DISUSUN OLEH :
WULAN SARI
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus. Mekanisme pengaturan suhu tubuh di hipotalamus disebut termostat
hipotalamus. Sedangkan pada dengan alat tubuh yang belum sempurna berfungsi
seperti bayi matur memiliki masalah dalam pengaturan suhu tubuh
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas.
Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi akan berusaha
menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena
lingkungan. Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra
uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang relatif lebih dingin. Hal tersebut
menyebabkan penurunan suhu tubuh 2-3ºC, terutama hilangnya panas karena
evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera
dikeringkan. Pada BBLR mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan
menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas. (ilmu kebidanan, 2002)
Pengaturan panas pada bayi berhubungan dengan metabolisme dan penggunaan
oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen
dan metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk
keseimbangan panas. Lingkungan bayi baru lahir harus dipertahankan pada suhu yang
tidak menyebabkan peningkatan laju metabolik yang terlalu besar untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi tersebut. Bayi yang prematur dapat
menghamburkan oksigen dan kalori yang sangat berharga hanya untuk melaksanakan
fungsi ini.
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon
dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme sehingga akan
meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat
3. Etiologi
a. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi
secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi.
1) Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit
dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan
tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh
hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingi
disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga
meningkat.
2) Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas
hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti.
Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
3) Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit.
Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara
meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
4) Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang
menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal
kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi
atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan
kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi
berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring
kering.
5) Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan
kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh
meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit
untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila
gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
4. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8oC oleh
pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus. Dalam pengatauransuhu tersebut
selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari
metabolism dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru – paru sehingga suhu
tubuh dapat mempertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh
dapat memiliki fluktuasi harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika
dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan
dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set point ( derajat
celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka
temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh dikatakan
demam jika melebihi 37,2oC pada pengukuran dipagi hari dan atau melebihi 37,7oC
pada pengukuran sore hari dengan menggunakan thermometer mulut.
Pathway Berbagai pemecahan
pada kerusakan
Toksin bakteri Komplek imun
jaringan
Menstimulasi pusat
termoregulasi (hipotalamus)
Kerja otot tubuh Intake yang kurang
meningkat Gangguan Mengirim impuls
pola tidur kepusat vasomotor
kelemahan Resiko kekurangan
nutrisi Panas tubuh Hipotermi
meningkat
Daya tahan tubuh
Intoleransi menurun
aktivitas
Resiko infeksi Kelenjar keringat
bertambah aktif
Kesalahan
interprestasi Vasolidasi arterial
Penguapan cairan dari
Kulit menjadi panas permukaan tubuh
Kecemasan meningkat
Kelebihan panas
cepat terpancar Resiko tinggi
kekurangan cairan
5. Gangguan Thermoregulasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain
sebagai berikut:
a. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas.
Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih
dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermi.
c. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi.
Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan
pada sel dari semua organ tubuh.
d. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas., mengakibatkan
hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang
mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta
pernapasan sangat lemah).
e. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan
secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap,
analgesik dan perlindungan area yang terkena.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu tubuh
dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan
panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang
mempengarui suhu tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif
konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu
tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan.Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui
kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah
pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem, suhu tubuh
bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat
seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara
individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
b. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas
Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati
masa lansia.Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa
awal.Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.Nmun rentang
shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang
ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor
( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
c. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas.Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak
jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
d. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh.Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap
selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa
derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi
ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.Wanita yang sudah
berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak,
30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil
dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
e. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24
jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia.Suhu tubuh
paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu
tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini
hari.Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja
pada malam hari dan tidur di siang hari.Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia.
Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
(lenz,1984)
f. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal.
g. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di
lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran
yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
h. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika
<39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
1) Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
2) Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
3) Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat
suhu normal.
4) Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu
normal, episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari
24 jam.
i. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan.Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
j. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.Setiap
penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas.
k. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg
tinggi.Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang
memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik.Yang
juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.Fenotiasin, antikolinergik,
diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang
menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet, pekerja kontruksi dan
petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat
haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia.Tanda yang
paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital
menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi.
l. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan
hipotermia.Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti.Hal tersebut
dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk
mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan
tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
7. Manifestasi Klinik
a. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC peroral atau
38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
1) Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam,
bervariasi 1oC – 2oC.
2) Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali normal
paling sedikit sekali 24 jam.
3) Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
b. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu, kesulitan
mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35oC (suhu dingin)
Gejala :
1) Penderita berbicara nglantur
2) Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
3) Detak jantung lemah
4) Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk
menghasilkan panas
5) Demam (hiperpireksia)
6) Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran panas
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas.
7) Kelelahan akibat panas
8) Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang terpapar oleh
panas.
c. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi ini disebut
heat stroke.
Tanda dan gejala :
1) Konvulsi, kram otot, inkontinensia
2) Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya
mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll.
3) Sangat haus
4) Kulit sangat hangat dan kering
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
d. Pemeriksaan widal
e. Pemeriksan urin
Riwayat Keperawatan
Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks,
Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
Pengkajian fisik
Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
Adanya kejang
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan
cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
Pengetahuan keluarga
2. Diagnose Keperawatan
a. Hipertermi
Faktor yang berhubungan :
Agens farmaseutical
Aktivitas berlebihan
dehidrasi
iskemia
pakaian yang tidak sesuai
peningkatan laju metabolism
penurunan perspirasi
penyakit
Ditandai dengan :
apnea
gelisah
stupor
takipnea
kulit terasa hangat
vasodilatasi
kulit kemerahan
b. Hipotermia
Berhubungan dengan :
Agens farmaseutical
Kurang suplai lemak subkutan
Trauma
Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
Terapi radiasi
Ditandai dengan :
kulit dingin
menggigil
peningkatan konsumsi oksigen
vasokonstriksi perifer
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, aziz alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.
NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Potter, perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC
Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Ilmu Kebidanan, jakarta : JNPKKR-
POGI.