianotik.
1.5 Manifestasi Klinik
1. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC peroral
atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
a. Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
bervariasi 1oC – 2oC.
b. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali normal paling sedikit
sekali 24 jam.
c. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
2. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu, kesulitan mengatasi
suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35oC (suhu dingin)
Gejala :
a. Penderita berbicara nglantur
b. Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
c. Detak jantung lemah
d. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk menghasilkan
panas
e. Demam (hiperpireksia)
f. Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran panas untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas.
g. Kelelahan akibat panas
h. Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang terpapar oleh panas.
3. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi ini disebut heat stroke.

Tanda dan gejala :


a. Konvulsi, kram otot, inkontinensia
b. Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.
c. Sangat haus
d. Kulit sangat hangat dan kering

1.6. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8oC oleh pusat pengatur
suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam pengaturan suhu tersebut selalu menjaga
keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan
panas yang dilepas melalui kulit dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat
mempertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki
fluktuasi harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan dipusat pengatur
suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set point ( derajat celcius ) pada remote AC
yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka temperature, ruangan akan menjadi
lebih hangat, maka nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2oC pada
pengukuran dipagi hari dan atau melebihi 37,7oC, pada pengukuran sore hari dengan
menggunakan thermometer mulut

1.7. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin
1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol tiap 4 – 6 jam 3 x1 bila
panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan untuk membantu mencukupi kebutuhan
cairan dan membantu jalur masu obat parachetamol – cefotaxime sebagai antibiotic
diberikan secara intravena dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan rendah serat dan
memperbaiki gizi pasien.
2. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih
selama 14 hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Diet
6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit Makanan
mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian

2.1.1 Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, alamat, agama,
pendidikan, pekerjaan, status, informan, no registrasi, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab klien berupa, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
3) Catatan medis
2.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirsakan pasien untuk mencari bantuan.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit dan yang dirasakan
sekarang.
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien saat dulu, apakah pasien sudah
pernah sakit seperti ini atau belum.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama, meliputi penyakit turun temurun atau penyakit
tidak menular.

2.1.3 Pengkajian Pola Fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit parah.
Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter. Tandanya
adalah pasien terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa kondisinya
seprti ini meski segala hal yang telah dilarang telah dihindari.
2) Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
3) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
4) Pola aktifitas dan latian.
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien tidak
dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
5) Pola istirahat dan tidur.
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung mata.
Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.
6) Pola persepsi dan kognitif.
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan kesadaran
seperti ngomong nglantur dan tidak dapat berkomunikasi dengan jelas.
7) Pola konsep diri dan persepsi diri
Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema, citra
diri jauh dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya
diri.
8) Pola hubungan dan peran
Gejalanya pasien sering menghindari pergaulan, penurunan harga diri sampai
terjadinya HDR (Harga Diri Rendah). Tandanya lebih menyendiri, tertutup,
komunikasi tidak jelas.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Apakah pasien masih produktif, mempunyai keturunan atau tidak.
10) Pola mekanisme koping.
Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan dengan
tepat, mudah terpancing emosi.
11) Pola kepercayaan.
Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah
meninggalkan perintah agama. Tandanya pasien tidak dapat melakukan kegiatan
agama seperti biasanya.
3 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda-tanda vital
3) Kepala
4) Mata
5) Leher
6) Dada
7) Perut
8) Ekstremitas
.
2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ( D.0130 )

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis ( D.0077 )

2.3 Intervensi Keperawatan

NO. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam Manajemen Hipertermia (I.15506)
dengan diharapkan masalah Observasi :
dehidrasi hipertermia teratasi dengan - Identifikasi penyebab hipertermia
kriteria hasil : (dehidrasi, terpapar lingkungan
Termoregulasi (L.141344) pans, penggunaan ingkubator)
Indikator Awal Target - Monitor suhu tubuh
Menggigil 2 5 Terapeutik
Pucat 1 5 - Bersihi dan kipasi permukaan
tubuh
Keterangan :
- Berikan cairan oral
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
Indikator Awa Target
l
Suhu tubuh 1 5

Ventilasi 2 5
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri ( 1.08238 )
berhubungan keperawatan selama 3x24jam, - Identifikasi lokasi
dengan agen diharapkan : karakteristik, durasi,
pencederaan frekuensi, kualitas, intensintas
fisiologis Tingkat Nyeri (L.08066) nyeri
Indikator Awal Target - Identifikasi skala nyeri
Keluhan 1 5 - Identifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan
Meringis 2 5 memperingan nyeri
Gelisah 2 5 - Fasilitas istirahat dan tidur
Kesulitan 1 5 - Kolaborasi pemberian obat
tidur

Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan.
Buku 2, Surabaya : Salemba MedikaPotter, perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Hal, 2.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai