Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI

Diajukan untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keterampilan Dasar Profesi


(KDP)

Oleh

REVY CITRA CARLINA


3211013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI

A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan
antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang
hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin / permukaan kulit
tubuh.
a. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu
dalam tubuh dibawah 35 o C.

B. Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi
utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus
berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan menerima informasi dari berbagai
bagian tubuh di kulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit dalam
mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk
mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal.
Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ºC
(Sherwood, 1996).
Pusat termoregulasi menerima masukan dari termoreseptor di hipotalamus itu
sendiri yang berfungsi menjaga temperatur ketika darah melewati otak
(temperatur inti) dan reseptor di kulit yang menjaga temperatur eksternal.
Keduanya diperlukan untuk melakukan penyesuaian.
 Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, memantau suhu kulit
di seluruh tubuh dan menyaurkan informasi mengenai perubahan
suhu permukaan ke hipotalamus
 Termoreseptor sentral, terletak diantara hipotalamus anterior,
medulla spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga
untuk medeteksi perubahan suhu darah.

Dalam hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu, yaitu : (Sherwood,2011)

 Regio posterior yang diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu
refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konveksi panas.
 Regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu refleks-refleks
yang memperantarai pengurangan panas.

Sensor dalam sistem termoregulasi adalah hipotalamus dan reseptor kulit


(reseptor perifer). Sedangkan efektor adalah kelenjar keringat, dan kapiler
kulit. Efektor ini memiliki tiga mekanisme yang terlibat dalam termoregulasi,
yaitu :

1. perubahan tingkah laku yang secara kuantitatif mekanisme ini lebih


efektif
2. respon vasomotor yang ditandai vasokonstriksi pembuluh darah dan
piloereksi sebagai respon terhadap dingin, dan vasodilatasi dan
berkeringat sebagai respon terhadap panas
3. menggigil dan peningkatan rata‐rata metabolisme.
C. ETIOLOGI
1. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas
terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah
melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti
membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah
panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi
dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit
ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat
bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan
kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin,
panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif
terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan
kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara
meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air
yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior
member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama
latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara
untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan
laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan
bersisik, serta hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat
berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair
yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada
permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu
tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang
menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis
kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara
tinggi.

D. GANGGUAN TERMOREGULASI
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang
umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu
memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 0C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan
tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara
bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah
faktor yang mempengarui suhu tubuh :
1. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan
cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu lingkungan.Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas
tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala
untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang
ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC.
Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki
anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal
(Whaley and Wong, 1995).
2. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas
Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang
mendekati masa lansia.Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit
daripada dewasa awal.Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca
dingin.Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama
sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol,
terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi),
penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat
dan penurunan metabolisme.
3. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas.Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari
jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
4. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh.Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara
bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu
tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah
berlangsung sampai terjadi ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita
menopause.Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode
panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut
karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi
dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
5. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode
24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia.Suhu
tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini
hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan
kemudian turun seperti pada dini hari.Penting diketahui, pola suhu tidak
secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang
hari.Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum,
irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan,
puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)
6. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan
panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter,
suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal.
7. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan
yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh
melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien
berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena
penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme
suhu mereka kurang efisien.
8. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point
hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam.
9. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan.Juga disebabkan olehlingkungan yang
panas.
10. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas.Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
11. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi
ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yg tinggi.Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik.Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis.Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani
latihan olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet, pekerja kontruksi dan
petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium,
sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkotinensia.Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat
dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih
besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi
45 ºC, takikardia dan hipotensi.
12. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia.Hipotermia diklasifikasikan melalui
pengukuran suhu inti.Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik
dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC,
klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi
jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

F. MANIFESTASI KLINIK
1. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8 oC peroral
atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
a. Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
bervariasi 1oC – 2oC.
b. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali
normal paling sedikit sekali 24 jam.
c. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
2. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu,
kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35 oC
(suhu dingin)
Gejala :
a. Penderita berbicara nglantur
b. Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
c. Detak jantung lemah
d. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas
e. Demam (hiperpireksia)
f. Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran
panas untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas.
g. Kelelahan akibat panas
h. Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang
terpapar oleh panas.
3. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi
ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
a. Konvulsi, kram otot, inkontinensia
b. Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.
c. Sangat haus
d. Kulit sangat hangat dan kering

G. PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8 oC
oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam
pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas
yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas melalui
kulit dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan dalam
kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi
harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan
pengaturan dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set
point ( derajat celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut
dinaikkan maka temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai
suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 oC pada pengukuran dipagi
hari dan atau melebihi 37,7oC pada pengukuran sore hari dengan menggunakan
thermometer mulut.

H. Pathway

7. agens farmaseutikal, 1. perubahan laju metabolisme,


8. aktivitas yang berlebihan, 2. sepsis,
9. berat badan ekstrem, 3. suhu lingkungan ekstrem,
10. dehidrasi, 4. usia ekstrem (bayi prematur dan
11. pakaian yang tidak sesuai untuk lansia),
suhu lingkungan, 5. kerusakan hipotalamus,
12. peningkatan kebutuhan oksigen, 6. trauma.

Termoreseptor sentral (di hipotalamus bagian lain S


Termoreseptor perifer (kulit)

Pusat integrasi termoregulasi hipotalamus

Adaptasi perilaku Neuron motorik Sistem saraf simpatis Sistem saraf simpatis

Otot rangka Pembuluh darah Kelenjar keringat

Kontrol produksi panas/pengurangan panas

Kontrol produksi panas Kontrol pengurangan panas

Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh


Hipertermi Hipotermi Ketidakefektifan termoregula
I. KOMPLIKASI

Komplikasi Hipertermia

Bila tidak segera tertangani, hipertermia dapat mengakibatkan kerusakan organ


penting dalam tubuh, seperti otak. Pada kondisi lanjut tanpa penanganan yang
baik, hipertermia juga dapat berujung pada kematian.

Komplikasi Hipotermia

Penanganan perlu segera dilakukan terhadap kondisi hipotermia untuk mencegah


terjadinya komplikasi, bahkan kematian. Komplikasi yang dapat muncul adalah:

 Frostbite, yaitu cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya karena


membeku.
 Chilblains, yaitu peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada kulit.
 Trench foot, yaitu rusaknya pembuluh darah dan saraf pada kaki akibat
terlalu lama terendam air.
 Gangrene atau kerusakan jaringan.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin

K. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol bila
panas. Diberikan infuse untuk membantu mencukupi kebutuhan cairan
2. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih
selama 14 hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Diet
6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit
Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh
mengandung banyak serat.

L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diberikan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan yang di rasakan pada saat pengkajian
(Demam/Panas)
2) Riwayat kesehatan sekarang (Riwayat penyakit yang di derita
saat pasien masuk rumah sakit : sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam (Misal: Mual,
Muntah, Nafsu Makan, pola eliminasi, Nyeri otot dan sendi, dan
lainnya), apakah menggigil dan gelisah.
3) Riwayat penyakit dahulu : (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat penyakit keluarga : (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetic ataupun tidak).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit
b. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan aktivitas yang
berlebih
c. Hipotermi berhubungan dengan Transfer panas
d. Termoregulasi tidak efektif berhubungsn dengan penyakit

1. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
Hipertermia (D0130) Termoregulasi (L. Manajemen
14134) Hipertermia (I.15506).
Faktor Risiko: Kriteria Hasil:
 Suhu Tubuh Observasi
 Dehidrasi Membaik
 Terpapar  Suhu Kulit o Identifkasi
Lingkungan Panas Membaik Penyebab
 Proses Penyakit  Kadar Glukosa Hipertermi (Mis.
(Mis. Infeksi, Darah Membaik Dehidrasi Terpapar
Kanker)  Pengisisan Lingkungan Panas
 Ketidaksesuaian Kapiler Penggunaan
Pakaian Dengan Membaik Incubator)
Tubuh  Ventilasi o Monitor Suhu
 Peningkatan Laju Membaik Tubuh
Metabolisme  Tekanan Darah o Monitor Kadar
 Respon Trauma Membaik Elektrolit
 Aktivitas Berlebihan o Monitor Haluaran
 Penggunaan Urine
Incubator
Terapeutik

o Sediakan
Lingkungan Yang
Dingin
o Longgarkan Atau
Lepaskan Pakaian
o Basahi Dan Kipasi
Permukaan Tubuh
o Berikan Cairan
Oral
o Ganti Linen Setiap
Hari Atau Lebih
Sering Jika
Mengalami
Hiperhidrosis
(Keringat
Berlebih)
o Lakukan
Pendinginan
Eksternal (Mis.
Selimut
Hipotermia Atau
Kompres Dingin
Pada Dahi, Leher,
Dada,
Abdomen,Aksila)
o Hindari
Pemberian
Antipiretik Atau
Aspirin
o Batasi
Oksigen, Jika
Perlu

Edukasi

o Anjurkan Tirah
Baring

Kolaborasi

o Kolaborasi
Cairan Dan
Elektrolit
Intravena, Jika
Perlu
Risiko Termoregulasi Termoregulasi (L. Edukasi Pengukuran
Tidak Efektif (D.0148) 14134) Suhu Tubuh (I.12414)

Faktor yang Dengan kriteria Observasi


berhubungan hasil:
 Suhu Tubuh  Identifikasi
 Cedera otak akut. Membaik Kesiapan Dan
 Dehidrasi.  Suhu kulit Kemampuan
 Pakaian yang tidak Membaik Menerima Informasi
sesuai untuk suhu  Kadar glukosa
lingkungan. darah Membaik Terapeutik
 Peningkatan area  Pengisisan
permukaan tubuh kapiler  Sediakan Materi
tehrhadap rasio Membaik Dan Media
berat badan  Ventilasi Pendidikan
 Kebutuhan oksigen Membaik Kesehatan
meningkat  Tekanan darah  Jadwalkan
 Perubahan laju Membaik Pendidikan
metabolisme Kesehatan Sesuai
 Proses penyakit Kesepakatan
(mis.infeksi).  Berikan
 Suhu lingkungan Kesempatan Untuk
ekstrim. Bertanya
 Suplai lemak  Dokumentasikan
subkutan tidak Hasil Pengukuran
memadai. Suhu
 Proses penuaan.
 Berat badan Edukasi
ekstrim.
 Efek agen  Jelaskan Penyebab,
farmaksologis Periode, Dan
(mis.sedasi). Pemicu
Nyerijelaskan
Prosedur
Pengukuran Suhu
Tubuh
 Anjurkan Terus
Memegang Bahu
Dan Menahan Dada
Saat Pengukuran
Aksila
 Ajarkan Memilih
Lokasi Pengukuran
Suhu Oral / Axilla
 Ajarkan Cara
Meletakkan Ujung
Thermometer
Dibawah Lidah
Atau Bagian Tengah
Aksilla
 Ajarkan Cara
Membaca Hasil
Thermometer Raksa
Dan/ Atau
Elektronik

Edukasi Termoregulasi
(I.12457)
Observasi

 Identifikasi
Kesiapan Dan
Kemampuan
Menerima Informasi

Terapeutik

 Sediakan Materi
Dan Media
Pendidikan
Kesehatan
 Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan Sesuai
Kesepakatan
 Berikan
Kesempatan Untuk
Bertanya

Edukasi

 Ajarkan Kompres
Hangat Jika Demam
 Ajarkan Cara
Pengukuran Sushu
 Anjurkan
Penggunaan Pakaian
Yang Dapat
Menyerap Keringat
 Anjurkan Tetap
Memandikan
Pasien, Jika
Mungkin
 Anjurkan Pemberian
Antipiretik Sesuai
Indikasi
 Anjurkan Banyak
Minum
 Anjurkan
Menciptakan
Lingkungan Yang
Aman Dan Nyaman
 Anjurkan
Penggunaan Pakaian
Yang Longgar
 Anjurkan
Melakukan
Pemeriksaan Darah
Jika Demam > 3hari

Hipotermia (D0131) Termoregulasi (L. Manajemen Hipotermia


14134) (I.14507)
 Kerusakan
hipotalamus Dengan kriteria Observasi
 Konsumsi alkohol hasil:  Monitor suhu tubuh
 Berat badan  Suhu Tubuh  Identifikasi
ekstrem Membaik penyebab
 Kekurangan  Suhu kulit hipotermia
lemak subkutan Membaik  Monitor tanda dan
 Terpapar suhu  Kadar glukosa gejala hipotermia
lingkungan darah Membaik
rendah  Pengisisan Terapeutik
 Malnutrisi kapiler  Sediakan
 Pemakaian Membaik lingkungan yang
pakaian tipis  Ventilasi hangat
 Penurunan laju Membaik  Ganti pakaian atau
metabolisme  Tekanan darah linen basah
 Tidak beraktivitas Membaik  Lakukan
 Transfer panas penghangat Pasif
(mis. konduksi,  Lakukan penghatan
konveksi, aktif eksternal
evaporasi, radiasi)  Lakukan
 Trauma penghangatan aktif
 Proses penuaan internal
 Efek agen
farmakologis Edukasi
 Kurang terpapar  Anjurkan Makan
informasi tentang dan Minum hangat
pencegahan
hipotermia

Termoregulasi Tidak Termoregulasi (L. Manajemen
Efektif (D0149) 14134) Hipertermia (I.15506).
Faktor yang berhubungan
Dengan kriteria Observasi
 stimulasi pusat hasil:
termoregulasi  Suhu Tubuh o Identifkasi
hipotalamus Membaik Penyebab
 fluktuasi suhu  Suhu kulit Hipertermi (Mis.
lingkungan Membaik Dehidrasi Terpapar
 Proses penyakit misal  Kadar glukosa Lingkungan Panas
infeksi darah Membaik Penggunaan
 Proses Penuaan.  Pengisisan Incubator)
 Dehidrasi kapiler o Monitor Suhu
 Ketidak sesuaian Membaik Tubuh
pakaian untuk suhu  Ventilasi o Monitor Kadar
lingkungan. Membaik Elektrolit
 Peningkatan  Tekanan darah o Monitor Haluaran
kebutuhan oksigen Membaik Urine
 Perubahan laju
metabolism Terapeutik
 Suhu lingkungan
ekstrim o Sediakan
 Ketidakadekuatan Lingkungan Yang
suplai lemak Dingin
subkutan o Longgarkan Atau
 Berat badan ekstrem
Lepaskan Pakaian
 Efek agen farmalogis
o Basahi Dan Kipasi
(mis. sedasi)
Permukaan Tubuh
o Berikan Cairan
Oral
o Ganti Linen Setiap
Hari Atau Lebih
Sering Jika
Mengalami
Hiperhidrosis
(Keringat
Berlebih)
o Lakukan
Pendinginan
Eksternal (Mis.
Selimut
Hipotermia Atau
Kompres Dingin
Pada Dahi, Leher,
Dada,
Abdomen,Aksila)
o Hindari
Pemberian
Antipiretik Atau
Aspirin
o Batasi
Oksigen, Jika
Perlu

Edukasi

o Anjurkan Tirah
Baring

Kolaborasi

o Kolaborasi
Cairan Dan
Elektrolit
Intravena, Jika
Perlu

EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan termoregulasi
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan


proses keperawatan. Buku 2, Surabaya : Salemba Medika

Potter, perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2015-2017.Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai