Anda di halaman 1dari 17

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat

Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

Rosliana Dewi*
roslianadewi@ymail.com
STIKES Kota Sukabumi

ABSTRAK

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Instalasi Rawat


Inap masih dibawah standar. Hal ini menandakan kurangnya motivasi yang dimiliki oleh
perawat dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
fasilitas terhadap motivasi kerja perawat.
Fasilitas adalah penunjang seperti sarana dan prasarana yang dapat memudahkan
karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi / keadaan yg
mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara
perilaku yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan
kerjanya.
Penelitian menggunakan jenis penelitian korelasional melalui pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana ruang instalasi rawat inap
berjumlah 97 orang, sampel penelitian sebanyak 78 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan stratified proportional random sampling. Uji validitas Fasilitas dari 20 item 18 item
pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0,662. Analisis hipotesa menggunakan chi
kuadrat dan koefisien kontingensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan paling banyak Perawat
mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), paling banyak
Perawat memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8% (56 orang) dan hasil P Value =
0,000 yang berarti ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat.
Fasilitas berpengaruh terhadap motivasi kerja sehingga upaya yang dapat dilakukan
oleh rumah sakit adalah dengan meningkatkan fasilitas yang dapat meningkatkan motivasi
kerja perawat.

Kata kunci : Fasilitas, Motivasi Kerja Perawat


PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,
preventive, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurut UU No. 44
tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelayanan Rawat Inap merupakan salah satu jenis pelayanan yang sangat kompleks
dan dapat memberikan kontribusi yang paling besar dari pelayanan lain serta tidak lepas
dari potensi sumber daya keperawatan yang sangat menentukan mutu pelayanan yang
dihasilkan disamping sumber daya yang lain. Peran perawat sangat penting karena sebagai
ujung tombak di pelayanan Rawat Inap dan merupakan tenaga yang paling lama kontak
atau berhubungan dengan pasien selama 24 jam.
Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi,
pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para perawat harus memiliki kompetensi
dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar
masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu. Keperawatan sebagai
profesi dimanifestasikan antara lain melalui praktik profesi yang diatur dalam suatu ketetapan
hukum, yaitu Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148 Tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik perawat. Dengan demikian diharapkan perlindungan hukum masyarakat terjamin melalui
akuntabilitas perawat dalam praktik.
Pelayanan keperawatan yang dapat diterima oleh masyarakat terlihat dari disiplin
dan motivasi tenaga keperawatan. Dimana disiplin dan motivasi yang baik dalam
pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan harapan bagi semua pengguna pelayanan.
Disiplin dan motivasi tenaga keperawatan sebagai pemberi layanan yang rendah akan
berdampak negatif, karena pengguna jasa pelayanan akan meninggalkan jasa pelayanan dan
beralih ke tempat pelayanan kesehatan lainnya. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini
sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas. Tanpa adanya motivasi dari pegawai
untuk bekerja dan bagi kepentingan institusi maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan
tercapai. Untuk itu diperlukan tenaga perawat yang profesional yang dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, efisien dan bermutu.
Motivasi merupakan bagian integral dari kegiatan organisasi atau perusahaan dari
dalam proses pembinaan, pengembangan dan pengerahan tenaga kerja manusia. perawat
akan bekerja dengan lebih baik dalam lingkungan dimana mereka merasa dihargai dan
merasa dapat berguna untuk orang banyak. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja
giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2010). Tetapi pada dasarnya
motivasi yang keluar tergantung dari bentuknya baik itu dari dalam diri sendiri, dari
lingkungan luar atau pun dari keadaaan yang mendesak seseorang untuk melakukan suatu
hal sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tidak banyak orang yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan
yang diharapkan banyak faktor yang bisa membuat motivasi seseorang menjadi kurang
seperti karena fasilitas yang kurang dapat menurunkan motivasi kerja seseorang karena
keterbatasan sarana yang diperlukan. Selain itu seperti umur, situasi lingkungan kerja, dan
program rutin seperti pelatihan dan fasilitas dapat menjadi faktor yang memepengaruhi
motivasi seseorang (Purwanto, 2008).
Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi adalah rumah sakit yang terletak di
Cibadak Kabupaten Sukabumi, pada tahun 1994 sampai sekarang status Rumah sakit
menjadi kelas C sesuai SK Menkes No. 95/menkes/SK/II/1994. Sampai pada tahun 2002
Rumah Sakit Umum Sekarwangi berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi berdasarkan peraturan Bupati no. 6 tahun 1999 tanggal 22 April
Tahun 2002 dengan akreditasi 5 pelayanan dasar penuh oleh Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen kesehatan Sertifikasi No. YM.00.03.2.2.489.
Tahun 2009 tepatnya pada tanggal 31 Desember 2009 telah ditetapkan menjadi
PPK BLUD melalui Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 900 / Kep. 789-RSUD
Sekarwangi / 2009 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah ( PPK – BLUD ) secara Penuh Pada Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD )
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Sampai sekarang RSUD sekarwangi memiliki fasilitas
rawat jalan dengan 15 klinik spesialis, memiliki 9 ruang rawat inap dengan klasifikasi kelas
VIP, kelas I, kelas II, kelas III dan HCU dengan jumlah perawat 107 orang dengan
penunjang pelayanan dan fasilitas lain yang semakin bertambah ini menjadikan tantangan
yang sangat tinggi untuk Rumah sakit karena semakin banyaknya masyarakat yang percaya
dengan pelayanan yang tersedia serta untuk perawat yang lebih sering bertemu selama 24
jam dengan pasien untuk bisa memberikan pelayanan yang maksimal dan meningkatkan
motivasi kerja agar bisa memberikan pelayanan yang memuaskan
Berdasarkan data profil BLUD RS Sekarwangi terdapat kekuatan ataupun
kelebihan dari pelayanan yaitu, sumber daya manusia yang mempunyai komitmen yang
tinggi dari para dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, tenaga non
keperawatan dan administrasi terhadap pengembangan pelayanan rumah sakit moralitas
tinggi, kemampuan memberikan pelayanan cepat dan santun, serta pengendalian kualitas
pelayanan yang terpadu. Namun disamping itu terdapat kelemahan seperti, sumber daya
manusia yang sebagian kecil belum profesional/tidak sesuai protap dalam memberikan
pelayanan, sehingga menimbulkan adanya komplain dari pelanggan. Selain itu peralatan
medik dan non medik yang belum memadai. (Profil BLUD RSUD Sekarwangi Cibadak
Kabupaten Sukabumi 2010).
Tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap pada trimester 1 2011 terhadap
pelayanan keperawatan didapatkan pasien yang mengatakan puas atas pelayanan
keperawatan mencapai 60 % dan pasien yang mengatakan tidak puas 40 % dengan standar
minimal kepuasan yang harus dicapai rumah sakit sesuai dengan Standar pelayanan
minimal Rumah Sakit yang di keluarkan oleh direktorat jendral bina pelayanan medik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu 90%. Ini bisa menandakan bahwa
kurangnya dorongan atas tindakan yang diberikan kepada pasien dimana dapat
mencerminkan motivasi kerja yang kurang sehingga angka kepuasan tidak mencapai
standar. Dimana mungkin banyak faktor yang bisa mempengaruhi motivasi kerja perawat
yang kurang dalam memberikan pelayanan. (Bidang Peningkatan dan Pengendalian Mutu
2012)
Berdasarkan hasil studi Pendahuluan melalui teknik Wawancara 8 dari 10 perawat
mengatakan fasilitas dan lingkungan kerja kurang memadai seperti diantaranya prasarana
alat-alat yang kurang memadai, sarana ruangan yang sempit, lingkungan fisik yang tidak
nyaman, sedangkan untuk lingkungan non fisik terjalin dengan baik. Sehingga
memepengaruhi motivasi kerja perawat, dan 2 orang perawat mengatakan bahwa fasilitas
alat – alat sudah cukup membaik, ruangan cukup nyaman dan untuk Lingkungan fisik di
ruang rawat inap cukup mendukung dalam memotivasi kerja dan lungkungan non fisik
antara atasan dan sesama terjalin baik.

TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap motivasi kerja perawat di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran fasilitas di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
b. Mengidentifikasi gambaran Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap
BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
c. Mengidentifikasi pengaruh fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan yang ada dalam penelitian ini, maka penelitian ini
menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang
bertujuan apakah terdapat asosiasi antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh
korelasi yang ada antara variabel yang diteliti (Hidayat, 2010). Dengan pendekatan cross
sectional, yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat dikumpulkan
dalam waktu yang bersamaan, atau yang dapat mengukur variabel Independen dan Variabel
Dependen pada waktu yang bersamaan.Pada penelitian ini mengkaji pengaruh fasilitas
terhadap Motivasi kerja Perawat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian pada sampel dengan jumlah 78 orang perawat


pelaksana dan data terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan proses pengolahan data dan
menganalisa data. Hasil penelitian yang menjelaskan Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi
Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi kabupaten Sukabumi
adalah sebagai berikut :

A. HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
a. Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian adalah Pendidikan responden,


status kepegawaian, jenis kelamin dan lama kerja, distribusi frekuensi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Perawat berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Prosentase


Perawat (%)
D-III 76 97,4
Keperawatan
S.Kep 2 2,6
Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang


Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki
tingkat Pendidikan D-III Keperawatan sebanyak 97,4% (76 Perawat) dan paling
Sedikit memiliki tingkat Pendidikan S.Kep sebanyak 2,6% (2 perawat).

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian

Status Jumlah Prosentase


Kepegawaian (%)
PNS 35 44,9
PHL 43 55,1
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki
status kepegawaian PHL sebanyak 55,1 % (43 perawat) dan paling sedikit
memiliki status kepegawaian PNS 44,9% (35 perawat)

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Jumlah Prosentase


Kelamin (%)
Perempuan 62 79,5
Laki – laki 16 20,5
Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di


Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
adalah Perempuan sebanyak 79,5 % (62 perawat) dan paling sedikit laki-
laki sebnanyak 20,5 % (16 perawat).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Lama Kerja

Lama kerja Jumlah Prosentase


(%)
≤ 1 tahun 5 6,4
1-5 tahun 38 48,7
6-10 tahun 22 38,2
≥ 10 tahun 13 16,7
Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di


Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
memiliki lama kerja 1-5 tahun sebanyak 48,7% (38 perawat) dan yang
paling sedikit lama kerja ≤ 1 tahun sebanyak 6,4 % (5 perawat).

b. Analisa Univariat berdasarkan Variabel yang diteliti

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Persepsi Perawat
Fasilitas Jumlah Prosentase
(%)
Baik 0 0
Cukup 47 60,3
Kurang 31 39,7
Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di


Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
mengungkapkan bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3 % (47 perawat),
sedangkan yang paling sedikit mengungkapkan fasilitas kurang sebanyak
39,7 % (31 perawat)

Tabel 6
Distribusi Frekuensi
Motivasi Jumlah Prosentase
Kerja (%)
Perawat
Baik 8 10,3
Cukup 56 71,8
Kurang 14 17,9
Jumlah 78 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di


Ruang Instalasi Rawat Inap RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
memiliki motivasi kerja cukup sebanyak 71,8 % (56 orang), dan paling
sedikit memiliki motivasi kerja perawat yang baik sebanyak 10,3 % (8
Orang).

2. Analisa Tabulasi silang


Dalam Penelitian ini karena ada tabel yang bernilai 0 dan total nilai
expected account lebih dari 20% yang tidak sesuai dengan syarat chi kuadrat
maka dilakukan penggabungan sel sehingga tabulasi silang Motivasi Kerja
Perawat dengan Fasilitas Di Ruang instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut :

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja


Fasilitas Motivasi Kerja Perawat
Cukup % kurang % Total %
Cukup 46 97,9 1 2,1 47 100
Kurang 18 58,1 13 41,9 31 100
Total 64 82,1 14 17,9 78 100

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 78 perawat


pelaksana di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi. Perawat yang mengungkapkan fasilitas cukup mayoritas memiliki
motivasi kerja cukup sebanyak 97,9% (46 perawat) dan yang mengungkapkan
fasilitas kurang mayoritas motivasi kerja cukup sebanyak 58,1 % (18 perawat)
3. Analisa Bivariat
Hasil analisa ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh fasilitas
terhadap Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di
Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Tabel 8
Pengaruh Fasilitas terhadap Motivasi Kerja Perawat
Motivasi Kerja Perawat
Fasilita Cukup Kura Tot P value Koefisie
s ng al n
Konting
ensi
Cukup 46 1 47
Kurang 18 13 31 0,000 0,453
Total 64 14 78

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai P value = 0,000


berarti < 0,05 yang menunjukan ada pengaruh antara fasilitas dengan
motivasi kerja perawat. Dengan nilai koefisien kontingensi 0,453 yang
menunjukan bahwa keeratan pengaruh fasilitas dengan motivasi kerja Cukup
kuat.

B. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini dimaksud untuk memberikan penjelasan
terhadap hasil penelitian deskriptif maupun hasil penelitian korelasi yang akan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Gambaran Fasilitas di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang


Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi mengungkapkan
bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), sedangkan yang paling sedikit
mengungkapkan fasilitas kurang sebanyak 39,7 % (31 perawat)

Berdasarkan data bahwa fasilitas di ruang rawat inap termasuk Cukup hal ini
mungkin dikarenakan para perawat merasakan fasilitas seperti sarana (ruangan) dan
prasarana (alat – alat kesehatan) yang ada dan tersedia di ruangan cukup memenuhi
sesuai dengan kebutuhan dalam bekerja.
2. Gambaran Motivasi Kerja Perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang


Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki
motivasi kerja cukup sebanyak 71,8% (56 perawat), dan paling sedikit memiliki
motivasi kerja perawat yang baik sebanyak 10,3 % (8 Orang). Menurut Hasibuan
(2010) Motivasi kerja adalah suatu kondisi / keadaan yg mempengaruhi seseorang
untuk terus meningkatkan, mengarahkan serta memelihara perilaku yang
berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan
kerjanya.

Berdasarkan data diatas motivasi kerja perawat termasuk cukup, banyak hal
yang dapat mempengaruhi menurut Hasibuan (2010) metode untuk memotivasi ada
yang secara langsung ataupun tidak langsung, motivasi langsung adalah motivasi
yang diberikan langsung kepada individu atau karyawan untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasannya, seperti pujian, penghargaan, tunjangan, bonus dan
lain- lain. Hal ini mungkin saja tidak dirasakan oleh seluruh perawat di ruang rawat
inap sehingga menjadikan motivasi mereka cukup dalam bekerja mungkin karena
kurangnya pujian yang didapatkan ataupun tidak adanya penghargaan yang
diberikan kepada perawat yang berprestasi dari rumah sakit. Atau bisa juga dari
motivasi tidak langsung dimana motivasi ini diberikan hanya berupa fasilitas-
fasilitas yang mendukung, ataupun dari ruangan yang terang dan nyaman, alat alat
yang baik, suasana pekerjaan yang serasi.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang


Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi mengungkapkan
bahwa fasilitas Cukup sebanyak 60,3% (47 perawat), sedangkan yang paling sedikit
mengungkapkan fasilitas kurang sebanyak 39,7% (31 perawat) seperti menurut
Hasibuan (2010) fasilitas adalah penunjang seperti sarana dan prasarana yang dapat
memudahkan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga hal ini mungkin
saja yang mempengaruhi motivasi kerja cukup, karena fasilitas yang dirasakan oleh
perawat cukup baik dari ruangan yang sesuai atau pun alat –alat medis yang sesuai
atau yang tersedia.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa paling banyak Perawat Di Ruang


Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki lama
kerja 1-5 tahun sebanyak 48,7% (38 perawat) dan yang paling sedikit lama kerja ≤ 1
tahun sebanyak 6,4 % (5 perawat). Menurut Usmara (2006) staf yang lebih lama
masa kerjanya seringkali menilai dan mengharaapkan penghasilan tambahan
tertentu karena latar belakang senioritas.

Berdasarkan data diatas lama kerja mungkin dapat mempengaruhi motivasi


kerja karena lama kerjanya 1-5 tahun yang sudah cukup lama dalam bekerja dapat
berpengaruh mungkin karena sudah merasakan kejenuhan dengan keadaan yang ada
di lingkungan kerja ataupun merasakan keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam bekerja karena dengan lama kerja yang dinilai masih baru
otomatis umur pekerja pun masih muda yang berfikir kritis terhadap apa yang
mereka rasakan mungkin ini akan berpengaruh kepada motivasi kerja perawat di
ruangan.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa paling banyak perawat pelaksana


di ruang Instalasi rawat Inap BLUD RS Sekarwangi adalah perempuan sebanyak
79,5% (62 perawat), dan paling sedikit laki-laki sebanyak 20,5% (16 perawat).
Menurut Marilyn M. Freedman (2008) setiap posisi normatif dari kelompok
dihubungkan dengan peran terkait. Suami atau ayah diharapkan menjadi pencari
uang, peran formal yang standar terdapat dalam keluarga adalah kepala rumah
tangga sebagai pencari nafkah. Dapat disimpulkan bahwa laki-laki motivasi
kerjanya lebih tinggi dibanding perempuan.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa paling banyak perawat Di Ruang


Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat
pendidikan D-III Keperawatan sebanyak 97,4% (76 perawat) dsn paling sedikit S1
Keperawatan sebanyak 2,6% (2 perawat). Menurut Usmara (2006) nilai – nilai pada
motivasi kerja dipengaruhi oleh karakter atau latar belakang personal dari staf
diantaranya pendidikan, pendidikan tinggi akan menilai dan mengharapkan lebih
penghargaan dibandingkan mereka yang memiliki level pendidikan yang lebih
rendah.

Berdasarkan data pendidikan DIII Keperawatan dikatakan paling banyak


namun hasil motivasi cukup, hal ini mungkin dengan pendidikan tinggi individual
cenderung untuk mengharapkan penghargaan dan insentif yang tinggi pula tetapi
mungkin pada kenyataannya hal tersebut tidak atau kurang terpenuhi sehingga
menghasilkan motivasi kerja yang cukup. Dan bila dihubungkan sesuai Tabel 2
sebagian besar perawat pelaksana di ruang instalasi rawat inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi memiliki status kepegawaian BHL sebanyak
55,1% (43 perawat) dan paling sedikit PNS sebanyak 44,9% (35 perawat) hal ini
mungkin bisa mempengaruhi motivasi ketika semakin tinggi pendidikan seseorang
akan lebih menginginkan intensif yang lebih tinggi pula tapi hal ini tidak bisa
teraplikasi karena sebagian besar perawat adalah PHL yang mungkin intensif yang
mereka harapkan tidak sebanding dengan perawat yang status kepegawaiannya
adalah seorang PNS.

3. Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat


Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 78 perawat di Ruang
Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Perawat
yang mengungkapkan fasilitas cukup mayoritas memiliki motivasi kerja cukup
sebanyak 97,9% (46 perawat) dan yang mengungkapkan fasilitas kurang
mayoritas motivasi kerja cukup sebanyak 58,1 % (18 perawat). Berdasarkan
hasil uji statistik dalam penelitian ini ada pengaruh fasilitas terhadap motivasi
kerja perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi.
Menurut Purwanto (2008) Hubungan antara fasilitas dan motivasi kerja
sangat erat karena Motivasi bisa timbul dengan adanya kenyamanan dan segala
yang memudahkan dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk hal yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa prosentase terbesar perawat
mengemukakan bahwa fasilitas yang ada di ruang instalasi rawat inap cukup dan
cenderung memiliki motivasi kerja yang cukup dengan didapatkannya hasil P
value 0,000 < 0,05 yang menunjukan ada pengaruh antara fasilitas dengan
motivasi kerja. Dengan nilai koefisien kontingensi 0,453 yang berarti keeratan
pengaruh fasilitas dengan motivasi kerja Cukup kuat.
Hal ini sesuai dengan teori ketika kenyamanan dan kemudahan perawat
dalam bekerja akan meningkatkan motivasi dalam bekerja dimana perawat yang
mengungkapkan fasilitas cukup cenderung motivasi kerjanya pun cukup,
dimana ketika seseorang bisa merasakan kemudahan untuk menunjang
seseorang bekerja maka akan timbul dorongan untuk bekerja yang tinggi pula,
mungkin hal ini dirasakan pula oleh perawat yang menganggap fasilitas di
ruangan rawat inap cenderung cukup dalam menunjang mereka bekerja dengan
hasil akhir motivasi kerja yang cukup pula. Bukan hanya itu perawat yang
mengatakan fasilitas kurang memiliki motivasi cukup hal ini tidak searah
mungkin dalam hal ini mungkin perawat yang mengungkapkan fasilitas yang
kurang cenderung lebih memaksimalkan fasilitas yang ada atau sudah mulai
terbiasa dengan keadaan fasilitas di ruangan sehingga motivasi kerja tidak ikut
kurang melainkan cukup.
Dalam hal ini sarana dan prasarana yang ada di ruang rawat inap
mungkin cukup sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perawat yang bekerja
di rawat inap mungkin ini dikarenakan oleh sarana atau prasarana yang cukup
mendukung, seperti sarana tempat seperti ruangan perawatan, stasi perawat,
ruang perawat yang cukup mendukung atau bahkan bias juga dari prasarananya
sendiri seperti ketersediaan alat –alat kesehatan yang dirasa cukup, layak pakai,
sesuai dengan kemajuan tekhnologi atau pun dari alat non medic yang cukup
tersedia yang mungkin menyebabkan fasilitas cukup dengan hasil motivasi kerja
yang cenderung cukup sehingga dengan demikian ada pengaruh fasilitas
terhadap motivasi kerja perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap BLUD RS
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini banyak keterbatasan yang peneliti
temukan, seperti ada faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti faktor
instrinsik dari karakteristik personal seperti pendidikan, lama kerja, status
kepegawaian, dan jenis kelamin yang mungkin memiliki pengaruh terhadap
motivasi kerja perawat di ruang insatalasi rawat inap BLUD RS Sekarwangi
Kabupaten Sukabumi.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.

1. Sebagian besar perawat mengungkapkan fasilitas di ruang rawat inap cukup.


2. Sebagian besar Motivasi Kerja Perawat cukup.
3. Ada pengaruh fasilitas dengan Motivasi Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Rawat
Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
B. Saran
1. Bagi BLUD RS Sekarwangi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam meningkatkan motivasi
kerja perawat dengan meningkatkan fasilitas baik dari sarana dan prasarana seperti
bangunan ruangan yang nyaman untuk perawat serta peralatan yang tersedia dengan
mudah dan lengkap yang berada di setiap ruangan rawat inap.
2. Peneliti selanjutnya
Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi
dan bacaan untuk peneliti selanjutnya dalam kaitannya dengan faktor – faktor yang
mempengaruhi motivasi Kerja Perawat
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010.

Budiarot, Eko. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC,

2002.

Depkes RI. Pedoman teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap

(umum). 2006.

Depkes RI. Standar Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat jendral bina

pelayanan medik, 2007.

Gitosudarmo. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE, 2008.

Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Hastono, sutanto. Statistic Kesehatan.Jakarta : PT raja grafindo persada.2010

Hidayat, A. Metode Penelitian dan kebidanan dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba

Medika, 2010.

Kusnanto. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC, 2004.

Luthans, F. Perilaku Organisasi. Yogyakarta :ANDI, 2006.

Marilyn, friedman. Keperawatan keluarga (teori dan praktek) edisi 3, Jakarta: EGC.2008

Notoatmodjo, Sukidjo. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta : Rineka Medika,

2005.

Nursalam. Manajmen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Professional.

Jakarta : Salemba Medika, 2002.

Nursalam dan ferry, E. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008.

Purwanto. Unsur Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka, 2008.


Riyanto, Agus. Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan : (Dilengkapi Uji validitas dan

reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS). Yogyakarta : Nuhu Medika, 2009.

Sedarmayanti. Tata kerja dan Produktifitas Kerja: suatu tinjauan dari aspek ergonomi

atau kaitan antara manusia dan lingkungan kerja. Bandung: Mandar maju, 2009.

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta, 2010.

Suarli dan bahtiar. Manajemen keperawatan. Jakarta : Erlangga, 2009.

Uno, hamzah b. teori motivasi dan pengukurannya . Jakarta : Bumi Aksara, 2011.

Usmara. Motivasi kerja, proses, teori dan praktik.Yogyakarta : Amara Books,2006

Widayatun. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Infomedika, 1999

Winardi. Motivasi pemotivasi dalam Manajemen. Jakarta : raja Grafindo Persada, 2004.

www.scribd.com/doc/83710124/Rumah-Sakit-Kelas-c kelas C diakses tanggal 6 april 2012

www.scribd.com/doc/.../B-Tinjauan-Umum-Tentang-Usia-Produktif

www. depkes.go.id / tenaga- perawat- diakses tanggal 16 maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai