Oleh :
3. Pengeluaran Panas
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan,
pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran
darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah
permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari
kulit ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila
perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu
dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui
benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada
molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa
udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif
meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama
evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap.
Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat
adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui
peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan
bersisik, serta hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada dibawah
dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium
dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol
oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan
panas. Diaphoresis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban
udara tinggi.
5. Manifestasi Klinis
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan
dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami
klien :
a. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengaibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada
suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point
hipotalamus.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat
panas.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia.
Biasanya suhu tubuh mencapai >40oC.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas uang tinggi.klien yang
berisiko termasuk yang masih muda maupun sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang menjalankan
olahraga berat.
6. Patofisiologi
Pusat pengaturan suhu dalam tubuh manusia yaitu di hipotalamus. Hipotalamus
menerima rangsang suhu tubuh bagian dalam dari suhu darah yang masuk ke dalam otak
dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor panas yang berada di kulit. Tubuh akan
berusaha mempertahankan suhu tubuh dalam 37C meskipun suhu lingkungan di luar
tubuh banyak yang berubah. Panas dapat dibuang melalui kulit dan saluran pernafasan
serta melalui aliran darah. Kulitdapat melepaskan panas dengan cara pemancaran
(radiasi), konveksi, atau penghantaran (konduksi) (Kukus, 2009). Titik tetap tubuh
dipertahankan agarsuhu tubuh inti konstan pada 36,5-37,5 C. Apabila hipotalamus
mendekati suhutubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan
balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati
batastoleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap ( set
point )yakni pada suhu 37C (Giddens, 2017).
Peningkatan suhu tubuh disebabkan adanya gangguan pada set point padahipotalamus
yang dapat disebabkan oleh bakteri yang merangsang PMN untukmenghasilkan piogen.
Piogen merupakan substansi yang menyebabkan demamdan berasal baik dari eksogen
maupun endogen. Pirogen eksogen adalah pirogenyang berasal dari luar tubuh, terutama
mikroba dan produk seperti toksin. Pirogenendogen adalah mikroorganisme atau toksik.
Pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag, pirogenmemasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi dihipotalamus. Pirogen endogen terdiri dari interleukin 1, interleukin 6,
dan TNF(tumor necrosis factor ) (Kothari dan Karnad, 2005; Sari dkk., 2013).
Hipertermi dapat menyebabkan permasalahan yang serius yaitu peningkatan curah
jantung, konsumsi oksigen, produksi dioksida, dan peningkatanmetabolisme basal (basal
metabolic rate/BMR). Pada saat seseorang dalamkondisi hipertermi maka akan terjadi
peningkatan konsumsi oksigen sebesar 10% per 1 C yang dapat menyebabkan kematian.
Peningkatan konsumsi oksigen dalam tubuh dapat menyebabkan hipoksia sel. Hipoksia
yang terjadi pada miokard dapat menyebabkan angini (nyeri dada) dan hipoksia cerebral
yang dapat menyebabkan kecemasan. (Susanti, 2012). Peningkatan kecepatan dan
pireksi atau demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit.
Cairan danelektrolit sangat dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan
cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh
darah berkurang sehingga mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan
suhu tubuh dan dapat menyebabkan kejang (Kothari dan Karnad, 2005; Setiawati, 2009).
Hipotermia terjadi akibat kehilangan panas berlebihan, produksi panasyang kurang serta
disfungsi regulasi hipotalamus. Hipotermia dapat terjadi akibataksidental ataupun
terapeutik. Hipotensi aksidental dapat terjadi akibat paparandari lingkungan sedangkan
terapeutik dapat terjadi akibat proses tindakan atau perawatan pada penyakit misalnya
pembedahan yang teralalu lama (Giddens,2009)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infesi
b. Pemeriksaan urin
c. Uji widal
Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin. Agglutininyang
spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan telah diolah di
laboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid.
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
e. Uji tourniquet
f. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT (Serum
Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali
normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
g. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
angiografi, autografi atau limfangi giografi
8. Penatalaksanaan Medis
a. Mengawasi kondisi klien (monitor suhu berkala 4-6 jam)
b. Berikan motivasi untuk minum banyak
c. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
d. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha
e. Pemberian obat Antipiretik seperti paracetamol, asetaminofen untuk membantu dalam
penurunan panas
f. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
g. Ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal,
dan memberikan kompres.
h. Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan
demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi,
konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid
sponge, mandi dengan menggunakan larutan air alkohol, kompres es pada daerah
aksila dan lipatan paha dan kipas angin.
i. Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan
metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi
(Potter and Perry, 2005)
b. Pengkajian keperawatan
1) Pengkajian identitas pasien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku /
bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medic, diagnose medic, alamat klien.
Identitas penanggung jawab (meliputi pengajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama :
b) Riwayat penyakit sekarang
Hipertermi :
- Pola Demam Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
- Intermitten : Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
- Remitten : Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
- Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode
demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.Mulai timbulnya
panas, berapa lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan
tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
c) Riwayat kesehatan lalu
- Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi
dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.
- Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala
gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
d) Riwayat penyakit keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
c. Pemeriksaan fisik
1) Ukur suhu inti selama setiap fase demam
2) Kaji factor-faktor pemberat seperti dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan.
3) Identifikasi respons fisiologis terhadap suhu
a) Ukur semua tanda-tanda vital
b) Observasi semua warna kulit
c) Kaji suhu kulit (palpasi)
d) Kaji kenyamanan dan kesejatrahan klien
e) Tentukan fase demam : kedinginan, stabil, serangan demam.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia
b. Hipotermia
c. Termoregulasi tidak efektif
d. Risiko termoregulasi tidak efektif
3. Rencana keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia
(D.0130) Setelah dilakukan perawatan Observasi:
Definisi : selama 1 x 24 jam - Identifikasi penyebab
Suhu tubuh Diharapkan suhu tubuh hipertermia (mis. dehidrasi,
meningkat di atas kembali normal, dengan terpapar lingkungan panas,
rentang normal kriteria hasil : penggunaan inkubator)
tubuh - Mengigil - Monitor suhu tubuh
Menurun - Monitor kadar elektrolit
- Kulit merah - Monitor haluaran urine
Menurun - Monitor komplikasi akibat
- Suhu tubuh membaik hipertermia
Terapeutik:
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian
antipiretik atau asprin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Hipotermia (D. Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipotermi
0131) Setelah dilakukan perawatan Observasi:
Definisi : selama 1 x 24 jam - Monitor suhu tubuh
Suhu tubuh berada Diharapkan suhu tubuh - Identifikasi penyebab
dibawah rentang kembali normal, dengan hipotermia
normal tubuh. kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala
- Mengigil akibat hipotermia
Menurun Terapeutik
- Kulit merah - Sediakan lingkungan yang
Menurun hangat
- Suhu tubuh membaik - Ganti pakaian dana tau
linen yang basah
- Lakukan penghangatan
pasif
- Lakukan penghangatan
aktif eksternal
- Lakukan penghangatan
aktif internal
Edukasi:
- Anjurkan makan/minum
hangat
Termoregulasi tidak Termoregulasi (L.14134) Regulasi Temperatur
efektif (D.0149) Setelah dilakukan perawatan Observasi:
selama 1 x 24 jam - Monitor suhu tubuh dalam
Diharapkan suhu tubuh rentang normal
kembali normal, dengan - Monitor suhu tubuh anak
kriteria hasil : tiap dua jam, jika perlu
- Mengigil - Monitor warna dan suhu
Menurun kulit
- Kejang Menurun - Monitor dan catat tanda dan
- Pucat menurun gejala hipotermia atau
- Hipoksia menurun hipertermia
- Kulit merah Terapeutik:
Menurun - Pasang pemantau alat
- Suhu tubuh membaik pengukur suhu, jika perlu
- Pengisian kapiler - Tingkatkan asupan cairan
membaik dan nutrisi yang adekuat
- Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
- Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
- Sesuaikan suhu ligkungan
dengan kebutuhan pasien
- Pertahankan kelembaban
inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
- Gunakan matras hangat,
selimut hangat, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
Risiko termoregulasi Termoregulasi (L.14134) Edukasi Termoregulasi
tidak efektif Setelah dilakukan perawatan (I.12457)
(D.0148) selama 1 x 24 jam Observasi
Definisi : Diharapkan suhu tubuh - Identifikasi kesiapan dan
Berisiko mengalami kembali normal, dengan kemampuan menerima
kegagalan kriteria hasil : informasi
mempertahankan - Mengigil Terapeutik
suhu tubuh dalam Menurun
rentang normal - Kejang Menurun - Sediakan materi dan media
- Pucat menurun Pendidikan Kesehatan
- Hipoksia menurun - Jadwalkan Pendidikan
- Kulit merah Kesehatan sesuai
Menurun kesepakatan
- Suhu tubuh membaik - Berikan kesempatan untuk
- Pengisian kapiler bertanya
membaik Edukasi
- Ajarkan kompres hangat
jika demam
- Ajarkan cara pengukuran
suhu
- Anjurkan penggunaan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
- Anjurkan tetap
memandikan pasien, jika
memungkinkan
- Anjurkan pemberian
antipiretik, sesuai indikasi
- Anjurkan menciptakan
lingkungan yang nyaman
- Anjurkan memperbanyak
minum
- Anjurkan penggunaan
pakaian yang longgar
- Anjurkan minum analgesik
jika merasa pusing, sesuai
indikasi
- Anjurkan melakukan
pemeriksaan darah jika
demam > 3 hari
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., A. Triana, dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.
A.Azis Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia ( KDM ), Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya
: Health Books Publishing.
Giddens, Jean Foret. 2017.Concept for Nursing Practice 2nd Edition.
Missouri:Elsevier
Kozier, et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC
Kothari, V. M. dan D. R. Karnad. 2005. New Onset Fever in The Intensive CareUnit.
Japi. Vol 53: 949-953.
Kukus, Y., W. Supit., dan F. Lintong. 2009. Suhu Tubuh: Homeostasis dan
Efekterhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik.Vol 1 (2): 107-11
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, proses, dan praktik.
Volume
1. Jakarta : EGC
Definisi : Termoregulasi atau pengaturan suhu
\
Termoreseptor perifer (kulit) Termoreseptor sentral (di hipotalamus
bagian laisn SSP dan organ abdomen) tubuh adalah mekanisme fisiologis dan
perilaku mengatur keseimbangan antara panas
Pusat integrasi yang hilang dan panas yang dihasilkan,
sehingga suhu tubuh tetap konstan dan ada
- Proses infeksi - Perubahan laju metabolism dalam rentang yang sesuai (Potter & Perry,
- Aktivitas yang berlebihan - Sepsis 2017).
- Berat badan ekstrem - Suhu lingkungan ekstrem
- Dehisrasi - Usia ekstrem (bayi premature dan lansia) Etiologi :
- Pakaian yang tidak sesuai - Kerusakan hipotalamus
- Peningkatan kebutuhan oskigen - Trauma -Usia
- Olahraga
- Kadar hormone
Otot Pembuluh Kelenjar - Stress
Control produksi/pengurangan panas
rangka darah keringat - Lingkungan
Manifestasi Klinis :
Control produksi panas Control pengurangan panas
- Demam
- Kelelahan akibat panas
- Hipertermia
MK : Resiko termoregulasi MK : MK : MK : Termoregulasi - Hipotermia
tidak efektif Hipertermi Hipotermi tidak efektif - Sakit kepala
a
Pemeriksaan penunjang : SDKI : Hipertermia (D.0130) SDKI : Hipotermia (D. 0131)
a. Pemeriksaan darah lengkap SLKI : Termoregulasi (L.14134) SLKI : Termoregulasi (L.14134)
b. Pemeriksaan urin SIKI : Manajemen Hipertermia SIKI : Manajemen hipotermia (I.14507)
c. Uji widal (I.15506) Tindakan :
d. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl Tindakan : Monitor suhu tubuh
e. Uji tourniquet Identifikasi penyebab hipertermia Identifikasi penyebab hipotermia
f. Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Monitor suhu tubuh Monitor tanda dan gejala hipotermia
Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT Monitor haluaran urin Sediakan lingkungan yang hangat
(Serum Glutamat Piruvat Transaminase) Berikan cairan oral Ganti pakaian yang basah
Lakukan pendinginan eksternal Lakukan penghangatan pasif
Penatalaksanaan : dengan kompres hangat Anjurkan minum/makan hangat
a. Mmonitor suhu berkala 4-6 jam Anjurkan tirah baring
b. Berikan motivasi untuk minum banyak Kolaborasi pemberian cairan
c. Tidur yang cukup agar metabolisme intravena
berkurang
d. Kompres dengan air hangat pada dahi,
dada, ketiak, dan lipatan paha
e. Pemberian obat Antipiretik
f. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
SDKI : Termoregulasi tidak efektif (D.0149) SDKI : Risiko termoregulasi tidak efektif
(D.0148)
SLKI : Termoregulasi (L.14134)
SIKI : Regulasi temperature (I.14578) SLKI : Termoregulasi (L.14134)