Anda di halaman 1dari 12

RESUME

TERMOREGULASI DAN MACAM TINGKAT KESADARAN

Dosen Pengampuh : Ns. Siti Hajaroh,S.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Andini Azhari

NIM : 2019.20.1512

AKADEMI KEPERAWATAN GARUDA PUTIH JAMBI

TAHUN AJARAN 2020/2021


TERMOREGULASI

A. DEFINISI TERMOREGULASI
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
B. MEKANISME PENGELUARAN PANAS
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Struktur kulit dan paparan
terhadap lingkungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui :
1. Radiasi
Perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke objek lain tanpa keduanya
bersentuhan.
Contohnya : melepaskan pakaian dan selimut.
2. Konduksi
Perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Contohnya : memberikan kompres es atau memandikan klien dengan air dingin.
3. Konveksi
Perpindahan panas karena gerakan udara.
Contohnya : Kipas angin,AC,dan pendingin udara.
4. Evaporasi
Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Contohnya : berkeringat.
5. Diaforesis
Respirasi visual dahi dan torak atas.
Contohnya : Bila suhu tubuh meningkat,kelenjar keringat mengeluarkan keringat yang
menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan,
masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme kontrol
suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan. Pakaian harus cukup dan paparan pada suhu yang ekstrim harus di
hindari. Bayi baru lahir mengeluarkan lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala
dan oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran
panas. Bila terlindung dari lingkungan yang ekstrim, suhu tubuh bayi dipertahankan
pada 35,5°C – 39,5°C. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan
bayi memasuki masa anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25°C – 0,55°C adalah
normal. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai pubertas tentang suhu
normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari ada dewasa awal. Suhu oral
35°C tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun, rentang suhu tubuh pada
lansia sekitar 36°C. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrim karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vase motor (kontrol vase
kontriksi dan vase dilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas
kelenjar keringat dan penurunan metabolisme.
2. Aktivitas
Dalam olah raga, aktivitas otot memerlukan penigkatan suplay darah dan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas segala jenis olahraga
dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga
berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh untuk
sementara sampai 41°C.
3. Kadar Hormon
Secara umum, wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan
pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fruktuasi suhu tubuh.
Kadar progesteron meningkatkan dan menurunkan secara bertahap selama siklus
menstruasi. Bila keadaan progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat di bawah
kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Selama
ovulasi jumlah progesteron yang lebih besar memasuki sistem sirkulasi dan
meningkatkan suhu tubuh sampai kadar batas atau lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat
digunakan untuk memperkirakan masa paling subur pada wanita untuk hamil.
Perubahan suhu juga terjadi pada wanita selama menopause (penghentian menstruasi).
Wanita yang sudah berhenti menstruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik-5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang
tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
4. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5°C sampai 1°C selama periode 24 jam.
Bagaimana pun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh
biasanya paling rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. Sepanjang hari, suhu
tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis berubah pada orang yang bekerja
pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
tersebut berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia.
Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.
5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau tempak praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat
hangat, klien mungkin tidak mkampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme
pengeluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada di lingkungan luar
tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh
suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.
D. KELELAHAN AKIBAT PANAS
Kelelahan akibat panas terjadi jika diaporesis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal
yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien
ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit.
1. Hipertemia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan suhu tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia.
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertemia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-
obatan anestetik tertentu.
2. Heatstroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstoke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda
atau sangat tua, memiliki penyakit kardiovaskuler, hipotiroidisme, diabetes atau
alkoholik. Yang juga beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas ( misal: penotiazin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antogonis reseptor beta-adrenergik) dan
mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (misal: atlit, pekerja
konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfuksi,
delirium, sangat haus, mual, keram otot, gangguan visual, dan bahkan inkontinensia.
Tanda yang paling penting dari heatstroke adalah kulit berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus heatstroke. Dengan suhu lebih besar
dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda
vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 40°C, takikardia dan hipotensi.
Otak mungkin merupakan organ yang lebih dahulu terkena karena sensitifitasnya
terhadap ketidak seimbangan elektrolit. Jika kondisi terus berlanjut klien menjadi tidak
sadar, pupil tidak reaktiv. Terjadi kerusakan neurologis yang permanent kecuali jika
tindakan pendinginan segera dimulai.
3. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia
diklarifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hipotermia aksidental biasanya terjadi
secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35°C, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34°C , frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Kulit menjadi sianotik. Jika hipotermia terus
berlangsung, klien akan mengalami distrimia jantung, kehilangan kesadaran dan tidak
responsif terhadap stimulus nyeri. Dalam kasus hipotermia berat, klien menunjukan
gejala klinis yang mirip dengan orang mati (misalnya tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah). Pengkajian suhu inti tubuh penting
bila diduga hipotermia. Termometer dengan bacaan khusus rendah mungkin
dibutuhkan karena termometer standar tidak memiliki angka dibawah 35°C. Radang
beku (frosbite) terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk didalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara
permanent. Daerah yang terutama rentan terhadap radang dingin adalah lobus telinga,
ujung hidung, jari, dan jari kaki. Daerah yang cedera berwarna putih berlilin, dan keras
jika tersentuh. Klien hilang sensasi pada daerah yang terkena. Intervensi termasuk
tindakan memanaskan secara bertahap analgesik dan perlindungan area yang terkena.
Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan panas:
1. Fisik
 Penambahan aliran darah permukaan tubuh
 Terjadi aliran darah maximum pada anggota badan
2. Keringat
Pada saat suhu kulit menurun, maka set point meningkat. Bila suhu kulit meningkat
pengeluaran keringat akan dimulai pada suhu hipothalamus yang lebih rendah,
daripada ketika suhu kulit yang lebih rendah. Pengeluaran keringat akan dihambat
ketika suhu kulit rendah. Jika tidak, efek gabungan dari rendahnya suhu kulit dan
pengeluaran keringat dapat menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih
banyak.
E. FISIOLOGI TERMOREGULASI
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri
dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi
otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil
hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu
sendiri terutama bila temperatur menurun.

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh dari fungsi yang terganggu hingga lingkungan yang
ekstrim. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila
pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan
melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti
tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan
tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan
konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen,
dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain
itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit,
jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai
40°C.

F. PATOFISIOLOGI TERMOREGULASI
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi, suhu tubuh secara normal berfluktuasi
sepanjang hari, 0,5°C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5°C diatas normal pada
malam hari. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik
dan aktivitas fisik. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set
point sekitar 37°C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya
ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point.
G. MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH BERUBAH
1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :
Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh
maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah
produksi keringat.
 Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada
kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak.
 Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas
melalui evaporasi.
 Penurunan pembentukan panas : Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :
Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh
maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas
otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan
vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap
dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara
mengeluarkan panas.
 Vasokontriksi : karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
 Piloereksi : Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada
folikel rambut berdiri.
 Peningkatan pembentukan panas : sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.
MACAM TINGKAT KESADARAN

A. DEFINISI TINGKAT KESADARAN


Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan. Tingkat kesadaran dibedakan menjadisebagai berikut :

 Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat


menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
 Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen
karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga
tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese
serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran
berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas
(kematian).
B. PENYEBAB PENURUNAN KESADARAN
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat
kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia),
kekurangan aliran darah, penyakit metabolic seperti diabetes mellitus, pada keadaan
hipo atau hipernatremia , dehidrasi, asidosis, alkalosis, pengaruh obat-obatan, alkohol,
keracunan, hipertermia, hipotermia, peningkatan tekanan intrakranial (karena
perdarahan, stroke, tomor otak), infeksi (encephalitis), epilepsi.
C. MENGUKUR TINGKAT KESADARAN
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil se-objektif
mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk
menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik
diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan
seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika
dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).
Metode lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil
yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya
apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness),
dan tidak ada respon (unresponsiveness).
D. PEMERIKSAAN GCS
GCS(Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu
diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata, bicara dan motorik. Hasil
pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung
responnya.
Eye (respon membuka mata) :
(4) : Spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon

Verbal (respon verbal) :

(5) : orientasi baik


(4) : bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi tempat dan
waktu.
(3)  : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2)  : suara tanpa arti (mengerang)
(1)  : tidak ada respon
Motor (respon motorik) :

(6) : mengikuti perintah


(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol


E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1. Jika dihubungkan dengan kasus
trauma kapitis maka didapatkan hasil :
1. GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)
2. GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
3. GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)
DAFTAR PUSTAKA

Alfian. 2014. Mengenali Hipotermia.http://indonesianmountains.org/mengenali-


hipotermia/ .
Pengaturan Suhu Tubuh.http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/suhu_
tubuh.html.( 30 maret 2020)
Rasuh,Raldo.2013. Termoregulasi.http://raldorasuh.wordpress.com/2013/02/21/termo
regulasi/ . (30 maret 2020).
Pratiwi, Dian Galih. 2014. Termoregulasi.
https://dgpratiwi.wordpress.com/2014/04/15/termoregulasi/ .(30 maret 2020).

Anda mungkin juga menyukai