Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN BUKU TERKAIT JUDUL TESIS

HUBUNGAN KUALITAS LAYANAN INTERNAL DAN


SISTEM INSENTIF TERHADAP ORGANISASI PERAWAT
DI RUMAH SAKIT UMUM ALIYAH KENDARI

SABRANDI PRATAMA SAPUTRA

G2C1 16 200

KELAS A

KONSENTRASI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017

1
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesahatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.
Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan
unit rawat inap. Dalam perkembangannya pelayanan rumah sakit tidak terlepas
dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada
perubahan fungsi klasik RS yang pada awalnya hanya memberikan pelayanan
yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap.
Pelayangan RS kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya
ilmu kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan
kesehatan di RS saat ini tidak saja bersifat kuratif (penyembuhan), tetapi juga
bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Dengan
demikian, sasaran pelayanan kesehatan RS bukan hanya untuk individu pasien,
tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus
perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan
bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu pelayanan kesehatan di RS
merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komperhensif dan holistik).

2
Pelayanan RS di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal, padat
karya, dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal
rujukan medik, RS juga diandalkan untuk memberikan pengayoman medik (pusat
rujukan) untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat
pengayoman sangat erat kaitannya dengan klasifikasi Rumah Sakit. Ada empat
jenis RS berdasarkan klasifikasi perumahsakitan di Indonesia yaitu kelas A, B, C,
dan D. Kelas RS yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas Rumah Sakit yang lebih
rendah dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman
dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan kesehatan
(berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan teknologi,
bantuan sarana dan operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan dengan
pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif). Dan berubahnya RS kelas A dan
B menjadi RS seadanya, bahkan ada yang menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan),
menejemen klasik RS di Indonesia sudah pasti mengalami perubahan. Perubahan
dalam hal peningkatan profesionalisme staf, tersedianya peralatan yang lebih
canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi RS yang akan bermanfaat
untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan RS.

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada


kepuasan pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan
kinerja yang unggul. Kinerja yang unggul atau Performance Excellence
merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi
untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa
pelayanan kesehatan.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola rumah sakit untuk
menciptakan kinerja yang unggul diantaranya melalui pemberian pelayanan yang
bagus serta tindakan medis yang akurat dan mekanisme pengelolaan mutu
tentunya.

3
Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit swasta
dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah konsumen adalah pelayanan.
Tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan nyaman semakin
meningkat, sesuai dengan meningkatnya kesadaran arti hidup sehat. Keadaan ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi
masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari pengelola rumah sakit.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, di setiap kota besar


seperti Jakarta banyak sekali usaha rumah sakit dengan kualitas pelayanan dan
peralatan medis yang prima dapat kita temukan di setiap sudut kota, sehingga
masyarakat konsumen yang tadinya harus ke luar negeri demi servis dan kualitas
dokter yang prima, sekarang tidak perlu lagi ke luar negeri.

Dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen, rumah


sakit berusaha untuk mempunyai tenaga dokter ahli yang tetap, sekaligus
memperkerjakan dokter waktu dan dokter kontrak. Bahkan di beberapa rumah
sakit di kota besar seperti Jakarta dapat kita jumpai pelayanan Unit Gawat Darurat
(UGD) yang ditangani oleh dokter tetap maupun dokter kontrak.

Bahkan ada rumah sakit yang menyediakan tempat dan sarana lengkap
seperti laboratorium dengan tenaga analis, radiologi dan tempat perawatan yang
serba lengkap. Sedangkan untuk tenaga dokternya mereka mengambil dokter-
dokter spesialis yang terkenal dan pengelola rumah sakit menganggap dokter
spesialis dan pasiennya sebagai customer mereka.

Untuk menjaga agar dokter spesialis ternama tersebut tetap menjadi


customer mereka, maka pihak rumah sakit melakukan strategi sedemikian rupa.
Diantaranya dengan menyediakan peralatan medis yang dikehendaki oleh para
dokter tersebut.

4
Sedangkan untuk menghasilkan mekanisme pengelolaan mutu yang
bagus, perusahaan dalam hal ini rumah sakit perlu menerapkan metode
pengukuran yang efektif untuk dapat menganalisis dan menemukan dimensi mutu
0 yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan untuk mencapai mutu yang tinggi. Salah
satu model pengukuran yang sudah dikenal luas dan terbukti secara efektif
membantu keberhasilan penerapan sistem manajemen mutu adalah sistem
Malcolm Baldrige National Quality Award. Malcolm Baldrige National Quality
Awards (MBNQA) merupakan sistem manajemen yang sangat efektif untuk
menghasilkan loyalitas pelanggan dan kinerja tinggi bila diterapkan dengan tepat.

Kriteria penilaian/pengukuran kinerja yang dimiliki oleh MBNQA juga


dapat digunakan oleh industri jasa pelayanan kesehatan, yang disebut dengan
Performance Excellence for Health Care based on MBNQA. Kriteria dari
Performance Excellence for Health Care based on MBNQA terdiri dari 7 kategori,
yaitu: Health Care Results, Patient -and Other Customer- Focused Results,
Financial and Market Results, Staff and Work System Results, Organizational
Effectiveness Results, Governance and Social Responsibility Results.

Dengan penerapan sistem manajemen mutu secara menyeluruh dan


model pengukuran tepat maka perusahaan akan menjadi perusahaan kelas dunia
yang siap memenangkan persaingan. Dalam penerapannya, manajemen di rumah
sakit dapat dilihat dari fungsi perencanaan rumah sakit dan fungsi pergerakan dan
pelaksanaan rumah sakit.

5
Hubungan Gaji terhadap Kepuasan Kerja Perawat
Data menunjukan bahwa sekitar 86 (97,7%) perawat menyatakan gajinya
sesuai dan terealisasi kepuasan kerjanya. Hasil tersebut menyatakan bahwa ketika
perawat diberikan gaji yang sesuai dengan hasil pekerjaannya maka juga akan
mendorongnya dalam merealisasikankepuasan kerjanya. Tetapi sekitar 37 perawat
yang menyatakan gajinya tidak sesuai tetapi kepuasan kerjanya terealisasi karena
hal ini dinyatakan oleh tenaga PHL yang perolehan gaji mereka dapatkan tidak
sesuai dengan UMP, tetapi penghasilannya diseimbangkan dengan insentif
lainnya. Hal ini terukur dari studi kompensasi yang menunujukan bahwa level
tertinggi dari ketidakpuasan karyawan berkisar seputar gaji, bonus, dan hubungan
antara pembayaran karyawan dan hasil kerjanya.

Hubungan Sanjungan dan Pengakuan Terhadap Kepuasan Kerja


Data menunjukan bahwa dari 133 perawat yang menyatakan sanjungan
dan pengakuan pantas, terdapat terealisasi kepuasan kerja sebanyak, sedangkan
dari 9 perawat yang menyatakan sanjungan dan pengakuan tidak pantas, terdapat
yang terealisasi kepuasan kerja sebanyak 44,4%. Hal ini menyatakan bahwa
pantas atau tidak pantas pemberian sanjungan dan pengakuan tidak
selamanyadibarengi dengan terealisasinya kepuasan kerja.

6
Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jewell dan Siegel
(1998) menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan tidak hanya diukur dari
seberapa besar gajiyang diterima, tetapi juga seberapa pantas sanjungan dan
pengakuan yang diberikan. Baik dari atasan langsung, maupun dari rekan kerjanya
(Moh. Asad, 1995). Hasil penelitian yang sejalan dilakukan oleh Nurtiningsih
(2008) yang menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sanjungan
dan pengakuan terhadapkepuasan kerja karyawan.

Pemberian sanjungan dan pengakuan di Rumah Sakit berupa pemberian


Setya Lencana bagi petugas yang berstatus POLRI, bagi PHL dan PNS berupa
kenaikan jabatan dan promosi lainnya.

Disrepancy Theory menerangkan bahwa seorang karyawan akan merasa


puas bila tidak ada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan persepsinya atas
kenyataan yang ada dengan mengukur kepuasan kerja sesorang dengan
menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan
(Peter, 1996). Selanjutnya Locke dalam Moh. Asad (1995) menerangkan bahwa
kepuasan kerja seseorang tergantung kepada perbedaan antara harapan, kebutuhan
dan nilai dengan apa yang menurut perasaannya telah diperoleh atau dicapai
melalui pekerjaan.

Hubungan Pembayaran Insentif Terhadap kepuasan Kerja


Pembayaran insentif yaitu imbalan yang diterima oleh perawat sesuai
tingkat pendapatan Rumah Sakit, menunjukan data bahwa dari 128 perawat yang
menyatakan pembayaran insentif memadai, terdapat yang terealisasi kepuasan
kerjanya sebanyak 88,3 %, sedangkan dari 14 perawat yang menyatakan
pembayaran insentif tidak memadai, terdapat yang terealisasi kepuasan kerja
sebanyak 57,1 %.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Jewell dan Siegel, bahwa


terdapat beberapa aspek untuk pengukuran kepuasan kerja, salah satunya adalah

7
aspek finansial yang meliputi : gaji, jaminan, dan pembayaran insentif
(Moh.As,ad, 1995). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Amrullah (2008) yang menemukan bahwa pemberian insentif berhubungan
secara bermakna dengan kepuasan kerja petugas puskesmas. Pemberian imbalan
diluar gaji pokok, akan memotivasi karyawan untuk memperlihatkan kinerja yang
memuaskan.

PROSES KEPERAWATAN
Ilmu keperawatan di dasarkan pada suatu teori yang sangat luas.
a. Metode
Dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik Keperawatan. Bisa di sebut
sebagai suatu pendekatan Problem Solving yang memerlukan ilmu, teknik
dan ketrampilan interpersonal dan di tujukan untuk memenuhi kebutuhan
Klien dan Keluarga.
b. Proses Keperawatan terdiri dari 5 tahap yang berhubungan :
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi

8
Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi Intelektual Problem - Solving
dalam mendefinisikan suatu tindakan Perawatan. Proses Keperawatan
merupakan lima tahap proses konsisten sesuai dengan perkembangan profesi
keperawatan ( pertama kali oleh Hall, 1955 ). Proses Keperawatan telah
dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik Keperawatan, (ANA,1973).
Dasar pengembangan standard praktik keperawatan dan juga sebagai kriteria
dalam program sertifikasi Standar legal praktik keperawatan masuk dalam
program pendidikan Keperawatan (Kurikulum D-III Kep. & S1 Keperawatan).
c. Tujuan
1. Proses Keperawatan secara umum adalah untuk membuat suatu kerangka
konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, dan
masyarakat dapat terpenuhi.
2. Tindakan yang di tujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan
d. Organisasi
Ke 5 tahap proses keperawatan tersebut sebagai suatu organisasi yang
mengatur pelaksanaan asuhan Keperawatan berdasarkan suatu rangkaian
pengelolaan yang sistematis dlm memeberikan asuhan keperawatan kepada
klien.
e. Karakterisitk
Proses Keperawatan mempunyai 6 karateristik :
1. Tujuan
Proses Keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan
dalam meninmgkatkan kualitas asuhan Keperawatan kepada klien
2. Sistematika
a) Menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai
suatu tujuan.
b) Menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan intuisi
pelayanan kesehatan / Keperawatan.
c) PK ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi
melalui hubungan antara perawat dengan klien.

9
3. Dinamik
PK ditujukan dalam mengatasi masalah masalah kesehatan klien yang di
laksanakan secara berkesinambungan.
4. Interaktif
Adanya hubungan timbale balik antar perawat, Klien, Keluarga dan
tenaga lainnya.
5. Fleksibel
Proses yang di lihat dari 2 konteks :
a) Dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun,
spesialisasi yang berhubungan dengan individu, kelompok, atau
masyarakat
b) Tahapannya bisa digunakan secara berurutan dan dengan persetujuan
kedua belah pihak.
6. Teoritis
a) Setiap langkah dalam proses keperawatan selalu di dasarkan pada
suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model Keperawatan yang
berlandaskan pada Filosofi keperawatan bahwa asuhan keperawatan
kepada klien harus menekankan pada 3 aspek :
1) Humanistik
Memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia
2) Holistik
Intervensi keperawatan Harus dapat memenuhi kebutuhan dasar
manusia secara utuh (bio psiko sosio spiritual).
b) Care
Asuhan Keperawatan yang diberikan harus berlandaskan pada
standard praktik keperawatan dan etika keperawatan.

f. Implikasi Keperawatan
Penerapan proses Keperawatan mempunyai implikasi atau dampak terhadap :
1. Profesi Keperawatan

10
a) Secara profesional proses keperawatan menyajikan suatu lingkup
praktik keperawatan.
b) Melalui 5 langkah proses keperawatan
c) Di Timor Leste masih adopsi dari standard keperawatan Indonesia
dan ANA ( American Nurses Association ), 1973.
d) Undang undang Kesehatan 57
2. Klien
a) Penggunaan proses Keperawatan sangat bermanfaat bagi klien dan
Keluarga
b) Klien dan Keluarga berpartisipasi secara aktif dalam keperawatan
dengan melibatkan ke dalam 5 langka proses keperawatan
3. Perawat
a) Proses Keperawatan akan meninmgkatkan kepuasan dalam bekerja
dan meningkatkan perkembangan profesionalisme.
b) Mningkatkan hubungan antara perawat denga klien dapat di lakukan
melalui penerapan proses keperawatan
c) PK meningkatkan suatu pengembangan dan kretifitas dalam
penjelasan masalah klien

g. Teori teori yang mendasari Proses Keperawatan :


1. Teori system, terdiri dari :
a) Kerangka kerja yang berhubungan dan keseluruhan social, manusia,
struktur dan masalah masalah organisasi.
b) Perubahan internal dan lingkungan sekitarnya
c) Sistem tersebut terdiri dari :
o Tujuan
o Proses
o Isi
2. Tujuan :
a) sesuatu yang harus dilaksanakan
b) Arah sistem

11
3. Proses
Berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak di capai
4. Isi
a) Terdiri dari bagian yang membentuk system
b) Feedback (umpan balik)
c) Dapat dievaluasi
d) Memjelaskan hasil dari tindakan yg telah dilaksanakan
e) Antara teori system dan Proses keperawatan dapat dijelaskan :
f) Input merupakan suatu kumpulan data hasil pengkajian beserta
permasalahan Susun suatu rencana dan tindakan keperawatan yang
tepat.
g) Output Untuk menjelaskan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan
5. Teori Kebutuhan Dasar Manusia
a) Berintegrasi satu sama lain (motivasinya)
b) Memenuhi kebutuhan dasar :
o Fisiologis
o Keamanan
o Kasih sayang
o Harga diri
o Aktualisasi diri
o Kebutuhan dasar manusia terpenuhinya tingkat kepuasaan agar
manusia bisa mempertahankan hidupnya.
o Peran pereawatn memenuhi kebutuhan dasar manusia
o Tanggungjawab :
Memberikan dukungan
Menfasilitasi
Berkomunikasi kepada klien sehat dan sakit
6. Teori persepsi
a) Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangat di
pengaruhi oleh persepsi individu.
b) Interaksi

12
h. Teori informasi dan Komunikasi
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk mengindentifikasi masalah Klien
(apakah keadaan sehat atau sakit). Proses Keperawatan sbg salah satu
pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan.
a) Proses keperawatan merupakan suatu siklus, karena memerlukan suatu
modifikasi penhkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui
tindakan dan mengevaluasi ulang.
b) Langka dalam proses keperawatan diperlukan suatu informasi yang
akurat apabila perawat mampu menjalin komunikasi dengan baik :

Umpan balik

Pengirim ...................Pesan ............................Penerimaan

i. Prinsip prinsip Etik Keperawatan yang menjadi pertimbangan dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan sebagai berikut :
1. Justice (Asas Keadilan)
a) Setiap prioritas tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi
klien
b) Tidak ada diskriminasi
2. Autonomy (Asas menghormati otomoni)
Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan tindakan terhadap
dirinya sendiri.
3. Benefience (Asas manfaat)
Setiap tindakan yang di berikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien
dan menghindarkan dari kecacatan

13
4. Veracity (Asas Kejujuran)
Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang benar dan jujur
kepada klien.
5. Fidelity (Asas komitmen)
Apa yangh di laksanakan oleh perawat harus di dasarkan pada tanggung
jawab moral dan profesi
j. Masalah Masalah Etik Keperawatan di Timor Leste
1. Wadah organisasi Profesi tidak memerjuangkan profesi Perawat, tetapi
organisasi profesi di Politisasi, Kepentingan Kelompok, Tidak memiliki
standard competency.
2. Landasan moral dan etika yang paling kuat dan mendasar adalah Agama.
3. Perkembangan ilmu, penelitian dan teknologi kedokteran serta
Keperawatan berkembang secara global tetapi tidak adanya perhatian
dari pemerintah terutama Ministerio da Sade.
4. Tersedianya tenaga perawat tetapi tidak di perdayakan gunakan untuk
kepentingan Masyarakat.
HUBUNGAN ANTARA TAHAP PROSES KEPERAWATAN (Alfaro, 1998)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses Keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien ( Lyer etal,
1996 ). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian
yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnose keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu.
2. Standar praktik Keperawatan dari ANA
PENGKAJIAN
DIAGNOSIS
PERENCANAAN
PELAKSANAAN

14
3. Data dasar dan Fokus
a) Pengkajian Keperawatan
1) data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan
mengenai status Kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi media ( terapis ) atau profesi kesehatan lainnya.
2) Data focus Keperawatan adalah data tentang perubahan perubahan
atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta
hal hal yang mencakup tindakan yang di lalsanakan kepada klien.
b) Fokus pengkajian Keperawatan
1) Dalam menyusun pengkajian keperawatan tidak sama dengan
pengkajian medis.
2) Pengkajian focus suatu pemilihan data spesifik yang ditentukan oleh
perawat , klien dan keluarga berdasarkan keadaan klien.
4. Pengumpulan data ( Pulta )
a) Tipe data
Ada 2 tipe data pada pengkajian :
1) Data subyektif
Data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan
oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi. Data subyektif sering didapatkan, dari riwayat
keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan, dan ide tentang status
kesehatannya. Ex : penjelasan klien tentang nyeri, lemah, Frustasi,
mual. Informasi yang diberikan sumber lain, ex husi familia,
konsoleiro, husi team saude seluk.
2) Data obyektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur. Ex : data obyektif : frekuensi
pernafasan, Tekanan darah, edema dan berat badan.
5. Karakteristik data
a) Lengkap

15
1) Akurat dan nyata
2) Relevan
6. Sumber data
a) Klien : sumber utama data (primer)
b) Orang terdekat : orang tua, suami, istri, anak atau teman klien
c) Catatan Klien : di tulis oleh anggota tim kesehatan dapat digunakan
sumber informasi di dalam riwayat keperawatan
d) Riwayat penyakit :
1) Pemeriksaan fisik
2) Catatan perkembangan
7. Konsultasi :
a) anggota tim kesehatan spesialis
b) Menentukan diagnose medis dan keperawatan
c) Melakukan tindakan medis
8. Hasil pemeriksaan diagnostic
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium
b) Tes diagnostic
c) Hasil pemeriksaan diagnostic
9. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
a) Para Personil yang berhubungan dengan klien dan memberikan tindakan,
mengevaluasi, dan mencatat hasil pada status klien
b) Catatan kesehatan terdahulu sebagai informasi
10. Perawat lain
Jika klien di rujuk dari pelayanan kesehatan lain
11. Kepustakaan
Membaca literature yang berhubungan dengan masalah klien
12. Metode pengumpulan data
Ada 3 metode yang digunakan dalam pemgumpulan data pada tahap
pengkajian :
1. Komunikasi yang efektif
2. Observasi

16
3. Pemeriksaan fisik
Teknik tersebut sangat bermanfaat bagi perawat dalam pendekatan kepada
klien secara rasional, sistematik dalam mengumpulkan data, merumuskan
diagnose keperawatan, merencanakannya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengertian
o Diagnose Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari
individu kelompok diamana perawat secara akontabilitas dapat
mengindentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan
merubah ( Carpenito 2000 ).
o Gordon, 1976 : DK masalah kesehatan actual dan potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.
o NANDA : Kepeutusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan actual dan potensial
2. Tujuan diagnose Keperawatan
o Untuk mengindentifikasi masalah adanya respon kliennterhadap status
kesehatan atau penyakit
o Faktor factor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (
etilologies )
o Mengindentifikasi kemampuan klien untuk mencegah atau
menyelesaikan masalah
3. Langkah langkah menentukan DK :
o Klasifikasi dan analisa data
o Interpretasi data
o Validasi data
o Perumusan diagnose Keperawatan

17
4. Merumuskan DK ( Carpeneto, 2000 ) dapat dibedakan :
Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
di temukan
Syarat : Menegakkan diagnose keperawatan actual harus ada unsure PES.
Misal : data , muntah, diare, dan turgor jelek selama 3 hari
DK : Kekurangan volume cairan tubuh b/kehilangan cairan secara abnormal
Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
Syarat : Menegakkan resiko DK adanya unsure PE ( Problem & Etiologi )
Penggunaan istilah resiko dan resiko tinggi tergantung dari tingkat
keparahan/kerentanan terhadap masalah.
Misal : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menerus.
Kemungkinan ( potensial ): Menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Syarat : Menegakkan kemungkinan diagnose kep. Adanya unsur respon dan
factor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
DK : Kemungkinan g3 konsep diri : rendah diri/teroisolasi b/d diare.

PERENCANAAN
a. Pengantar
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah masalah yang diidentifikasi pada
diagnose keperawatan . Secara tradsional, rencana keperawatan diartikan
sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan
dan intervensi. Jadi Rencana Keperawatan merupakan metode komunikasi
tentang asuhan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang memerlukan
asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Sehingga semua
tindakan keperawatan harus di standarisasi, dan standard tindakan tersebut
dapat di baca.

18
b. Tujuan Perencanaan
Tujuan rencana tindakan keperawatan dapat di bagi menjadi :
1. Tujuan Administratif
a) Untuk mengidentifikasi focus keperawatan kepada klien atau
kelompok
b) Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi
kesehatan lainnya
c) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan
d) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien
2. Tujuan Klinik
a) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
b) Mengkomunikasikan dengan staf perawat apa yang diajarkan, apa
yang diobservasi, dan apa yang dilaksanakan
c) Menyediakan kriteria hasil ( outcomes ) sebagai pengulangan dan
evaluasi keperawatan
d) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,
Keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan
tindakan.
c. Langkah Langkah Perencanaan
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa
komponen yang perlu diperhatikan :
1. Menentukan prioritas masalah
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon klien
yang actual atau potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam
menentukan perencanaan perlu menyusun suatu system untuk
menentukan diagnose yangn akan diambil tindakan pertama kali. Salah
satu system yang bisa digunakan adalah hirarki Kebutuhan manusia.
2. Menentukan kriteria hasil (outcomes)
Tujuan klien dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat.

19
Tujuan klien :
merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga,
atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan di
berikan.
Tujuan Keperawatan :
Adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur
berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat.

Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART :


S = Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M = Measurable ( tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya
tentang Perilaku klien; dapat di lihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau )
A = Achievable ( tujuan harus di capai )
R = Reasonable ( Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah )
T = Time ( Tujuan keperawatan )

20

Anda mungkin juga menyukai