Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa era globalisasi merupakan suatu era baru yang akan membawa

berbagai perubahan dibidang kehidupan. Salah satunya yaitu perubahan

dibidang kesehatan. Terbukti dengan adanya pasar bebas yang mengakibatkan

pada tingginya kompetisi di bidang pelayanan kesehatan. Hal ini menuntut

adanya peningkatan kualitas serta profesionalisme sumber daya manusia

kesehatan termasuk juga didalamnya sumber daya manusia keperawatan

(Keliat, B.A, 2012).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan adalah salah satu

ruang lingkup pelayanan kesehatan yang merupakan inti dari kegiatan

pelayanan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjaga mutu keperawatan agar

mampu bersaing (Depkes RI, 2013).

Peranan perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan didalam

sebuah rumah sakit sering dijadikan ukuran oleh pelanggan rumah sakit

tersebut sebagai gambaran pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Hal ini

dikarenakan dalam melakukan tugasnya perawat memiliki kesempatan yang

1
2

sering untuk berhadapan dengan pasien maupun keluargaanya dibandingkan

dengan petugas kesehatan lainnya. Perawat juga berada digaris depan dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Perawat memberikan

pelayanannya selama 24 jam terus menerus pada pasien sehingga menjadikan

satu-satunya profesi kesehatan di rumah sakit yang banyak memberikan

persepsi terhadap pelayanan kesehatan pada diri pasien.

Keperawatan jiwa dihadirkan sebagai upaya menuntaskan tujuan

kesehatan nasional yang merupakan bagian dari kesehatan jiwa, dan sebagai

spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia

sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai

kiatnya. Perawat jiwa dalam bekerja memberikan stimulus konstruktif kepada

klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas) dan membantu berespon

secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah (Keliat,

2009).

Perawat jiwa menggunakan pendekatan pada pasien melalui suatu

proses keperawatan yang merupakan metode ilmiah dalam menjalankan

asuhan keperawatan dan penyelesaian masalah secara sistematis yang

digunakan oleh perawat. Dimana penerapan proses keperawatan dapat

meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berpikir logis, ilmiah dan

sistematis, memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung gugat, serta

pengembangan diri perawat. Disamping itu, klien dapat merasakan mutu

pelayanan keperawatan yang lebih baik dan berperan aktif dalam perawatan

diri, serta terhindar dari malpraktik (Keliat, 2008).


3

Pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas dan professional

merupakan target yang ingin dicapai untuk meningkatkan mutu pada Rumah

Sakit. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan, seorang perawat

yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa menggunakan suatu sistem pelayanan

yang sangat dikenal yaitu sistem pelayanan MPKP (Model Praktek

Keperawatan Profesional). MPKP ini merupakan suatu sistem (struktur,

proses, dan nilai-nilai professional) yang memfasilitasi perawat professional,

mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat

asuhan dimana asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2006). Hasil penerapan

sistim MPKP tersebut dinilai dari hasil indikator mutu yang menunjukkan

Bed Occupation Rate (BOR) , rata-rata lama rawat atau Avarage Length Of

Stay (ALOS) menurun, angka Turn Over Interval (TOI) menurun, angka lari

pasien menurun. Hal ini menunjukkan bahwa dengan sistim MPKP pelayanan

kesehatan jiwa yang diberikan akan bermutu baik (Keliat, 2008).

Untuk peningkatkan mutu asuhan keperawatan, seorang perawat harus

berperan dalam menangani pasien antara lain melakukan penerapan standar

asuhan keperawatan. Standar asuhan keperawatan mencakup penerapan

strategi pelaksanaan keperawatan. Strategi pelaksanaan adalah penerapan

standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang

bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria,

2009).

Menurut Carolina (2008) bahwa penerapan strategi pelaksanaan yang

sesuai standar dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan

kemampuan psikomotor pasien. Kemampuan psikomotor pasien dapat dilihat


4

dari kemampuan pasien untuk melakukan kebersihan dirinya. Jika kebersihan

diri pasien tidak terjaga maka akan meningkatkan angka kejadian scabies

dirumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan mutu pelayanan di RSJ

adalah tidak terdapatnya angka kejadian scabies dan ini akan membuktikan

bahwa pelayanan dirumah sakit lebih bermutu.

Penerapan strategi pelaksanaan keperawatan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : kompetensi , motivasi dan beban kerja perawat

(Budiawan, 2015) . Penerapan strategi pelaksanaan keperawatan di Rumah

Sakit Jiwa Tampan sudah dilakukan setiap hari, namun pemberian asuhan

keperawatan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan

kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas. Hal ini

disebabkan oleh bertambahnya tugas perawat dalam melakukan kegiatan

administrasi pasien yang terlalu banyak mengakibatkan kurangnya waktu

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan kurangnya motivasi dari

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang sesuai standar .Hal ini

didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlina, (2013) di RSUD

Makasar yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan

penerapan asuhan keperawatan adalah motivasi perawat dengan nilai p=

0,026 artinya bahwa motivasi perawat mempengaruhi penerapan asuhan

keperawatan.

Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau merupakan satu-satunya

rumah sakit jiwa rujukan yang terakreditasi untuk wilayah provinsi Riau dan

kepulauan Riau. Berdasarkan data Akuntabilitas Rumah Sakit Jiwa

Tampan (2020) didapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa pada
5

tahun 2017 (29.120 orang), tahun 2018 (44,796 orang), tahun 2019 (41.700

orang), dan tahun 2020 (33.746 orang). Tingginya angka penderita gangguan

jiwa menyebabkan peningkatan pada penerimaan klien gangguan jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Tampan. Hal ini mengharuskan RSJ Tampan untuk

memberikan perawatan yang efektif dan efisien kepada setiap klien yang

dirawat di RSJ Tampan Provinsi Riau.

Berdasarkan hasil laporan komite PMKP (Peningkatan Mutu Dan

Keselamatan Pasien) Rumah Sakit Jiwa Tampan didapatkan hasil penerapan

asuhan keperawatan model praktik keperawatan profesional yaitu sebanyak

100%, tapi kenyataannya masih ada klien yang belum mampu mengulangi

dengan baik cara strategi pelaksanaan yang dilakukan oleh perawat secara

optimal, masih banyak klien yang datang dengan rawat ulangan sehingga

menuntut rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

yang efektif dan bermutu.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di Rumah

Sakit Jiwa Tampan dengan mewawancarai 10 orang perawat

mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan strategi

pelaksanaan dirumah sakit jiwa Tampan adalah faktor kompetensi (50 %)

artinya terdapat 5 orang yang mampu membina hubungan saling percaya

dengan baik bersama pasien, mempunyai pengetahuan cukup baik, juga

mampu berkomunikasi dengan baik bersama pasien dan mampu

memecahkan masalah, dan mereka mengatakan bahwa kompetensi yang baik

akan mempengaruhi penerapan SP sedangkan faktor motivasi (20%) artinya

ada 2 orang yang mengatakan adanya motivasi yang tinggi dari perawat
6

akan mempengaruhi penerapan SP sesuai standar dan faktor beban kerja

(30%) artinya ada 3 orang yang mengatakan beban kerja tinggi akan

mempengaruhi pelaksanaan SP.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Penerapan Strategi Pelaksanaan

Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Penerapan strategi pelaksanaan yang kurang optimal di RSJ Tampan

antara lain disebabkan oleh kurangnya motivasi perawat dalam menerapkan

asuhan keperawatan sesuai standar dan tingkat beban kerja perawat yang

tinggi. Dari latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan

penerapan strategi pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan

Provinsi Riau Tahun 2021?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan

penerapan strategi pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa

Tampan Provinsi Riau Tahun 2021.


7

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan kompetensi dengan penerapan strategi

pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi

Riau Tahun 2021.

b. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan penerapan strategi

pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi

Riau Tahun 2021.

c. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan penerapan strategi

pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi

Riau Tahun 2021.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan.

Sebagai bacaan bagi mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa

jurusan keperawatan, untuk menambah wawasan dan pengetahuan

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan strategi pelaksanaan

keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.

2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau

Diharapkan menjadi masukan bagi pengelola pelayanan

keperawatan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk

mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan strategi

pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.


8

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai pedoman untuk melakukan riset selanjutnya untuk

mengadakan penelitian yang berhubungan dengan penerapan strategi

pelaksanaan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.

Anda mungkin juga menyukai