Oleh
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada
hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem
pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan
antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang
hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin / permukaan kulit
tubuh.
a. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu
dalam tubuh dibawah 35 o C.
B. Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi
utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus
berfungsi sebagai termostat tubuh, dengan menerima informasi dari berbagai
bagian tubuh di kulit. Penyesuaian dikoordinasi dengan sangat rumit dalam
mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk
mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari nilai patokan normal.
Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ºC
(Sherwood, 1996).
Pusat termoregulasi menerima masukan dari termoreseptor di hipotalamus itu
sendiri yang berfungsi menjaga temperatur ketika darah melewati otak
(temperatur inti) dan reseptor di kulit yang menjaga temperatur eksternal.
Keduanya diperlukan untuk melakukan penyesuaian.
Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, memantau suhu kulit
di seluruh tubuh dan menyaurkan informasi mengenai perubahan
suhu permukaan ke hipotalamus
Termoreseptor sentral, terletak diantara hipotalamus anterior,
medulla spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga
untuk medeteksi perubahan suhu darah.
Regio posterior yang diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu
refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konveksi panas.
Regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu refleks-refleks
yang memperantarai pengurangan panas.
D. GANGGUAN TERMOREGULASI
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
1. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang
umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu
memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermi.
3. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 0C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
4. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan
tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
5. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara
bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.
F. MANIFESTASI KLINIK
1. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8 oC peroral
atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
a. Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
bervariasi 1oC – 2oC.
b. Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali
normal paling sedikit sekali 24 jam.
c. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
2. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu,
kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35 oC
(suhu dingin)
Gejala :
a. Penderita berbicara nglantur
b. Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
c. Detak jantung lemah
d. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas
e. Demam (hiperpireksia)
f. Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran
panas untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas.
g. Kelelahan akibat panas
h. Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang
terpapar oleh panas.
3. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi
ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
a. Konvulsi, kram otot, inkontinensia
b. Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.
c. Sangat haus
d. Kulit sangat hangat dan kering
G. PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8 oC
oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam
pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas
yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas melalui
kulit dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan dalam
kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi
harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan
pengaturan dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set
point ( derajat celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut
dinaikkan maka temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai
suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 oC pada pengukuran dipagi
hari dan atau melebihi 37,7oC pada pengukuran sore hari dengan menggunakan
thermometer mulut.
H. Pathway
Adaptasi perilaku Neuron motorik Sistem saraf simpatis Sistem saraf simpatis
Komplikasi Hipertermia
Komplikasi Hipotermia
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4. Pemeriksaan widal
5. Pemeriksan urin
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol bila
panas. Diberikan infuse untuk membantu mencukupi kebutuhan cairan
2. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih
selama 14 hari.
3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
4. Mobilisasi sesuai kondisi
5. Diet
6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit
Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh
mengandung banyak serat.
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diberikan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan yang di rasakan pada saat pengkajian
(Demam/Panas)
2) Riwayat kesehatan sekarang (Riwayat penyakit yang di derita
saat pasien masuk rumah sakit : sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam (Misal: Mual,
Muntah, Nafsu Makan, pola eliminasi, Nyeri otot dan sendi, dan
lainnya), apakah menggigil dan gelisah.
3) Riwayat penyakit dahulu : (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat penyakit keluarga : (Riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetic ataupun tidak).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit
b. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan aktivitas yang
berlebih
c. Hipotermi berhubungan dengan Transfer panas
d. Termoregulasi tidak efektif berhubungsn dengan penyakit
1. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
Hipertermia (D0130) Termoregulasi (L. Manajemen
14134) Hipertermia (I.15506).
Faktor Risiko: Kriteria Hasil:
Suhu Tubuh Observasi
Dehidrasi Membaik
Terpapar Suhu Kulit o Identifkasi
Lingkungan Panas Membaik Penyebab
Proses Penyakit Kadar Glukosa Hipertermi (Mis.
(Mis. Infeksi, Darah Membaik Dehidrasi Terpapar
Kanker) Pengisisan Lingkungan Panas
Ketidaksesuaian Kapiler Penggunaan
Pakaian Dengan Membaik Incubator)
Tubuh Ventilasi o Monitor Suhu
Peningkatan Laju Membaik Tubuh
Metabolisme Tekanan Darah o Monitor Kadar
Respon Trauma Membaik Elektrolit
Aktivitas Berlebihan o Monitor Haluaran
Penggunaan Urine
Incubator
Terapeutik
o Sediakan
Lingkungan Yang
Dingin
o Longgarkan Atau
Lepaskan Pakaian
o Basahi Dan Kipasi
Permukaan Tubuh
o Berikan Cairan
Oral
o Ganti Linen Setiap
Hari Atau Lebih
Sering Jika
Mengalami
Hiperhidrosis
(Keringat
Berlebih)
o Lakukan
Pendinginan
Eksternal (Mis.
Selimut
Hipotermia Atau
Kompres Dingin
Pada Dahi, Leher,
Dada,
Abdomen,Aksila)
o Hindari
Pemberian
Antipiretik Atau
Aspirin
o Batasi
Oksigen, Jika
Perlu
Edukasi
o Anjurkan Tirah
Baring
Kolaborasi
o Kolaborasi
Cairan Dan
Elektrolit
Intravena, Jika
Perlu
Risiko Termoregulasi Termoregulasi (L. Edukasi Pengukuran
Tidak Efektif (D.0148) 14134) Suhu Tubuh (I.12414)
Edukasi Termoregulasi
(I.12457)
Observasi
Identifikasi
Kesiapan Dan
Kemampuan
Menerima Informasi
Terapeutik
Sediakan Materi
Dan Media
Pendidikan
Kesehatan
Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan Sesuai
Kesepakatan
Berikan
Kesempatan Untuk
Bertanya
Edukasi
Ajarkan Kompres
Hangat Jika Demam
Ajarkan Cara
Pengukuran Sushu
Anjurkan
Penggunaan Pakaian
Yang Dapat
Menyerap Keringat
Anjurkan Tetap
Memandikan
Pasien, Jika
Mungkin
Anjurkan Pemberian
Antipiretik Sesuai
Indikasi
Anjurkan Banyak
Minum
Anjurkan
Menciptakan
Lingkungan Yang
Aman Dan Nyaman
Anjurkan
Penggunaan Pakaian
Yang Longgar
Anjurkan
Melakukan
Pemeriksaan Darah
Jika Demam > 3hari
Edukasi
o Anjurkan Tirah
Baring
Kolaborasi
o Kolaborasi
Cairan Dan
Elektrolit
Intravena, Jika
Perlu
EVALUASI
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan termoregulasi
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia