Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suhu tubuh normal dipertahankan dengan imbangan yang tepat antara
panas yang dihasilkan dan panas yang hilang. Hal ini dikendalikan oleh
pusat pengaturan panas di hipotalamus yang sangat peka terhadap suhu
darah. Panas dihasilkan oleh aktivitas metabolik dalam otot, tulang, hati.
Glikogen diubah menjadi glukosa yang dapat dioksidasikan. Untuk
mempertahankan produksi panas yang normal diperlukan jumlah bahan
bakar yang tepat. Panas berlebihan biasanya disebabkan oleh kombinasi
suhu luar, kegiatan fisik, dan keringat. Kehilangan panas disebabkan
terutama panas hilang karena penguapan air dari paru dan organ ekskresi.
(Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2012). Berdasarkan uraian diatas, maka
kelompok tertarik untuk membahas tentang konsep suhu tubuh.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep suhu tubuh pada manusia.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi suhu tubuh
b. Memahami regulasi
c. Memahami perubahan suhu
d. Memahami faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Suhu Tubuh


Suhu tubuh atau temperatur tubuh merupakan refleksi dari panas yang
diproduksi tubuh dengan panas yang dikeluarkan atau hilang. Rata-rata
suhu tubuh sekitar 36.2ºC dan dipertahankan antara 35.6ºC – 37.8ºC.
kondisi suhu yang normal memungkinkan aktivitas enzim berjalan
optimal. Peningkatan 1ºC akan mempercepat reaksi kimia sekitar 10%.
Sebaliknya penurunan suhu tubuh akan menurunkan metabolisme rate.
Pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh hipotalamus.(Ns. Tarwoto, S.Kep,
2009)
Pelepasan panas dirangsang oleh vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) pada kulit akibat pengeluaran keringat. Suhu turun terjadi karena
vasokontriksi berlangsung lama, disebabkan dingin atau kelaparan
sehingga tubuh menggigil dan gemetar dalam usaha menghangatkan
badan.
(Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2012)
Pengukuran suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan
dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini merupakan indicator
yang lebih terpercaya dibandingkan lokasi yang mewakili suhu
permukaan.
(Patricia A.Potter dan Anne G. Perry, 2010)

B. Regulasi
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal,
hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus di
pertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan
kardiovaskular. Dan juga penerapan mekanisme kontrol suhu untuk
menikmati regulasi suhu.

2
1. Kontol neural dan vaskular
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu
tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Suhu yang nyaman
adalah pada “set point” dimana sistem panas beroperasi. Hipotalamus
merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol
produksi panas.(Patricia A.Potter dan Anne G. Perry, 2010)
2. Produksi panas
Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi
panas. Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan
metabolisme, yaitu reaksi kimia dan seluruh sel tubuh. Makanan
merupakan sumber utama bahan bakar untuk metabolisme. Aktivitas
yang membutuhkanreaksi kimia tambahan akan meningkatkan laju
metabolik, yang juga akan menambah produksi panas. Saat
metabolisme menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit.
Produksi panas terjadi saat istirahat, gerakan volunter, menggigil,
involunter, dan termogenesis tanpa menggigil.
a. Metabolisme basal menghasilkan basal menghasilkan panas yang
diproduksi tubuh saat istirahat. Jumlah metabolik basal (BMR)
bergantung pada luas permukaan tubuh.
b. Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan,
membutuhkan tambahan energi. Laju metabolik dapat meningkat di
atas 2000 kali normal. Produksi panas dapat meningkat di atas 50
kali normal.
c. Mengigil merupakan respons tubuh involunter terhadap suhu yang
berbedadalam tubuh. Gerakan otot skelet selama mengigil
membutuhkan energi yang signifikan. Mengigil dapat
meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebih besar dari
normal. Panas diproduksi untuk mempertahankan suhu tubuh.
d. Termogenesis tanpa mengigil terjadi pada neonatus. Neonatus tidak
dapat menggigil, sehingga jaringan coklat vaskular yang ada saat
lahir di metabolisme untuk produksi panas. Jaringan tersebut sangat
terbatas jumlahnya.(Patricia A.Potter dan Anne G. Perry, 2010)
3. Pembentukan dan Pengeluaran panas

3
Pembentukan panas dalam tubuh sangat bergantung pada laju
metabolisme yang ditentukan oleh kegiatan proses kimia yang
berlangsung pada jaringan.oleh sebab itu pembentukan panas sering
dinyatakan sebagai pengendalian suhu tubuh secara kimia. Faktor
yang mempengaruhi pembentukan panas:
a. Jumlah makanan yang dimakan memenuhi syarat
b. Bahan makanan mengandung banyak kalori
c. Tonus otot
d. Kontraksi otot, kotraksi yang banyak dapat membentuk panas
e. Laju metabolisme yang memenuhi syarat
(Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2012)
Pengeluaran panas dari suhu tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung melalui proses fisika. Oleh karena itu pengeluaran panas
sering dinyatakan sebagai pengendalian suhu tubuh secara fisika.
Pengeluaran panas berlangsung melalui proses:
a. Radiasi adalah mekanisme pengeluaran panas melalui gelombang
infra merah atau energi panas. Tubuh mmanusia menyebarkan
gelombang panas kesegala penjuru. Tubuh akan kehilangan panas
lebih dari 50% melalui radiasi.
b. Konduksi adalah mekanisme pengeluaran panas melalui transfer
langsung dengan kontak fisik pada objek ysng lebih rendah
suhunya. Misalnya saat dilakukankompres dingin atau saat kita
duduk di kursi yang lebih dingin karena berada si ruang ber AC.
c. Konveksi adalah perpindahan panas melalui udara sekitar, misalnya
terpapar udara panas atau udara dingin, kehilangan panas melalui
konveksi sekitar 15%.
Evaporasi adalah mekanisme perpindahan panas bersama penguapan
air seperti melalui pernapasan, kulit atau bersamaan dengan insensible
water loss (IVL) .(Ns. Tarwoto, S.Kep, 2009)
4. Kulit pada regulasi suhu
Temperatur normal tubuh manusia yang diterima tubuh 37ºC. Daerah
tubuh maupun kepala mempunyai temperatur kulit lebih tinggi
daripada temperatur pada anggota badan. Cara pengaturan suhu oleh
kulit pada tubuh manusia, organ dalam akan menghasilkan panas dan
pada saat olahraga atau simulasi simpatik yang meningkat, jumlah
panas yang dihasilkan melebihi suhu inti. Darah akan mengalir dari
organ dalam ke permukaan tubuh dengan membawa panas. Kulit

4
memiliki banyak pembuluh darah, terutama pada tangan, kaki, dan
telinga. Aliran darah melalui kulit dapat mencapai 30% dari darah,
melalui dinding pembuluh darah, ke permukaan kulit, dan hilang ke
lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas. Suhu tubuh akan
berada pada batasan yang aman. Pda suhu yang panas dan lembap
pembuluh darah di tangan akan berdilatasi dan tampak jelas.
Sebaliknya, jika suhu inti terlalu rendah, maka hipotalamus memulai
vasokontriksi dan aliran darah ke kulit berkurang. Dengan ini panas
tubuh akan tersimpan.
(Patricia A.Potter dan Anne G. Perry, 2010)
5. Kontrol perilaku
Individu yang sehat akan mampu mempertahankan suhu tubuh yang
nyaman jika terjapan ke suhu ekstrem. Kemampuan pengaturan ini
bergantung pada :
a. Tingkat ekstrem suhu tersebut
b. Kemampuan untuk merasa nyaman atau tidak nyaman
c. Proses pikir atau emosi
d. Kemampuannya untuk melepas atau menambah pakaian
Tanpa kemampuan di atas, individu tersebut tidak dapat mengatur
suhu tubuh. Penyakit, penurunan kesadaran, atau gangguan proses
pikir dapat mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengenali
kebutuhan mengubah perilaku dan kepentingan kontrol suhu. Saat
suhu menjadi panas atau dingin, perilaku promosi kesehatan seperti
melepas atau menambah pakaian, hanya memberikan sedikit
pengaruh. Maka membutuhkan faktor yang mampu menempakan
klien pada risiko terjadinya termoregulasi yang buruk.
( Patricia A.Potter dan Anne G. Perry, 2010)
6. Mekanisme pelepasan panas tubuh
Mekanisme pelepasan panas tubuh merupakan proteksi tubuh
terhadap kelebihan panas yang dapat merusak tubuh. Mekanisme
tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang panas adalah :
a. Vasodilatasi pembuluh darah, kulit akan terlihat kemerahan, suhu
kulit menjadi lebih panas, pelepasan panas melalui radiasi dan
konveksi menjadi meningkat.
b. Aliran darah ke kulit meningkat, aktivitas kelenjar kulit meningkat
sehingg sekresi keringat meningkat, proses evaporasi juga
meningkat.

5
c. Peningkatan pernapasan, sehingga evaporasi melalui jalan napas
juga meningkat.
Beberapa hal yang dapat menurunkan pelepasan panas tubuh adalah :
a. Menurunkan aktivitas
b. Suhu lingkungan lebih rendah
c. Penggunaan baju atau jaz penghangat
Ketika proses pelepasan panas tidak efektif maka terjadi peningkata
suhu tubuh atau yang disebut hipertermia, hipotermia meningkatkan
metabolisme, dan meningkatkan produksi panas. Kulit menjadi panas
dan kering. Demam merupakan keadaan hipertermia, biasanya
disebabkan karena penyakit, tetapi juga dapat disebabkan karena
kanker.
(Ns. Tarwoto dkk, 2009)

6
C. Perubahan Suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik
pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi
panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal,
kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan
akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
Demam. Pireksia atau demam, terjadi karena ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Demam tidak
berbahaya jika dibawah 390C, dan pengukuran tunggal tidak
menggambarkan demam. Selain adanya tanda klinis, penentuan demam
juga berdasarkan pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut.
Demam sebenarnya terjadi akibat perubahan titik pengaturan
hipotalamus. Pirogen , seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu
tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang memicu respon sistem
imun. Hipotalamus akan meningkatkan titik pengaturan dan tubuh akan
menghasilkan serta menyimpan panas. Untuk mencapai titik pengaturan
baru tersebut dibutuhkan waktu beberapa jam. Selama periode ini,
individu tersebut akan menggigil dan merasa kedinginan walaupun suhu
tubuhnya meningkat. Fase dingin akan hilang jika titik pengaturan baru
telah tercapai. Selama fase berikutnya (plateau), dingin akan hilang dan
individu tersebut merasa hangat dan kering. Jika titik pengaturan telah
diperbaiki, atau pirogen telah dimusnahkan (contohnya : penghancuran
bakteri oleh anti biotik), maka fase ke tiga dari episode febris akan terjadi.
Titik pengaturan hipotalamus akan turun, sehingga respons kehilangan
panas dimulai. Kulit menjadi hangat dan merah karena vasodilatasi.
Diaphoresis membantu kehilangan panas melalui evaporasi. Saat demam
menghilang, klien menjadi afebris.
Demam adalah mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan suhu
ringan sampai 390C menambah sistem imunitas tubuh. Saat episode febris,
produksi sel darah putih dirangsang. Peningkatan suhu akan menurunkan
konsentrasi besi dalam plasma darah sehingga menekan pertumbuhan

7
bakteri. Demam juga melawan infeksi virus dengan menstimulasi
interferon yaitu substansi anti virus alamiah pada tubuh.
Demam dan polanya dapat membantu diagnosis. Pola demam
bergantung pada irogen penyebab. Peningkatan atau penurunan aktivitas
irogen mengakibatkan peningkatan (spike) dan penurunan demam pada
waktu yang berbeda. Durasi dan tingkat demam bergantung pada kekuatan
pirogen dari kemampuan respons individu. Istilah fiver of anknown
origin (fuo) merujuk kepada demam tanpa etiologi yang diketahui.
Saat demam, terjadi peningkatan metabolisme selular dan konsumsi
oksigen. Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh. Metabolisme ini menggunakan energi yang
menghasilkan panas tambahan jika klien tersebut menderita masalah
jantung atau pernapasan maka demam menjadi berat. Demam dalam
jangka panjang akan menghabiskan energi klien dan membuatnya lemah.
Metabolisme yang meningkat membutuhkan oksigen tambahan, maka
terjadi hipoksia selular. Hipoksia miokardial menimbulkan angina (nyeri
dada). Hipoksia serebral menimbulkan rasa bingung. Intervensi saat
demam meliputi terapi oksiven saat air hilang melalui pernapasan cepat
dan biaforesis, klien beresiko menderita devisit cairan. Dehidrasi anak
dengan berat badan rendah. Mempertahankan status volume cairan
merupakan tindakan keperawatn yang penting.
Hipertermia. Penigkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidak
mampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas disebut hipertermia. Demam merupakan perubahan
berupa naiknya titik pengaturan, sedangkan hipertermia terjadi karena
adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mengganggu mekanisme
kehilangan panas. Hipertermia malignan merupakan kondisi herediter
dimana terjadi produksi panas yang tidak terkontrol, biasanya terjadi saat
individu tersebut mendapat obat anestesi tertentu.
Heat struk panas akan menekan hipotalamus. Pajanan yang lama
terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme
kehilangan panas pada tubuh. Kondisi ini mengakibatkan heat struk yaitu
suatu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang tinggi. Mereka yang

8
beresiko adalah anak-anak, lansia, penderita penyakit kardiofaskular,
hipotiroid, diabetes, atau alkoholisme. Resiko juga terdapat pada individu
yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi kemampuan
tubuh untuk membuang panas (contohnya fenotiazin, antikolinegik,
diuretik, anfetamin dan antagonis beta-adrenergik) serta mereka yang
berolahraga atau bekerja keras.
Tanda dan gejala Heat struk adalah rasa bingung, belirium, haus yang
sangat, mual, keram otot, gangguan penglihatan, dan bahkan
inkontinensia. Suhu tubuh dapat mencapai 450C dan terdapat peningkatan
frekuensi denyut jantung dan penurunan tekanan darah. Tanda paling
penting pada heat struk adalah kulit yang panas dan kering. Korban heat
struk tidak berkeringat karena terjadi kehilangan elektrolit yang berat dan
malfungsi hipotalamus. Jika berlanjut, klien heat struk dapat kehilangan
kesadaran dengan pupil yang non reaktif. Kerusakan neurologis permanen
dapat terjadi kecuali tindakan pendinginan yang segera dilakukan.
Kehabisan panas. Kehabisan panas (heat exhaustion) terjadi pada
diaphoresis berlebihan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit.
Hal ini disebabkan pajanan panas lingkungan. Klien menunjukkan tanda
dan gejala defisit volume cairan. Pertolongan pertama meliputi
memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin dan mengembalikan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hipotermia. Panas yang hilang saat pajanan yang lama saat terhadap
lingkungan yang dingin melebihi kemampuan tubuh untuk menghasilkan
panas, sehingga terjadi hipotermia. Hipotermia dikelompokkan oleh
pengukuran suhu inti. Hipotermia yang disengaja dapat dilihat selama
prosedur operasi untuk menurunkan kebutuhan metabolism dan oksigen.
Hipotermia yang tidak disengaja biasanya terjadi secara perlahan dan
tidak terlihat selama beberapa jam. Saat suhu tubuh turun ke 350C, klien
mengalami menggigil, kehilangan ingatan, depresi dan gangguan akal.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,40C , terjadi penurunan denyut jantung,
frekuensi napas, dan tekanan darah. Kulit menjadi sianotik jika hipotermia
terus berlanjut, klien akan mengalami disritmia jantung, kehilangan
kesadaran, dan tidak responsive terhadap nyeri. Pada hipotermia berat,
sesorang memperlihatkan tanda klinis seperti kematian (contohnya : tidak

9
ada respons terhadap stimulus dan pernapasan serta denyut nadi yang
sangat lambat). Saat dicurigai adanya dipotermia anda harus mengukur
suhu inti. Dibutuhkan thermometer khusus dibutuhkan karena alat standar
tidak dapat mengukur di bawah 350C.
Frostbite terjadi saat tubuh terpajan kesuhu dibawah normal. Kristal es
akan terbentuk di dalam sel, dan terjadi kerusakan permanen pada sirkulasi
dan jaringan. Daerah tubuh yang rentan adalah daun telinga, ujung hidung,
jari tangan dan kaki. Daerah yang terkena menjadi putih, berkilat, dan
kaku saat disentuh. Klien kehilangan sensasi pada daerah yang terkena.
Intervensi yang dilakukan meliputi tindakan pengahangatan gradual,
analgesik, dan perlindungan terhadap jaringa yang cidera.
(Patricia A.Potter dan Anne G. Perry, 2010)

D. Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu
tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas
dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologi atau perilaku. Maka
kita perlu menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ketika
mengkaji variasi suhu tubuh dan mengevaluasi penyimpangan dari normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah :
1. Variasi di luar . Kegiatan tubuh sepanajang hari dapat bervariasi.
Penggunaaan energi dalam metabolisme selalu timbul panas. Kegiatan
otot (organ yang paling banyak pada tubuh manusia) banyak
menimbulkan panas, sistem saraf yang paling berperan waktu pada
kegiatan jasmani meningka. Biasanya pada siang hari sushu tubuh
lebih tinggi daripada malam hari.
2. Umur. Pada bayi yang beru lahir, suhu tubuh masih belum mantap.
Pada masa ini suhu tubuh bayi masih dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Pada dewasa muda, suhu telah mantap, sedangkan pada
usia lanjut suhu tubuhnya akan lebih rendah sehubungan dengan laju
metabolisme pada golongan umur.
3. Jenis kelamin. Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh
prialebih tinggi daripada wanita. Di samping itu suhu wanita juga
dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Pada saat terjadi ovulasi suhu

10
tubuh menurun 0,2ºC sedangkan setelah haid suhu tubuh naik 0,1º-
0,6ºC.
4. Gizi. Pada keeadaan kurang gizi atau puasa, suhu tubuh lebih rendah.
5. Kerja jasmani. Sesudah kerja jasmani (olahraga) suhu tubub akan naik.
Hasil salah satu penelitian menunjukan suhu rektum naik sampai 41ºC
setelah lari maraton.
6. Lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu
tubuh yang terdapat dalam suhu tubuh, serta akibatnya pada laju
metabolisme. Udara lingkungan yang lembap, yang menjadi hambatan
pada penguapan keringat dan meningkatkan suhu tubuh.
Dari uraian tersebut bahwa suhu tubuh merupakan pencerminan panas
tubuh yang merupakan imbanagan antara pembentukan panas dan
pengeluaran panas.

11
BAB III
PENUTUP

Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat dibagi beberapa standar penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Permukaan tubuh dapat
kehilangan panas secara radiasi, konduksi, konveksi, evaporasi. Dalam suhu tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu variasi di luar, umur, jenis kelamin, gizi,
kerja jasmani, lingkungan.

12

Anda mungkin juga menyukai